...----------------...
"Jadi ceritanya doi mulai terang-terangan nih" Alda merapikan kembali outfit El untuk syuting. Sebuah tindakan yang tidak perlu sebenarnya. Karena El merasa tidak ada yang salah dengan pakaian yang dia pakai. Si Alda hanya modus saja sekarang.
"Dia ngirimin kopi truck dong, udah kayak di Korea aja" Alda tertawa dengan ciri khasnya membuat El yang sejak kedatangan truk kopi itu sudah sensi menjadi semakin sensi.
"Lo nggak mau foto gitu El? Trus upload di sosmed? Secara lo satu-satunya aktris yang dikasih kopi truk saat syuting di negara ini tau nggak sih?"
"Itu norak banget, tau nggak sih?" balas El sambil mengeleng-gelengkan kepala.
"Eh dia nyamperin kesini" Alda hampir menjerit saat sosok tampan itu berjalan kearah mereka.
"F**or the first time, nggak sih? Akhirnya dia nyamperin lo setelah selama ini cuma mandangin dari jauh" goda Alda dengan nada bisikkan yang hanya bisa didengar El.
El mati-matian menutupi rasa takutnya. Dia tidak bisa menyangkal kalau kejadian dirumah Lana telah memberinya sebuah Trauma pada semua hal yang berhubungan dengan pria itu. Pria yang saat ini sedang berjalan kearahnya.
"Hai"
Alda menyikut El, membuat gadis itu dengan terpaksa harus membalas sapaan yang tidak dia harapkan "Se...selamat siang pak direktur" jawab El sedikit terbata. Jantung gadis ini berdetak lebih cepat dari biasanya. Seluruh tubuhnya memasang alarm tanda bahaya pada sosok menjulang yang berdiri didepannya.
Mata Alda membesar dua kali lipat dari ukuran normal. Sebagai staff pribadi El, pria kemayu ini memang tidak ada sangkut pautnya dengan agensi yang menaungi El. Karena Alda di gaji langsung oleh sang aktris.
"Pak direktur?" Alda bertanya tanpa suara ke arah El yang hanya dijawab dengan bahu yang terangkat gadis itu.
"Saya harap kedepannya anda bekerja lebih profesional lagi, karena anda selalu menghindari pertemuan dengan saya. Makanya saya datang langsung mengunjungi anda di lokasi, sekaligus memberi dukungan untuk aktris kesayangan manajemen kita ini" pria itu tersenyum di balik kacamata hitam yang bertengker di hidung mancungnya, membuat dia semakin mempesona di mata semua orang, tentu saja kecuali di mata El.
Gadis ini menelan ludah dengan susah payah, dia meremas kuat tangannya yang mulai berkeringat dingin. Jantungnya berdebar kencang sampai membuat dadanya nyeri, energinya seperti terkuras, dia hampir tidak bisa berdiri dengan tegak sekarang.
Efek yang dia dapatkan dari kejadian tempo hari ternyata tidak sederhana itu.
El berusaha mencari cara yang bisa membuat interaksi ini berakhir. Dengan berat hati dia mengangkat wajah menatap pria itu, walau tidak langsung pada bagian mata dengan sisa-sisa keberanian juga kekuatan yang dia punya.
"Saya harap anda juga tidak usah repot-repot melakukan hal tidak penting seperti sekarang kedepannya, karena jujur saya merasa terganggu, pak direktur." Ucap El terus terang, sambil menekan pada kata 'pak direktur'.
Dalam hati gadis ini bersyukur karena sudah diberkahi dengan kemampuan akting yang mumpuni.
Menggeluti seni peran selama bertahun-tahun, membuatnya tidak kesulitan menyembunyikan emosi pribadi kepermukaan.
"Oh justru itu yang menjadi tujuan saya, membuat anda merasa terganggu"
Pria itu maju memutus jaraknya dengan El, tapi tak diduga gadis itu malah mundur beberapa langkah, mata berbentuk almond itu memancarkan ketakutan yang sangat kentara.
Bayangan kejadian di rumah Lana terlintas di kepala El. Membuat rasa takut begitu cepat menjalar memenuhi setiap aliran darah dalam tubuhnya.
El berusaha menahan rasa takut itu sekuat tenaga. Dia harus kuat, karena disini ada banyak pasang mata.
Dan Kayden bisa menangkap ketakutan itu, matanya berkilat. Merasa puas dengan adanya kelemahan yang berhasil dia temukan pada gadis di depannya ini.
Pria ini merasa semakin tertantang untuk memojokkan gadis itu dan menunjukkan otoritasnya.
En melangkah begitu cepat, sampai tidak terbaca, tubuh El membeku karena pria itu kembali membuatnya teringat kejadian mengerikan yang sebenarnya sedang berusaha dia lupakan.
Nyaris saja El jatuh tersungkur, untunglah dia masih bisa mengendalikan diri.
En menatap El yang sama sekali tidak mau menatapnya, gadis itu membuang muka menolak membalas tatapan pria ini.
Sambil menyeringai En sedikit membungkuk untuk berbisik.
"Bukankah saya sudah pernah bilang, kedepannya kita akan semakin banyak waktu untuk bertemu? Saya rasa kedamaian hidup anda sudah lebih dari cukup. Anda tidak berniat mengubur fakta kalau anda pernah menabrak dan sudah merebut nyawa seseorang untuk selamanya bukan?"
Selesai mengatakan hal itu, En beranjak pergi setelah menepuk pelan bahu El dan tidak lupa memasang senyum memikat ciri khasnya ke segala penjuru.
Lutut El seketika lemas, gadis itu mendadak tersungkur. Dia sudah tidak mampu menahan lebih lama lagi, El telah berada pada batas yang sejak tadi coba dia tahan sekuat tenaga. Nafasnya memburuh, degupan jantungnya menggila. Dia merinding disertai rasa ngeri dan rasa nyeri yang hebat setelah kepergian pria itu.
Gadis ini tidak lagi peduli dengan suara Alda yang memanggilnya maupun suara milik para kru yang langsung menghampirinya karena khawatir.
Mendadak dunia El menjadi senyap tanpa ada satu pun suara terdengar, sampai kegelapan kembali merenggut kesadarannya.
...----------------...
Kayden tersenyum puas saat pemberitaan infotainment negeri ini membahas tentang kondisi terbaru gadis yang baru beberapa jam yang lalu sukses mendapat kejutan darinya. Sebuah shock teraphy yang cuma-cuma darinya untuk seorang Eleasha Halim yang menjadi kesayangan seluruh umat di negeri ini.
Pria ini tinggal menambahkan bumbu pelengkap untuk berita mengejutkan kali ini. Sebuah berita yang pasti akan membuka mata para pecinta dan pembela gadis yang sudah membunuh kekasihnya.
"Segera rilis artikelnya, jangan lupa masuk di kolom komentar akun-akun gosip. Buat dia semakin terpojok lagi"
Kayden menutup panggilan telponnya, dengan senyuman masih bertahan diwajah tampan itu, tatapannya kembali dilayar TV diruangan kerjanya yang menampilkan aktris kesayangan sejuta umat itu, dilarikan kerumah sakit dengan wajah pucat pasi dan sedang tidak sadarkan diri.
"Apa lo nggak keterlaluan? Dia baru aja comeback syuting. Baru juga pulih dari bekas cekikan hasil perbuatan lo." Jerome memberikan pendapat setelah sejak tadi hanya diam saat En beraksi.
Pria itu merasa sedikit kesal. Usahanya membantu El untuk pulih selama hampir satu bulan dan hal itu juga membuat pekerjaannya jadi bertambah karena harus menghadle Job El, supaya Alena bisa fokus merawat sang artis.
Semua terasa sia-sia hanya dalam waktu singkat karena perbuatan pria yang dulu memintanya untuk memberikan El perawatan terbaik, dan malah langsung melarikan diri ke Bali.
Kalau akhirnya akan seperti ini, kenapa masih memberi gadis itu kesempatan? Kenapa masih memberinya projek? Bukankah itu terlihat membuang banyak waktu apalagi anggaran?
En bahkan tidak memberitahu Jerome kalau dia sudah menyetujui kerja sama sang aktris dengan beberapa projek mulai dari sinetron, iklan TV dan beberapa produk untuk menjadi Brand ambasador.
Pria itu bergerak sendiri, bahkan turun tangan langsung menghubungi Manajer El tentang projek sinetron baru yang harus di terima dan tidak bisa di tolak.
"Ini baru awal, setelah ini dia pasti nggak akan sanggup untuk membuka mata. Karena penderitaannya pasti akan 1000 kali lipat dari yang pernah dia kasih buat Lana" ujar pria itu senang.
Salahkan gadis itu sendiri, kenapa bersikap kurang ajar dengan menolak setiap pertemuan mereka, padahal sudah diundang secara resmi dan malah dengan segala cara menemui pria lain secara tidak resmi.
Bukankah secara tidak langsung gadis itu sudah mengibarkan bendera perang? pria ini jelas akan menerima dengan senang hati.
"Lo mau buat hal gila apa lagi hah?" Seru Jerome tidak bisa menahan rasa kesalnya yang sudah sampai di ubun-ubun.
En tidak lagi bisa di baca atau di tebak. Cara berpikir dan bertindak pria itu sekarang jelas bukanlah yang Jerome kenal. Pria itu berubah-ubah seperti sebuah kotak dengan isi yang tidak terduga, terkadang bisa melembut atau bisa seperti saat ini, dipenuhi hasrat untuk membalas kematian Kekasihnya cinta pertama dan juga (mungkin) menjadi cinta terakhirnya.
"Gue hanya mau keadilan buat Lana, terlepas dari apapun. termasuk keluarganya yang sudah memberi maaf dan sudah mengiklaskan." En memberi jeda untuk kembali bicara. " tapi gue nggak akan bisa ikhlas, gue nggak akan maafin sampai keadilan buat Lana di tegakan"
...----------------...
"Kelelahan parah, dia juga kayaknya masih syok sama kejadian kecelakaan itu . Intinya dia perlu istirahat total, seminggu atau dua minggulah" Pria dengan jas dokter itu berucap, tanpa melepas tatapannya pada El yang masih menutup mata terbaring di ranjang rumah sakit.
"Kita tinggal tunggu dia sadar, kemudian kita lanjut pemeriksaan mendetail lagi. Takutnya ada yang kelewatan kan? Tapi sejauh ini it's ok kok Na, lo nggak perlu khawatir berlebihan"
Alena menghembuskan nafas, dia menepuk lengan pria dengan jas dokter itu pelan " thank you yah Ed. Kita beruntung punya kamu"
Pria bernama Ed itu tertawa "akh.. Elo kayak gw orang lain aja. Ya udah Na, gue tinggal yah? Gue masih ada kunjungan buat kontrol pasien soalnya. Tapi gue balik lagi entar kalo udah selesai"
Alena mengangguk sambil mengucapkan terima kasih sekali lagi. Pandangan gadis ini kembali kepada El saat tubuh sang dokter menghilang dibalik pintu ruangan.
El pasti memiliki trauma pada pria itu, tidak mungkin tidak. Dampak dari kejadian itu saja bahkan sampai mempengaruhi gaya berpakaian El.
Sejak saat itu, El selalu memakai pakaian yang sebisa mungkin menutupi lehernya. Rasa sakit dan memar mengerikan yang buat gadis itu begitu tersiksa, membuat El tidak mau melihat lehernya sendiri. Sampai tidak mau bercermin berlama-lama.
Alena menghembuskan nafas, pikirannya berkecamuk. Sebenarnya sejak kejadian di rumah Lana gadis ini sudah berusaha memikirkan jalan keluar untuk El.
Dia tidak bisa hanya diam saja, melihat sang aktris terperangkap dalam perangkap pria yang sudah mengancam nyawa dan juga dengan sengaja membuat El bernaung dalam kekuasaannya.
"Kontrak kerja" Alena bergumam, "kontrak kerja eklusif El akan berakhir 3 bulan lagi"
Alena menatap El yang masih belum sadar, tolong bertahan sebentar lagi El. Hanya sebantar lagi.
...----------------...
Prahara itu datang lagi, menggulung bak ombak besar. Memukul keras menciptakan luka baru.
Tanpa di duga berita tentang kehamilan El tersebar luas, semua platfrom media ramai memberitakan. Segala teori dan pernyataan-pernyataan muncul dari segala penjuru.
Semua akun resmi sang aktris di serang oleh nitizen yang penasaran dengan kebenaran sebenarnya. Kolom-kolom komentar langsung dipenuhi dengan beragam tulisan, mulai dari pertanyaan, gosip, fitnah, hinaan, pembelaan dan juga iklan.
Hanya dalam waktu beberapa Jam sejak jatuh pingsan di lokasi syuting, handphone Alena tidak berhenti berbunyi sekarang.
Gadis mungil itu memijit keningnya yang berdenyut hebat, kenapa cobaan tidak pernah berhenti menghampiri? Kenapa rentetan musibah ini malah terjadi secara beruntun.
Pintu ruang V**VIP tempat El di rawat ini tiba-tiba terbuka, sosok berkaca mata yang dia kenal masuk terburu-buru dengan raut wajah cemas.
Tatapan pria itu langsung tertuju pada sosok cantik yang masih terbaring dan belum juga sadarkan diri sampai saat ini
Pria itu mengepalkan tangan, terlihat jelas amarah menguar dari seluruh tubuhnya. Detik berikutnya dia mengacak rambutnya terlihat begitu frustasi.
Alena memutuskan untuk menghampiri lalu menepuk pelan punggung pria itu. Berharap bisa memberinya sedikit rasa tenang. Setidaknya hal itu yang harus mereka terus jaga, pihak mereka tidak boleh terpancing dengan setiap manuver yang terjadi diluar sana.
"Apa ini perbuatan Kayden Abraham?" tanya Ed dengan suara bergetar menahan tiap emosi yang tercipta dalam tubuhnya saat melihat pemberitaan tentang Eleasha. "gue udah liat beritanya, El pasti pingsan karena ada pemicu utama dan itu bukan hanya karena murni sebuah kelelahan biasa."
Tatapan pria itu kembali pada El, pancaran penyesalan menguar dari kedua mata pria itu "gue baru tahu CEO baru agensi El itu Kayden. Gue seharusnya kasih El peringatan sebelumnya"
Alena terkejut mendengar setiap kata yang keluar dari mulut pria didepannya "kamu kenal CEO kita? Tapi bagaimana bisa?"
Ed menghembuskan nafas, tangannya mengepal tanpa sadar. Andai saja dia tidak lupa untuk memperingatkan El, hal seperti ini pasti tidak akan terjadi.
El pasti akan bisa menghindar, setidaknya gadis itu bisa meminimalisir luka.
Andai saja, dia tidak melupakan fakta itu, cerita hari ini mungkin saja bisa berbeda.
.....
to be Continue>>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
efvi ulyaniek
yah kasian bgt...traumanya bener2ini mah
2024-12-18
0
Rini
masih baca
2021-11-01
0