........
Beberapa bulan kemudian
Sejak insiden pelipis robek, El sudah benar-benar kembali pada aktivitasnya sebagai seorang aktris.
Sibuk melakukan pemotretan, syuting iklan bahkan menerima tawaran untuk sinetron striping yang beberapa tahun terakhir sudah tidak pernah dia jalani karena merasa terlalu lelah jika harus syuting tiap hari. Tapi memang tidak ada yang bisa membuat manusia cepat lupa selain menyibukkan diri sendiri.
Metode ini pernah dia lakukan beberapa waktu yang lalu, saat dia harus melupakan pengkhianatan dan kehancuran hati yang menimpanya akibat perbuatan sang mantan tunangan. Menjadi sibuk memang tidak pernah mengecewakan.
"Jadwal hari ini padat lho El, kamu mau aku cancel beberapa nggak supaya kamu bisa istirahat?"
Gadis yang sedang menatap cermin itu menggeleng sambil berusaha tersenyum. Dia tidak ingin mengatakan pada sang manajer apa yang sebenarnya dia rasakan, tubuhnya memang kelelahan tapi hati dan pikirannya menolak untuk berhenti.
"Mata panda kamu makin parah lho" ucap Alena khawatir.
"Bisa diakalin pake concelear kok, tenang aja"
"Trus tubuh kamu gimana? Aku takut kamunya jatuh sakit. Istirahat sebentar nggak apa-apa, El"
"It's ok, lagipula gue harus kerja keras kan. Tanggungan banyak sekarang"
Alena menepuk pundak gadis itu "semuanya bukan sepenuhnya salah kamu, "
El mengangguk. Dia mengerti, dia memang yang berinisiatif untuk mengharuskan dirinya bekerja keras, karena sekarang banyak yang harus dia perhatikan.
Dia tidak boleh menutup mata pada para korban dan keluarganya karena biar bagaimanapun dialah yang berada di balik kemudi pada saat itu, meski keajaiban telah membuatnya bebas walau bukan dalam arti yang sebenarnya.
...........
Tidak adil, seakan gadis itu adalah pusat bumi ini. Seakan semua akan maklum dengan yang gadis itu lakukan.
Segala usaha menjatuhkan gadis itu tidak ada yang berhasil. Semua artikel tentang skandal penabrakan beberapa bulan yang lalu, tenggelam dengan artikel positif atau kabar terbaru gadis itu.
Ada beberapa yang menanggapi, ada segelintir yang peduli tapi berhasil tertutupi dengan para kaum yang memaklumi, sebagian besar membela dengan komentar-komentar yang seakan-akan mereka berada di lokasi kejadian, melihat dengan mata kepala sendiri dan dengan begitu gampangnya mengatakan 'El tidak bersalah'
Lantas siapa yang bersalah? Anak dibawah umur yang menggantikan diri sebagai tersangka untuk gadis itu atau salahnya karena menggelar pernikahan di hari naas itu?
"Brengsek!!!!!" Tinju Kayden mendarat dengan keras di lemari kaca tempat beberapa furnitur dari keramik berada, membuat beberapa furnitur rusak dan juga melukai tangannya yang entah sudah kali keberapa terluka karena hal seperti ini.
"Brengsek!!! Kenapa mama Lana gampang sekali kasih dia maaf? Dan kenapa bahkan nggak mau dengerin gue ataupun Leo? Apa nyawa Lana sebegitu nggak berharganya buat dia? Bisa-bisanya mama kasih perempuan itu maaf secepat ini"
Kayden meremas tangannya yang sudah mengeluarkan darah segar, pria ini tidak lagi merasa sakit dari luka baru diatas luka lama yang belum sepenuhnya sembuh.
"Kalau dia pikir selamanya hal ini akan terkubur, dia salah besar. Gue akan pastikan dia membayar lunas semuanya tanpa terkecuali"
"Lo mau ngapain lagi? Dan demi Tuhan tangan lo bisa cacat En, baru mau sembuh udah luka lagi"
"Lo cari cela management tuh cewek, cari cara apapun supaya kita bisa ambil alih. Kita lihat nanti gimana dia bisa bereaksi kalo dibawah naungan gue"
...........
Kayden menatap tajam pada sosok yang sedang sibuk mengikuti arahan fotografer didepannya.
Gadis yang masih bebas berkeliaran sesuka hati setelah merenggut nyawa tunangannya.
Calon istri yang seharusnya hanya dalam hitungan menit sudah sah menyandang sebutan mrs. Abraham. Tangan pria itu terkepal dikedua sisi tubuh.
Selama bulan- bulan yang menyiksa ini, dia berusaha mencari bukti untuk menjerat gadis itu tapi seakan Tuhan juga memihak El, tidak ada yang tersisa selain pernyataan seorang anak kecil berusia 9 tahun yang pada saat kejadian sedang berada tidak jauh dari tempat itu.
"Orang tua anak itu minta gue untuk nggak melibatkan anak mereka, lagipula pernyataan anak kecil nggak akan bisa jadi sesuatu yang kuat. Dan seperti yang lainnya, pernyataan anak itu berubah sama seperti yang lainnya hanya dalam beberapa jam"
Ucapan Jerome kembali terngiang, membuat pria itu semakin dipenuhi dengan api kebencian yang membara, bagaimana bisa hukum negara ini 'diperkosa' oleh oknum yang memiliki banyak uang?
Dimana letak keadilan itu bersembunyi sekarang? Kenapa begitu sulit menemukannya?
"Aku bersumpah akan membuat dia membayar semua perbuatannya Lana, kalau perlu dengan nyawanya"
................
"Lo liat pria dengan setelan jas itu nggak sih? Gue perhatiin yah, udah hampir seminggu ini dia selalu ada disekitar lo, dan liatin lo mulu dengan tatapan super hot itu"
Alda si pria kemayu berucap sambil merapikan kembali outfit yang sedang dipakai El untuk acara live di salah satu stasiun tv sebagai bintang tamu acara talkshow yang settingnya memang diluar ruangan.
"Dia juga kelihatan pas kita pemotretan di kawasan kota tua kemarin, terus pas lo syuting iklan di stasiun MRT, dan dia juga ada di seluruh lokasi syuting sinetron elo, penggemar kali yah? Ganteng lho El. Body nya itu lho buat eike nggak kuat aihhhh...." lanjut Alda dengan gerakan tangan yang menjadi ciri khasnya.
El mengikuti arah pandang Alda, gadis itu menyipitkan mata, berusaha mengenali pria yang berdiri beberapa meter darinya yang saat ini secara terang-terangan sedang menatapnya tajam.
Gadis ini merinding kemudian segera membuang muka. Dia menggeleng setelah beberapa saat mengais ingatannya tentang lelaki itu, tapi sama sekali tidak dia temukan.
"Nggak kenal" El berbisik pelan kemudian berbalik membelakangi si pria misterius itu.
"Penggemar kali El, dari style nya sih orang berduit yah. Dari ujung kepala sampe kaki barangnya branded semua booow. Nahhh yang begindang cocok sama lo, bukan yang cuma morotin doang ngakunya kaya tapi malah nikung sama mak sendiri"
Alda nyerocos dengan semangat 45, sebagai salah satu saksi hidup El dia tahu betul perjalanan cinta sang aktris dengan mantan tunangan yang beberapa bulan yang lalu sudah berganti status sebagai ayah tiri El.
"Gue nggak mau berurusan sama dia" El menghembuskan nafas,
"tatapan mata itu ngingetin gue, sama si fans fanatik kemarin. Itu jelas sebuah tanda bahaya"
Gadis itu segera berjalan menjauh dengan langkah cepat membuat Alda kewalahan mengikuti dari belakang dengan gerutuan ciri khasnya.
...........
"Dapat bunga lagi?"
Alena mengangguk, meletakkan bucket bunga di meja dalam ruang ganti El ini. Hari ini syuting berakhir lumayan cepat untuk bagian El.
Gadis itu akhirnya boleh pulang kerumah di jam yang masih lumayan normal. Setidaknya jam 9 malam untuk jadwal padatnya adalah sebuah hal normal tersendiri.
"Kali ini mau pulang kemana? Nyokab kamu nelpon terus. Undangan makan malam masih berlaku untuk waktu yang tidak ditentukan, katanya"
El tersenyum miris, menatap buket bunga yang terletak di meja melalui kaca besar didepannya.
"Kadang-kadang gue mikir, mama itu pura-pura nggak tahu atau memang sengaja ngelakuin itu ke gue? Bisa-bisanya dia bersikap seakan-akan semuanya baik-baik aja. Bisa-bisanya dia lupa kalo posisi gue itu mantan tunangannya Marco, suaminya sekarang. Dan mama menuntut sebuah keluarga yang utuh dan bahagia. I'ts so funny"
Alena menghembuskan nafas berat, prihatin dengan posisi El sekarang yang hanya dalam sekejab dunia gadis itu terbalik.
Kejadian demi kejadian tidak menyenangkan dan cenderung menyakitkan secara beruntun menghampiri, menariknya jatuh, membuatnya terluka parah tapi untunglah tidak sampai membuatnya terpuruk terlalu lama.
Alena sangat tahu El gadis yang cerdas, gampang memahami situasi, pekerja keras, walau juga rapuh disaat yang sama.
"Bunga dari siapa, Na?" El tiba-tiba mengganti topik, dia tidak ingin berlama-lama terpuruk di situasi menyedihkan.
Dia sudah berjanji untuk menjalani hidup, dengan baik. Menghargai apa yang dia punya dan mempertahankan apa yang harus dia pertahankan.
"Dari Elluv yah?" Tebaknya walau sebenarnya kurang yakin.
Karena beberapa tahun terakhir El sudah melarang para Elluv -- sebutan fans club resmi El-- untuk memberikannya hadiah dalam bentuk apapun.
Gadis ini sudah merasa cukup dengan semua hadiah dan cinta yang para penggemarnya berikan sepanjang karir, sekarang dia sudah bisa membeli hadiah untuk dirinya sendiri.
Mereka tidak perlu membuang uang untuknya, hanya cukup dengan mendukung dan mendoakannya itu hadiah yang nggak akan bisa di beli dengan apapun atau siapapun.
"Masih suka bandel yah anak-anak gue itu, kan udah dibilangin di tiap kesempatan kalo sekarang gantian, mereka beli sesuatu yang perlu untuk diri mereka sendiri, hadiah untuk diri sendiri."
El mengeluarkan ponsel dari dalam mini tasnya, dia ingin menulis di fanspage Elluv tentang peraturan baru ini, kali aja ada penggemar yang masih baru dan belum tau.
"Ini bukan dari Elluv" Alena bersuara akhirnya, membuat jempol tangan El yang sedang sibuk menari diatas tombol keyboard handphone langsung terhenti diudara.
"Lha terus?"
"Dia ini termasuk Elluv nggak sih? Arthur Xavier?"
"WHATS? "
..................
"Artur siapa?"
"Arthur Xavier, lo nggak tau?" Jerome balik bertanya dengan kening berkerut.
Kayden terlihat berpikir "terkenal?"
Jerome hanya bisa menahan nafas, kemudian menghembuskannya dengan sadis saat mendengar jawaban bossnya itu.
"Buat apa handphone lo canggih kalo sekelas Arthur aja nggak tau"
"Penting yah, buat tau Arthur-Arthur itu?"
Jerome mati-matian menahan tangannya agar tidak meraih benda didekatnya dan melemparkan pada pria yang sekarang malah asyik dengan gadget ditangannya.
"Ya.. kalo nggak penting nggak usah nanyalah. Dengan begitu gue bisa menghemat suara" Jawab Jerome kemudian berjalan kembali ke ruangannya.
"Tapi palingan cepat atau lambat juga lo bakalan taulah. Bentar lagi pasti masuk akun gosip, masuk infoteiment di tv dan tranding di twitter." lanjut Jerome lagi sebelum keluar dari ruangan besar sang CEO.
Kayden berhenti mengutak-atik situs saham di smartphonenya. Dia memutuskan untuk membuka Google dan mencari tau nama yang tadi baru saja disebutkan Jerome.
Arthur Xavier, aktor sekaligus penyanyi berkebangsaan Thailand. Mulai Terkenal karena perannya sebagai khun Nam di series terpopuler Thailand. Forever love you......
****
Xavier membuat gempar para penggemarnya saat menjawab pertanyaan salah satu followers lewat live di instagram yang bertanya siapa tipe idealnya. Dengan wajah merah dan nampak malu-malu aktor multitalenta itu menyebut Eleasha Halim sebagai tipe idealnya......
***
Nitizen berhasil mendapatkan bukti digital kalau Arthur Xavier sudah lama menaruh perhatian kepada aktris Indonesia, Eleasha Halim. Arthur Xavier ternyata sudah lama memfollow akun istagram dan twitter Eleasha, bahkan di tahun 2016 sempat meninggalkan komentar di postingan aktris cantik berdarah indonesia itu.......
Kayden menutup aplikasi google, memutuskan untuk berhenti kepo dengan Arthur Arthur itu.
Sepertinya dia harus bergerak cepat, sebelum gadis itu semakin lupa dengan dosa yang dia pernah buat.
Terlalu banyak kebahagiaan yang mulai mendekati Eleasha dan hal itu harus segera dia hentikan dengan segala cara.
.....
2 month later
"Pengambil alihan perusahaan sudah selesai pak, mulai sekarang agensi yang menaungi aktris Eleasha Halim sudah resmi menjadi milik bapak"
Sebuah senyuman terukir diwajah, wajah dengan perpaduan Spanyol, Chiness dan Indonesia itu semakin terlihat tampan dengan senyuman yang menampilkan sebuah lesung pipi tunggal di pipi kiri.
"Welcome to the Hell, Eleasha Halim. Kalau hukum tidak bisa menjerat kamu, maka akan Aku pastikan hukum karma yang akan bekerja untuk membuatmu ingin mati tapi tidak bisa, ingin hidup tapi juga tidak bisa"
...........
Next chapter>>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Rini
smangattt
2021-11-01
0
Zulfa
Salken kak, JIKA mampir membawa like nih. Mari saling dukung kakak😍
2021-04-19
0
Senja Cewen
Penulisannya Rapi, like ...
Pria Pusaka
2021-04-01
0