...--------------...
El membuka mata perlahan, dia mengerjabkan mata beberapa kali untuk menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya yang tertangkap mata.
Mata Gadis itu kini menatap langit-langit ruangan, dia kembali mengerjab berharap penglihatannya salah. Tapi setiap dia membuka mata, pemandangan itu tetaplah sama.
El memiringkan kepalanya ke kiri dan ke kanan memperhatikan ruangan tempat dia di rawat kenapa terlihat sangat jauh berbeda? Ini jelas bukanlah Ruang VVIP tempat dia biasa di rawat.
Dengan perlahan gadis itu mencoba bangun, matanya menjelajahi setiap sudut ruangan, dan berakhir pada kesimpulan kalau ruangan ini memang bukan tempat biasanya dia di rawat. Tempat ini terlihat jauh lebih mewah.
"Sudah bangun?"
El memutar kepala, mendapati manajer kesayangannya baru saja keluar dari ruangan di sudut ruangan utama ini. Dia mengangguk pelan, kemudian di detik berikutnya dia menajamkan penglihatannya, menatap Alena yang terlihat tidak seperti biasa.
"Lo kenapa, Na? Dan ini dimana? Apa gue pindah ruangan?"
Gantian Alena yang mengangguk "ini president Room"
"Hah? Tapi kenapa pindah? Gue nggak apa-apa sama ruangan sebelumnya kok"
"Ini bukan rumah sakit Medistra, tapi Harapan Kasih. CEO agensi kita yang mengajukkan pemindahan perawatan kamu kesini. ini rumah sakit milik dia pribadi"
Tanpa sadar, El meremas selimut yang ada di pangkuannya. Kilasan-Kilasan memory bermunculan dalam batok kepalanya. membuat gadis itu sampai mengernyit beberapa kali.
Alena berjalan mendekati sang aktris "kamu nggak apa-apa El? Apa yang sakit kasih tau aku," tanya Alena khawatir.
"Jadi ingatan gue ini beneran terjadi? jadi dia beneran satu ruangan sama gue waktu itu? jadi...."
El tidak melanjutkan ucapannya saat Alena sudah memeluk tubuhnya erat.
"tarik nafas El, kemudian buang" bisik Alena sambil mengusap punggung El lembut.
Dia mengulang kalimat itu beberapa kali, sampai gadis dalam pelukannya mulai terlihat tenang
"It's ok. everything is gonna be okay. nggak apa-apa. Kamu aman sekarang" ucap Alena kemudian melepaskan pelukkannya, menatap El yang sudah berangsung-angsur membaik.
"Gue mau pulang, Na. pleasee" mohon gadis itu dengan mata yang berkaca-kaca.
Alena tersenyum, mengelus pipi El lembut "kita selesain dulu medical check up kamu yah? Kebetulan dr. Hendry dokter senior di rumah sakit ini. Dia pasti punya solusi sama Trauma yang kamu alamin, karena bagaimanapun dia yang ngerawat kamu waktu itu"
"Tapi gue nggak nyaman, lo tau kalo gue paling anti sama suasana baru kan? Gue juga anti sama orang baru" gadis itu mengedarkan pandangan di ruangan yang sekarang dia tempati.
"Iya, tapi ini nggak bisa di biarin lebih lama. Trauma kamu harus dicari bagaimana cara untuk bisa sembuh. "
Untuk ukuran seorang aktris terkenal, dengan perjalanan karir yang sudah berada diangka 2, Eleasha Halim memang yang paling langkah.
Seperti yang gadis itu katakan, El memang tidak suka suasana baru makanya dia menggunakan fasilitas rumah sakit yang sama selama bertahun-tahun. Bukan semata karena Ed bekerja disana, tapi memang karena dia sudah merasa nyaman di ruangan VVIP tempat dia di rawat jika drop. Dan hal itu sudah terjadi selama bertahun- tahun.
El juga tidak gampang bergaul dengan orang baru, makanya dia tidak punya sahabat dari dunia hiburan. Memang ada beberapa yang dia kenal, tapi tidak bisa disebut sebagai orang dekat atau sahabat untuknya.
Karena dari itu, El Selama ini hanya memiliki beberapa orang dalam di sepanjang karirnya, Alena sang Manajer, Alda yang merangkap dua pekerjaan sekaligus dan Ed yang selalu ada untuknya sejak kecil.
Padahal dulu, saat semua tragedi belum terjadi. Saat hidup masih begitu sempurna untuk El. Mereka sudah beberapa kali membahas tentang menambah staf seperti bodyguard, sopir, dan asisten manager yang akan menjaganya jika Alena sedang meeting dengan klien. Tapi pengkhianatan mantan tunanagannya membuat El tidak mau menerima orang baru lagi masuk dalam hidupnya. Dia tidak mau merasakan kehilangan lagi jika memiliki banyak hubungan dengan orang lain.
"Lagian dokter Hendry bukan termasuk orang baru buat kamu, biar gimanapun dia yang nolongin kita waktu itu. Jadi seharusnya nggak apa-apa yah?"Alena mencoba membujuk.
El akhirnya mengangguk. Mungkin memang nggak apa-apa. Gadis ini tiba-tiba teringat sesuatu "oh my God, dimana hp gue? Gue harus nelpon Ed. dia pasti keberatan gue pindah kan? Secara dia nggak bisa lagi makan biskuit"
Alena tersenyum menarik laci di meja kecil disamping rajang El, mengambil handphone dari sana kemudian memberikannya pada sang aktris.
Andai saja El tahu, terjadi peperangan saat proses pindah itu. Ed mencoba menghalangi dengan segala upaya. karena dia begitu mengenal El lebih dari siapapun, dia sangat tahu pemindahan itu bukanlah keinginan gadis itu.
Suasana berubah menjadi panas saat Ed mencoba mengambil alih tubuh El yang tidak sadarkan diri dari sang CEO yang tidak mau mengijinkan.
Kayden Abraham malah semakin mempererat dekapannya pada tubuh El.
melihat itu Ed tidak segan lagi untuk melayangkan pukulan pada wajah tampan itu.
Karena tidak menyangka akan mendapat pukulan, tubuh En yang tidak siap itu terhuyung. Dekapannya pada tubuh El melemah dan kesempatan itu digunakan Ed untuk mengambil Alih.
Terjadi perdebatan panjang, dan melelahkan.
Tapi pada akhirnya tetap saja, pihak agensi dengan dalih ingin memberikan semua yang terbaik untuk sang aktris yang berada dalam naungannya lah yang menang.
...----------------...
Jerome meletakkan beberapa berkas didepan pria yang sedang sibuk mengompres sudut bibirnya dengan es. Sebuah oleh-oleh yang dia bawa pulang dari rumah sakit yang diberikan langsung oleh sepupu ipar mereka.
Pria itu menatap En prihatin, usaha pria itu bergerak sendiri malah langsung mendapat penghargaan yang bisa dibilang tidak main-main pada wajah keramat pria itu pula. Wajah yang tidak pernah tersentuh siapapun apalagi sebuah pukulan.
"Itu berkas terakhir yang harus lo tanda tangan. Itu persetujuan bersama tentang pemutusan kontrak brand untuk Eleasha. Dan itu Job yang terakhir, dia sudah nggak punya apa-apa lagi sekarang, persis seperti yang lo mau."
En menatap Jerome kemudian menatap berkas-berkas di depannya. Pria itu menghembuskan nafas, meletakkan alat konpres di meja dan mulai memeriksa berkas-berkas itu.
"Kecaman masih terus ada, komentar jahat untuk El makin banyak, konten-konten negative tentang dia bertebaran di mana-mana. karirnya sudah diujung jurang" Jerome menatap En yang masih sibuk memeriksa berkas " Ini sudah persis seperti yang lo mau" lanjutnya dengan penuh penekanan.
Tangan En yang sedang membolak-balikkan kertas terhenti.
Tapi Jerome tidak berniat berhenti untuk melanjutkan informasi seperti yang pria itu inginkan selama ini "perbuatan lo waktu itu berdampak besar buat dia.
Dampaknya pada psikis dan juga fisik. lo pasti liat dia sekarang suka memakai turtelneck? Itu salah satu dampaknya"
Ingatan En mengembara, mencoba mengingat kembali penampilan gadis itu sebelum kejadian di rumah Lana, dan penampilannya setelah kejadian itu.
Pria ini tidak bisa menampik bahwa gaya berpakaian El memang sudah berubah, dia selalu memakai pakaian yang menutupi bagian lehernya. Bagian tubuh yang pernah pria ini cengkram dengan sekuat tenaga.
"Dia jadi gampang panik sekarang, dan ada kemungkinan akan kesulitan jika ketemu lo. Makanya selama ini dia tidak pernah datang saat ada panggilan meeting di agensi."
Jerome menekan tombol remote yang mengaktifkan proyektor yang mengarah langsung pada dinding yang memang di khususkan untuk alat itu.
En mengernyit saat melihat tayangan seseorang yang tiba-tiba sesak nafas saat melihat suatu benda, berganti lagi dengan orang lain yang terlihat panik dan ketakutan pada satu objek, berganti lagi dengan seseorang yang gerakkan tangannya tidak menentu memegang tubuh atau benda di sekitarnya dan yang terakhir tubuh gemetar bahkan langsung ambruk kehilangan kesadaran.
En merasa familiar dengan semua itu.
"Yang lo liat adalah sebagian besar orang yang bereaksi pada hal-hal yang membuat mereka trauma. Ini bukan hal sepele, ini bisa menyebabkan depresi berat. Tapi Eleasha itu apa mungkin terlalu kuat? Dia masih syuting live setelah kejadian itu, terpaksa kembali ke perkerjaan meski belum pulih benar. Nggak ngerti lagi gue sama tuh cewek"
En mematung di tempat, semua tayangan yang dia lihat tadi, dialami oleh gadis itu saat melihatnya, saat berada dalam jarak dekat dengannya.
...----------------...
Next chapter>>>
dukung author dengan like, komen dan vote gaisss..
thx b4
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Prahara Sea
kecelakaan yang terjadi juga karena masalah yang bertubi-tubi pengkhianatan dan fans yang gila harusnya kayden tau
2023-04-19
0
Rini
hiksss bang el
2021-11-01
0
Meivi Allen
Kok gw nangis? tangisin El, yang kuat El🥲
2021-03-26
2