Menyesal atau Masa bodoh

...----------------...

"Lo beneran sudah gila sih kayaknya"

Jerome bersuara sambil meletakkan segelas coklat hangat di depan pria yang sudah terlihat lebih segar sehabis mandi.

Dia sedang berkutat dengan berkas yang harus dia periksa saat mendapat telpon dari Leo.

Dalam perjalanannya menuju rumah Lana, pria ini sangat menyesal karena sempat berpikir untuk mengatur pertemuan antara Kayden dan Eleasha.

Ternyata sepupunya itu lepas kendali.

Jerome sangat tahu betapa besar usaha En menahan segala bentuk emosi yang tercipta sejak kepergian Lana.

Betapa keras usaha pria ini untuk menahan keinginan bertemu dengan Eleasha secara langsung, karena takut jika dia tidak bisa menunggu hukum negara ini menjerat El, dan menggunakan cara lain untuk menghukum gadis itu setimpal dengan perbuatannya.

Selama ini En memang mengikuti jadwal gadis itu, mengintimidasi El dengan kehadirannya, mencoba mengganggu gadis itu dengan tatapannya yang sering kali malah membuat orang lain salah paham.

Tapi En selalu berhasil menempatkan dirinya dalam jarak aman, selalu sukses memastikan tempatnya berdiri tidak akan membuatnya menyentuh gadis itu secara langsung.

Dan bisa dipastikan apa yang terjadi beberapa saat yang lalu sudah diluar kendalinya. Tapi tetap saja Jerome tidak bisa membenarkan hal itu. Membenci seseorang tidak harus menjadikan dirimu seorang kriminal.

Kayden memilih untuk tidak menanggapi, tangannya sibuk mengeringkan rambut dengan handuk.

Pria itu terdiam beberapa detik sebelum tangannya bergerak cepat meraih remote TV dan mengarahkannya pada TV besar di tengah ruangan.

"Stasiun TV apa?" tanya Kayden tiba-tiba, jemari tangannya aktif menekan tombol, layar TV berganti-ganti tanpa ada kepastian untuk berhenti.

"Itu live kan? acara apa?"lanjutnya lagi.

Jerome menatap sepupunya itu tidak percaya, " lo sadar nggak sih, beberapa jam yang lalu lo hampir bunuh dia?"

Kayden terlihat menghembuskan nafas, tangannya tidak lagi menekan tombol remote, layar sudah berganti tepat dengan wajah El yang sementara di sorot kamera.

Gadis itu tersenyum, menjawab pertanyaan Host TV bahkan sesekali membalas jokes atau gombalan dari dua pria yang adalah Host di acara itu.

Sama sekali tidak terlihat kalau dia baru saja mengalami hal yang paling mengerikan.

Salah satu Host menanggapi outfit yang dikenakkan El, sang pembawa acara menyinggung kalau ini pertama kali dia melihat El menggunakan turtleneck dan Scarf bersamaan.

"lagi suka sesuatu yang baru, tadi pas mau on the way kesini, liat-liat koleksi baju trus iseng di pasangin, pas liat....kok lucu. yah udah pake aja"

Gadis itu menjawab dengan senyuman, pasti tidak ada yang akan menyangka kalau alasan gadis itu memakai turtleneck, bahkan menambahkan scraf adalah untuk bisa menutupi bekas yang mungkin sudah mulai terlihat dari insiden mengerikan beberapa jam yang lalu.

El melontarkan pertanyaan balik meminta tanggapan dari para Host tentang penampilannya.

"Gimana yah, selama yang pake kamu, yah cocok. pasti cocok ." jawab Host pertama.

Pembicaraan berlangsung seru, El begitu profesional mengikuti setiap sesi acara dengan senyuman, sama sekali tidak terdeteksi ekspresi kesakitan atau kelelahan atau apapun selain bahagia di wajah itu.

Haruskah En memuji gadis itu dalam hal profesionalitasnya?

"Manajernya minta lo untuk jaga jarak dari El. Dia nggak mau hal kayak tadi terulang. Mereka siap tutup mulut asalkan lo nggak dekat-dekat gadis itu" Jerome bersuara, saat layar TV sedang menampilkan commercial break.

"Kayaknya lo memang harus ke psikiater En, lama-lama lo bisa bunuh orang. Emosi lo akhir-akhir ini gampang tersulut. kalo sedetik aja tante Sonia terlambat pulang, gadis itu nggak akan bisa syuting acara live barusan" Jerome buka suara, dalam hati meyayangkan perbuatan En.

"It's ok kalo memang lo pengen bales rasa kehilangan lo, tapi bukan jadi seorang kriminal. Jangan jadiin Lana sebagai alasan atas pembenaran yang sebenarnya salah"

Kayden menatap kedua tangannya yang sedikit gemetar, sampai detik ini pun kulit gadis itu masih terasa nyata di telapak tangannya.

Memang harus dia akui dendam membuatnya buta sesaat, otaknya tidak lagi berfungsi saat melihat gadis itu dirumah Lana.

Segala usaha yang dia lakukan sejak kepergian Lana, runtuh seketika.

Dalam sekejab En jadi gelap mata. kebencian langsung mendominasi, bagaimana bisa orang yang sudah membunuh berkeliaran bebas

di dalam rumah korban?

Bersikap seakan-akan semua baik-baik saja, apa masih belum cukup luka yang dia berikan, kenapa masih memaksa untuk terlihat kontras dengan apa yang Lana punya?

"Kasih dia pengobatan yang dia perlukan" ucap En akhirnya, setelah hening yang lumayan lama, "dan kalaupun mereka mau melaporkan kejadian tadi, proses saja sesuai hukum"

Pria itu berdiri, menatap Jerome, meski tidak langsung di manik mata.

"Gue butuh penerbangan ke Bali, malam ini juga" tutupnya kemudian segera berjalan masuk kedalam room closet dan mungkin tidak akan keluar dari sana sebelum waktu untuk berangkat.

...----------------...

"Kita ke rumah sakit sekarang yah? atau aku telpon Ed aja?"

Alena bertanya dengan raut wajah khawatir. Siapa yang tidak akan khawatir setelah melewati hal mengerikan itu, setidaknya El harus diperiksa oleh seorang yang merupakan ahlinya.

"Nggak usah, Na" Jawab El serak, bekas cengkraman tangan pria itu mulai terasa sakit, gadis itu memperbaiki posisinya yang sedang tidur dikursi mobil, berharap rasa pusingnya akan segera hilang.

"Kita bisa cancel untuk hadir,El. kamu sebenarnya nggak perlu maksain diri"

Alena masih kesal, karena gadis itu memaksakan diri untuk tetap hadir di acara live tadi.

"itu live,Na. Dan iklan gue sebagai guest star juga udah tayang, udah di posting. gue nggak mungkin batalin hanya dalam hitungan jam sebelum acaranya mulai"

El, mengernyit menahan sakit. dia terbatuk sekali dan selanjutnya bertahan untuk tidak batuk lagi, karena rasanya amat sangat menyakitkan.

"Ok..ok kita nggak usah bahas ini dulu, kita pulang dan konpres dulu" Alena dengan cepat menstater mobil, tadi dia sudah browsing di internet dan mendapat beberapa tips penanganan pertama untuk kasus dicekik.

Dia juga sudah membeli semua hal yang disarankan dengan menggunakan kurir ojek online saat El syuting live tadi.

El tidak muntah atau mual tapi hanya sempat pingsan sebentar. Tubuh gadis itu sempat lemah beberapa saat, dan sayangnya langsung dipaksakan untuk terlihat baik-baik saja karena harus syuting acara live.

Salahkan dirinya yang tidak becus menjadi Manager yang baik, karena pada akhirnya Alena akan selalu kalah dengan sifat keras kepala gadis itu.

Di sepanjang perjalanan pulang Alena tidak berhenti berdoa, semoga saja kondisi El akan segera membaik, dia tahu keputusan untuk tidak pergi ke rumah sakit, atau melaporkan kasus ini ke pihak yang berwajib adalah keputusan yang salah.

Tapi sama sekali tidak tersedia pilihan, karena El berada dalam posisi yang sama sekali tidak menguntungkan.

.............

3 hari kemudian

Kayden melepas Airponds di telinga, pria itu memutuskan berhenti dan duduk di atas pasir putih. Menatap keindahan lukisan sang Agung.

Suara ombak, belaian Angin, dan *s*unset yang membuat langit berubah warna menjadi orange. Menjadi pemandangan indah di sore ini.

Sudah 3 hari sejak kejadian itu, artinya selama itu juga dia melarikan diri ke pulau dewata ini.

Pria ini sama sekali tidak mengerti, kenapa juga dia harus pergi? kenapa mendadak bertindak seperti pecundang?

Lagipula kenapa juga dia harus merasa menyesal? bukankah selama ini hal itulah yang dia inginkan? Bukankah nyawa Lana harus di bayar juga dengan nyawa?

Malam itu dia tersadar karena sebuah pukulan dari Leo. Adik kesayangan Lana itu melayangkan pukulan di wajahnya setelah hampir frustasi menyadarkan En dari perbuatan yang mungkin atau (tidak) akan dia sesali.

Pukulan Leo tidak seberapa hanya sedikit membuat sudut bibirnya pecah, luka atau rasa sakit itu tidak ada apa-apanya. Tapi pukulan itulah yang mendorongnya, membuat cengkraman tangannya pada leher gadis itu terlepas.

Tubuh kurus itu ambruk, saat terlepas dari cengkramannya. Suara mama Lana tertangkap oleh indra pendengaran, terdengar sangat khawatir saat memanggil nama gadis itu sebuah usaha agar gadis itu tidak hilang kesadaran.

Tapi hal itu justru yang malah melukainya, sebuah luka yang tak berdarah.

Manajer El dengan raut wajah panik, menguncang pelan tubuh itu. Menepuk pipinya yang sudah pucat agar gadis itu tetap bersama mereka.

En hanya bisa mematung ditempat, tangannya terasa hangat. Suhu tubuh gadis itu tertinggal ditangan yang gemetar. Batinnya berperang antara perasaan menyesal dan perasaan masa bodoh.

Pihak gadis itu malah diam seribu bahasa. tidak ada amarah atau ribuan pertanyaan mengapa terlontar dari kubu sana. Pihak mereka terlalu hening untuk ukuran orang yang hampir mati.

Apa mereka sedang berusaha membuatnya menyesal? Manajer gadis itu hanya meminta pada keluarga Lana untuk menjauhkan En dari Gadis itu.

Tapi En masih berdiri mematung disana, matanya masih menatap wajah pucat dengan leher yang kemerahan hasil dari perbuatannya. Terdiam di persimpangan antara menolong atau membiarkan.

Mama Sonia membujuk En untuk berpindah tempat, menyuruh Leo membawanya Keluar atau kemana saja asal tidak didalam ruangan yang sama dengan gadis itu.

Kenapa? Kenapa hanya dia yang terlihat masih tidak terima dengan kepergian Lana. Kenapa Hanya tertinggal dirinya yang mati-matian mendendam untuk keadilan gadis yang dia cintai?

Kenapa orang yang berbagi darah dengan Lana bisa begitu cepat menerima? Membuka pintu maaf untuk orang yang menyebabkan Lana pergi dan tidak akan pernah bisa kembali di sisi mereka?

"Nanti mama bicara sama kamu, nak. Nanti mama akan jawab semua pertanyaan kamu. tapi untuk sekarang tinggalin ruangan ini dulu. Demi Lana" Tante Sonia berucap sambil menatapnya dengan mata berkaca-kaca, En tidak bisa menyimpulkan untuk siapa pancaran kesedihan itu. Apakah untuk Lana? untuknya? atau mungkin juga Untuk gadis yang terbaring tidak sadarkan diri akibat perbuatannya.

Tapi nama itu masih begitu Magis untuknya, hanya dengan mendengar nama itu keluar dari mulut wanita yang seharusnya sudah menjadi ibu mertuanya, En bersedia untuk kooperatif.

dia melangkah keluar, mengikuti Leo yang sudah lebih dulu berjalan didepannya.

Dalam beberapa langkah dia masih bisa mendengar suara Alena yang berucap syukur. Semoga saja untuk gadis itu yang masih bertahan dan kembali. tapi pantaskah dia berharap begitu? pantaskah Lana?

...****************...

Next Chapterr>>>>>

Terpopuler

Comments

Rini

Rini

kereennn

2021-11-01

0

im_ha

im_ha

7 like untukmu ya Thor. mampir juga di karyaku DOAKU BERBEDA DENGAN DOAMU 💪

2021-04-18

0

lihat semua
Episodes
1 Mimpi Buruk
2 Senyuman pertama di tahun penuh luka
3 Welcome to the (H)EL(L)
4 Tatapan Tajam
5 Perkenalan
6 Luka
7 Menyesal atau Masa bodoh
8 Hening
9 Tantangan
10 Prahara itu datang lagi
11 skandal
12 Circle
13 Masuk dalam pelukkan
14 Trauma
15 Bad girl is you
16 Apa semudah itu membuat orang jatuh hati?
17 Luka (2)
18 Selayaknya hubungan ibu dan putrinya
19 Bunga Lily
20 Poker Face
21 Awal
22 Pelukkan Untuk Ed
23 Pelukkan untuk Ed (2)
24 Liontin dengan inisial nama gadis itu
25 Lupa dengan alarm tanda bahaya
26 Masuk Jurang
27 Hilang
28 Terekam dalam ingatan
29 Visual Kayden Abraham
30 Mulai bergeser
31 Sebuah bahu untuk bersandar
32 Cepat bangun, El. Cepat sehat
33 Topeng
34 Menangis tanpa suara
35 Menghapus no panggilan cepat.1
36 Eduard akhirnya memilih
37 Amarah dan benci vs rasa bersalah yang tidak pernah habis
38 Dress berwarna soft lilac
39 Berharap bisa dilupakan
40 Wajah mereka memang memiliki kesamaan
41 Kekacauan
42 Cerita hari ini apa bisa berbeda?
43 Masih belum terlambat
44 Berurusan dengan orang yang salah
45 Keputusan
46 Lepaskan atau tidak?
47 Fakta
48 No: 3091
49 Kini bisa saling melepaskan
50 lLY
51 Kita akan menikah
52 Nama panggilan
53 Sorotan
54 Satu hari yang tenang
55 Kisah kita sudah selesai
56 Seutuhnya, sesungguhnya, dan sebenar-benarnya
57 Dibawah Pengaruh obat
58 Bra merah
59 Tanda
60 Salah
61 Jarak
62 Sebuah kartu As
63 kenyataan menyakitkan
64 Selamat tidur Ily
65 Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya
66 Bayaran untuk nyawa
67 Satu langkah lebih dekat (jauh)
68 Malam pertama untuk Eleasha
69 Kerinduan yang terpendam
70 Terluka Parah
71 Semanis Martabak manis
72 Sakit di tempat yang sama
73 Emosi telah menghancurkan semua
74 Akankah ada akhir yang bahagia untuknya juga?
75 Sebuah surat
76 Kabar buruk
77 KOMA
78 Merubah situasi
79 Bangun En, peluk gue
80 Siuman
81 Si cantik yang penuh luka
82 Tanggung jawab
83 Pulang ke rumah
84 Keajaiban yang menyakitkan
85 Lebih buruk
86 'Penyakit'
87 Marco
88 Rasa sakit yang tak seberapa
89 Can't believe
90 Can't believe
91 Can’t erase
92 it's (not) over now (?)
93 Tidak bisa lupa
94 mohon bersabar
95 Sudahi perang ini disini
96 Tidak mau kehilangan
97 Dia hadir karena cinta
98 Satu-satunya
99 Diantara kita
100 Cinta dalam tanggung jawab
101 Aku mohon sama kamu
102 Seberapa pantas
103 Sosok yang dirindukan
104 Pelangimu sudah datang
105 It's all coming back to me
106 Kesempatan Kedua
107 Tatapan mereka bertemu
108 Maaf dan Terima kasih
109 Ketakutan
110 Cinta dan Benci hanya terpisah oleh sebuah lapisan tipis
111 Dear future baby
112 World meet baby Kai
113 Debaran pertama
Episodes

Updated 113 Episodes

1
Mimpi Buruk
2
Senyuman pertama di tahun penuh luka
3
Welcome to the (H)EL(L)
4
Tatapan Tajam
5
Perkenalan
6
Luka
7
Menyesal atau Masa bodoh
8
Hening
9
Tantangan
10
Prahara itu datang lagi
11
skandal
12
Circle
13
Masuk dalam pelukkan
14
Trauma
15
Bad girl is you
16
Apa semudah itu membuat orang jatuh hati?
17
Luka (2)
18
Selayaknya hubungan ibu dan putrinya
19
Bunga Lily
20
Poker Face
21
Awal
22
Pelukkan Untuk Ed
23
Pelukkan untuk Ed (2)
24
Liontin dengan inisial nama gadis itu
25
Lupa dengan alarm tanda bahaya
26
Masuk Jurang
27
Hilang
28
Terekam dalam ingatan
29
Visual Kayden Abraham
30
Mulai bergeser
31
Sebuah bahu untuk bersandar
32
Cepat bangun, El. Cepat sehat
33
Topeng
34
Menangis tanpa suara
35
Menghapus no panggilan cepat.1
36
Eduard akhirnya memilih
37
Amarah dan benci vs rasa bersalah yang tidak pernah habis
38
Dress berwarna soft lilac
39
Berharap bisa dilupakan
40
Wajah mereka memang memiliki kesamaan
41
Kekacauan
42
Cerita hari ini apa bisa berbeda?
43
Masih belum terlambat
44
Berurusan dengan orang yang salah
45
Keputusan
46
Lepaskan atau tidak?
47
Fakta
48
No: 3091
49
Kini bisa saling melepaskan
50
lLY
51
Kita akan menikah
52
Nama panggilan
53
Sorotan
54
Satu hari yang tenang
55
Kisah kita sudah selesai
56
Seutuhnya, sesungguhnya, dan sebenar-benarnya
57
Dibawah Pengaruh obat
58
Bra merah
59
Tanda
60
Salah
61
Jarak
62
Sebuah kartu As
63
kenyataan menyakitkan
64
Selamat tidur Ily
65
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya
66
Bayaran untuk nyawa
67
Satu langkah lebih dekat (jauh)
68
Malam pertama untuk Eleasha
69
Kerinduan yang terpendam
70
Terluka Parah
71
Semanis Martabak manis
72
Sakit di tempat yang sama
73
Emosi telah menghancurkan semua
74
Akankah ada akhir yang bahagia untuknya juga?
75
Sebuah surat
76
Kabar buruk
77
KOMA
78
Merubah situasi
79
Bangun En, peluk gue
80
Siuman
81
Si cantik yang penuh luka
82
Tanggung jawab
83
Pulang ke rumah
84
Keajaiban yang menyakitkan
85
Lebih buruk
86
'Penyakit'
87
Marco
88
Rasa sakit yang tak seberapa
89
Can't believe
90
Can't believe
91
Can’t erase
92
it's (not) over now (?)
93
Tidak bisa lupa
94
mohon bersabar
95
Sudahi perang ini disini
96
Tidak mau kehilangan
97
Dia hadir karena cinta
98
Satu-satunya
99
Diantara kita
100
Cinta dalam tanggung jawab
101
Aku mohon sama kamu
102
Seberapa pantas
103
Sosok yang dirindukan
104
Pelangimu sudah datang
105
It's all coming back to me
106
Kesempatan Kedua
107
Tatapan mereka bertemu
108
Maaf dan Terima kasih
109
Ketakutan
110
Cinta dan Benci hanya terpisah oleh sebuah lapisan tipis
111
Dear future baby
112
World meet baby Kai
113
Debaran pertama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!