...----------------...
El menarik nafas lega setelah terdengar kata cut dari sutradara. Dia tersenyum dan sedikit membungkuk ke arah kru dan host bahkan peserta yang lain. Ini merupakan syuting terakhir mereka setelah hampir empat minggu berada di daerah ini, sebuah daerah di pedalaman Sumatra Barat.
Hampir empat minggu berada di alam terbuka, berteman dengan nyamuk, dan di nyanyikan lagu penghantar tidur saat malam dari jangkrik dan hewan-hewan malam lainnya. El bersyukur karena bisa melewati proses syuting ini sampai selesai. Walau sempat terjadi beberapa masalah kecil, tapi semua bisa berakhir dengan segala baik.
Untuk sampai ke desa tujuan, mereka Harus duduk berjam-jam dalam perahu kecil yang tidak memungkinkan penumpang untuk banyak bergerak. Dan masih harus berjalan kaki pada medan yang berat, panjang dan melelahkan untuk sampai di tempat tujuan. Hal itu juga berlaku untuk perjalanan pulang.
"Kok perasaan gue nggak enak yah, Na?"
"Nggak enak gimana?" Alena mendekati El, menyeka keringat gadis itu kemudian memberikan air minum untuknya "Ini minum dulu"
El meneguk air yang diberikan Alena "Nggak tau, gue ngerasa ada yang hilang disini" gadis itu memegang dadanya. "gue nggak tahu apa, tapi rasanya nggak enak banget"
"Ya udah, istirahat dulu. Siapin tenaga buat pulang, medannya juga berat" Alena memberi saran.
"Tenang aja gue bantu bawain tasnya El, lagi"
El dan Alena tersenyum pada satu-satunya pria tampan dalam tim ekspedisi untuk syuting kali ini. Salah satu solois pria terkenal di negeri ini. Pria yang beberapa kali menolong El saat kesulitan di perjalanan dengan medan yang berat untuk para wanita.
"Makasih lho. Nggak tau deh gimana jadinya kalau nggak ada kamu" Alena mewakili El mengucapkan terima kasih.
"Sama-sama, kan sebagai manusia harus saling membantu. Lagian masa iya aku biarin cewek kesusahan"
"Semoga pas balik gue bisa balas yah, Agam?" El menimpali.
"jadi model MV gue yah El?"
El mengangguk, mengiyakan. Dengan senyuman.
...----------------...
Tangan Kayden berhenti di udara, dia tidak jadi membuka pintu mobil saat melihat sosok yang dia kenal muncul seorang diri, tanpa di undang.
En tersenyum menatap sosok itu dengan tatapan menilai "apa yang buat lo kesini? Demi Elisa sekalipun lo nggak pernah kesini" En mengeluarkan pendapatnya, kali ini dia memakai bahasa informal
"Tolong berhenti mempersulit El, tolong berhenti menyiksa dia lagi" Ucap Ed to the point.
"Lo sekalipun nggak pernah memohon untuk Elisa" En menggeleng tidak percaya. Menatap tajam ke arah pria tidak tahu diri didepannya ini.
"lo sekalipun nggak ada dipihak dia" lanjut En mengingatkan.
"Lisa masih punya lo, Jerome dan papa untuk berada di pihak dia." Ed mengepalkan tangannya kuat sampai buku-buku tangannya memutih, "sementara El, satu-satunya pegangan yang dia punya baru saja pergi untuk selamanya, tanpa bisa bertemu untuk terakhir kali. Kalau bukan gue yang di pihak dia siapa lagi?"
En bisa melihat mata pria itu berkaca-kaca, hanya dengan satu kedipan mata bisa berubah menjadi kristal bening. Sebenarnya apa yang sudah terjadi tanpa dia sadari.
"Kalau suatu saat nanti, akhirnya lo tau ternyata semua nggak seperti yang lo pikir. Tolong jangan menyesal karena sudah menyia-nyiakan kesempatan untuk kenal El lebih baik"
Setelah mengucapkan deretan kalimat panjang itu, Ed berlalu pergi tanpa kata, tanpa ucapan basa basi karena sudah bertamu.
...----------------...
Alena hampir menjatuhkan handphone ditangannya, gadis itu gemetar dengan perasaan campur aduk.
Karena daerah tempat mereka syuting masih termasuk pedalaman, Handphone dan sejenisnya kehilangan fungsi selain memotret atau merekam video.
Mereka benar-benar putus hubungan dengan dunia luar. Tidak ada sinyal yang tersedia di daerah itu, hanya tersedia listrik yang untuk mengaksesnya pun harus menempuh jarak kurang lebih 1 km dari desa tempat mereka syuting, beberapa kru akan pergi secara terjadwal untuk mengisi daya semua peralatan elektronik mereka, dan kembali lagi ke desa. Begitu seterusnya sampai syuting berakhir.
Saat ini mereka sudah berada di Bagian kota, beristirahat sementara di hotel sebelum kembali ke ibukota.
Saat jaringan celuler dihidupkan, handphone gadis itu langsung diserbu dengan puluhan bahkan mungkin bisa mencapai ratusan notif.
Handphone Alena bahkan sampai hang dan harus di restart lagi.
'angkat telponnya!! liat pesan gw!! Demi Tuhan Alena kalian dimana? Opa kecelakaan'
'O**pa koma dan oma ikutan jatuh sakit, kalian di mana**?'
'O**pa meninggal, El. Demi Tuhan kalian dimana**?'
'Kalo udah liat chat gw, plis kasih kbar secepatny'
'oma hari ini meninggal, tolong jawab pesan gw, apa yang mesti gw lakuin'
Alena tidak bisa menahan air matanya, gadis itu jatuh terduduk di lantai. mati-matian membekap mulutnya, mencegah suara tangisnya keluar dan membangunkan El yang baru saja tertidur setelah hampir empat minggu tidak pernah tertidur dengan pulas.
Sekarang apa yang harus dia lakukan? dia harus memulai dari mana? bagaimana cara dia menyampaikannya pada El? Alena dilanda dilema besar. Sekarang bagaimana dengan El?
...----------------...
"Na, lo liat handphone gue nggak? Gue mau nelpon opa, nggak tahu kenapa tiba-tiba kangen banget" El yang terlihat lebih segar karena baru selesai mandi mendekati Alena yang sibuk mempacking barang-barang mereka, "kenapa udah di packing semua? Bukannya kita balik besok? Gue mau jalan-jalan nyari oleh-oleh dulu hari ini, buat tante Sonia sama opa dan oma"
Alena sejak tadi menunduk tidak merespon ucapan El, dia masih sibuk memasukkan barang-barang kedalam koper.
"Lo kenapa sih, Na? Apa jangan-jangan pak direktur udah nyuruh kita balik? Ada kerjaan dadakkan lagi?" El menyimpulkan sendiri "Elo sih, kan gue udah bilang kalo handphonenya jangan dulu di aktif'in"
Alena masih bergeming, tidak merespon. membuat El akhirnya ikut mensejajarkan badannya dengan sang manajer " Alena, lo kenapa sih? sakit yah?" tanya Gadis itu sambil mengguncang tubuh Alena.
Gerakkan El terhenti saat dia menyadari sesuatu "Na, lo nangis? Kenapa? Kenapa lo nangis?" Tanya El mulai panik "Alena liat gue, lo kenapa?" El berusaha membuat Alena menatapnya.
Tanpa diduga Alena malah langsung memeluk gadis itu erat. El yang tidak menduga akan dipeluk sedikit tersentak. tapi di detik berikutnya dia membalas pelukkan itu, tangannya menepuk pelan punggung Alena. Dia tidak mengerti apa yang membuat manajernya itu sampai seperti ini, tapi yang dia pahami, Alena adalah tipe orang yang nggak gampamg menangis apalagi sampai seperti ini.
"Maaf El, maaf" ucap Alena lirih.
Kening El berkerut "For What? Lagian seharusnya gue yang bilang maaf karena sudah buat lo masuk keluar hutan hampir sebulan" El tersenyum lebar.
"El?"
"Ya? kenapa, Na?"
Alena menahan tangisnya, dia melepas pelukan mereka, tangannya terulur untuk menggengam tangan El "lo masih punya gue, lo masih punya Elluv, lo juga punya Ed"
El diam, mengamati raut wajah Alena yang terlihat tidak sedang baik-baik saja. Entah kenapa perasaannya menjadi tidak enak. Gadis itu diam, menunggu kelanjutan ucapan Alena.
"Oma sama opa udah pergi ke tempat yang jauh dari sini, mereka sudah bahagia di tempat itu"
Air mata El jatuh membasahi pipi, dia bukanlah anak kecil yang tidak bisa memahami arti dari ucapan itu.
"Karena mereka sudah bahagia, makanya lo juga harus bisa bahagia yah?" ucap Alena lagi, setengah berharap ucapannnya bisa terjadi pada El.
Gadis itu melepas genggaman Alena, dia berdiri masuk kembali ke dalam kamar mandi dan mengunci pintunya. Eleasha menyalahkan kembali shower yang baru beberapa menit yang lalu dia gunakkan.
Tubuh El merosot jatuh di lantai keramik yang dingin, dia menekuk kedua kaki kemudian memeluknya erat. Membiarkan cipratan Air shower mengenai tubuh, tidak peduli kalau dia baru saja mandi dan berganti pakaian.
Tangis El semakin keras, menyatu dengan suara air dari shower yang jatuh membentur lantai, menyatu dengan suara tangisan Alena yang sedang memanggil namanya sambil mengedor pintu.
Gadis ini bertanya- tanya kenapa takdir, begitu kejam padanya?
...----------------...
The Next Chapter>>>>
Dukung Author dengan like, komen juga vote
terima kasih🙏😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
efvi ulyaniek
aq syedih...ikutan syedihhh bener
2024-12-18
0
Prahara Sea
kenapa takdir begitu kejam
2023-04-19
0
Rini
hiiikksss
2021-11-03
0