...----------------...
"Lo kenapa sih sebenarnya El? Tumben kayaknya lupa jalan pulang" En melirik kearah sepupu kesayangannya yang hari ini tiba-tiba berkunjung sejak pagi dan sampai sang matahari pamit pergi sepertinya tidak ada tanda kalau Elisa akan pulang kembali kerumahnya. Hari libur seperti ini seharusnya menjadi hari bahagia untuk pasangan suami istri bukan?
"Laki lo ntar nyariin" En mengingatkan.
Elisa memutar bola mata, menatap En senewen "mana mau dia pulang, kalau perempuan itu disana? Yang ada dia kesenangan karena nggak perlu buat alasan buat ketemu"
En mengerutkan kening " wait... what you say? a girl? Eduard punya selingkuhan?" Tanyanya tidak percaya.
Elisa mendongak, berusaha menghalau air mata yang sudah menumpuk dipelupuk mata. Sebuah kedipan bisa langsung meloloskan kristal-kristal bening itu. Sudah hampir seminggu sejak kejadian di taman Rumah sakit, dan pria yang berstatus sebagai suaminya itu sepertinya tidak berniat untuk pulang.
Ed hanya memberi kabar sekedarnya, basa basi singkat dengan menanyakan kabar tapi sangat kentara kalau laki-laki yang mengikat janji sehidup dan semati dengannya itu, tidak berniat untuk pulang kerumah walau hanya beberapa jam saja.
Kayden mendengus kesal melihat keadaan sepupunya. Wanita kesayangan setelah mamanya dan Lana.
"Udah berapa lama El? Udah berapa lama lo tau dan nyimpen ini sendirian hah?"
Kayden mengepalkan tangan, emosinya langsung tersulut naik, beraninya laki-laki yang dulu berjanji padanya untuk menjaga dan membahagiakan sepupu kesayangannya ini, ingkar janji di usia pernikahan mereka yang masih seumur jagung? Keterlaluan.
"Dimana dia sekarang? Kasih gue alamatnya!"
Elisa membalas tatapan Kayden, gadis itu tersenyum miris "rumah sakit tempat Eduard kerja. Perempuan itu dirawat disana, udah seminggu lebih Eduard nggak pernah pulang kerumah, terhitung sejak perempuan itu opname disana"
"Rumah sakit?"
Elisa mengangguk "lo nggak penasaran siapa perempuan perusak hubungan gue?" Gadis itu tersenyum miris dengan air mata yang sudah membasahi pipi putihnya "the nation first Love. Eleasha Halim"
Jantung Kayden seakan diremas saat mendengar nama itu. Rasa sakit akibat mendengar nama terlarang itu masih terasa menyakitkan seperti diawal-awal.
Kenapa dari begitu banyak wanita di negeri ini, atau aktris perempuan yang ada, kenapa harus seorang Eleasha Halim yang sekali lagi menjadi duri dalam daging di circle kehidupannya? Kenapa gadis itu seakan punya hobby untuk membangkitkan rasa marah dan benci dengan kadar maksimal? Seakan dia dengan sengaja mengundang untuk dibenci sepenuh hati.
"Gue seharusnya tahu selamanya persahabatan cewek sama cowok itu builshit. Nggak mungkin nggak ada cinta diantara lawan jenis yang udah lama bersama, meski memakai modus persahaban kan?"
"Sahabat?"
Elisa mengangguk "mereka udah sahabatan sejak kecil, tadinya gue maklum saat Eduard tiba-tiba pergi habis nerima telpon dari El. Apalagi kejadian-kejadian beruntun yang terjadi akhir-akhir ini. Tapi ini benar-benar udah keterlaluan, En. Eduard nggak mikirin gue, perasaan gue. Yang ada dipikiran dia hanya El..El dan El" Elisa menyeka air mata yang membasahi pipi dengan punggung tangan. Baginya kejadian di taman rumah sakit adalah puncaknya.
Sekarang dia tidak lagi takut mengungkapkan apa yang ada di hatinya, apa yang ada di isi kepalanya. Semuanya sudah terlalu jelas dari hari ke hari "gue jadi mikir, apa dia sengaja nikahin gue karena nama gue mirip sama El supaya dia nggak perlu susah payah mikir alasan kalau nanti salah sebutin nama"
...----------------...
"Lo tau kalo Eduardnya Elisa adalah teman masa kecilnya Eleasha? Sahabat!" En menyeringai saat menyebut kata sahabat.
Jerome menelan ludah, kemudian membasahi bibir. Dia tahu cepat atau lambat dia akan ditanya dengan pertanyaan ini, tapi ternyata tetap saja dia tidak siap.
"Lo tahu, Elisa kita selalu diduakan oleh suaminya karena sahabat masa kecilnya itu?"
Jerome meremas tangannya, dia binggung harus memulai dari mana. Hal itu juga menjadi beban pikirannya.
"Lo pasti tahu Jer, karena lo yang jemput dia di parkiran ini malam itu kan? Lo juga liat dia nangis karena habis mergokin suaminya sama perempuan lain. Lo tau semua Jerome. Dan kenapa lo hanya diam!" En menggebrak meja kebesarannya, memukul keras sandaran kursi yang sedang dia duduki, ingin sekali berteriak sekeras mungkin jika saja dia tidak mengingat dimana dia berada sekarang.
"Gue..." Jerome tidak dapat menemukan kalimat yang pantas untuk diucapkan.
Dia memang sengaja memfilter beberapa informasi tentang Eleasha, bukan untuk dia sembunyikan selamanya. Jerome berencana mengatakan semuanya, secara bertahap.
Tapi...semakin hari semua menjadi semakin kacau. Puncaknya En yang kehilangan kendali dan hampir menghilangkan nyawa seseorang. Mulai saat itu, Jerome tidak punya pilihan selain menyimpan dahulu info yang dia dapatkan, dan menunggu sampai keadaan mulai kembali kondusif.
"Lo tau kan gue mulai bergerak sendiri, tanpa menunggu informasi dari lo lagi? Dan gue tahu ada beberapa yang tetap nggak bisa gue dapat karena lo blok akses gue"
"Gue nggak bermaksud blok akses lo, gue hanya berusaha untuk nggak menambah kebencian atau amarah yang ujung-ujungnya malah ngerugiin lo" Jerome berkata jujur pada akhirnya, walau tidak sepenuhnya. karena ada alasan lain yang dia sembunyikan.
En menyeringai, semua terbaca jelas dari wajah sepupunya itu. "jangan berempati Jer, terlebih pada gadis yang itu. Ini peringatan buat lo." ucap pria itu final. Tatapan tajam itu, juga berarti untuk tidak lagi mencoba menghalangi jalannya.
Jerome mendesah, segampang itu dia ketahuan.
...----------------...
"Ini maksudnya apa? El itu member disini sudah lama, bagaimana bisa dia mau dipindahkan kerumah sakit lain?" Alena bertanya kepada staff rumah sakit yang datang membawa berkas SOP transfer pasien atas nama Eleasha Halim.
"Maaf untuk ketidaknyamannya, mbak. tapi prosedur transfer ini di setujui karena permintaan langsung dari pihak pasien" jawab staff rumah sakit.
Kening Alena berkerut, dia sama sekali tidak mengajukan apapun. lagipula buat apa mengajukan pemindahan? El sudah berlangganan dengan rumah sakit ini sejak lama.
"Ada apa Na?" Ed yang baru keluar dari ruang rawat El terlihat binggung dengan pemandangan di depan ruangan VVIP itu.
"Ada masalah apa?" dokter tampan dengan kacamata itu kali ini bertanya pada pihak staff rumah sakit.
"Begini dok, pasien atas nama Eleasha Halim hari ini harus di transfer ke rumah sakit Harapan kasih sesuai permintaan dari pihak pasien sendiri"
"Pindah?" Ed bertanya sekali lagi, berharap pendengarannya salah. dia kemudian menatap Alena yang hanya menggeleng dengan ekspresi tidak tahu.
"Tapi pihak dari Eleasha sama sekali tidak mengajukakan permohonan untuk pindah, mungkin ada kesalahan saat...."
"Tidak ada yang salah, pasien atas nama Eleasha Halim memang mengajukan permohonan pindah dan sudah di setujui oleh rumah sakit ini"
Ed tidak dapat melanjutkan ucapannya, saat sosok itu tiba-tiba muncul dan menginterupsi apa yang dia katakan.
Sosok itu kemudian berhenti tepat di hadapan Ed, dan kini mereka saling bertatapan dengan
tatapan tajam untuk satu sama lain.
.....
The next chapter>>>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Rini
kereenn
2021-11-01
1
eLena
akhirnya aku menemukan novel se-keren ini😍😍
2021-10-15
0