Love??

Raka telah kembali ke dapur, mungkin untuk menikmati jatah makan siang yang di bawakan oleh pak Slamet untuk mereka. Di sana ia langsung berpapasan dengan Bu Sari. Mereka bercengkrama sebentar, sebelum akhirnya Raka masuk ke dalam setelah menerima bekal dari ibunya. Dan Bu Sari menatapku dari kejauhan usai bertemu dengan Raka.

Bu Sari menghampiriku, bersamaan dengan Agam dan Kun yang baru saja keluar dari posko Jenderal dan mendekatiku.

"Ayu, tadi ibu baru saja bertemu dengan Raka di sana. Apa kau mau menemuinya juga?" Tanya Bu Sari, namun aku hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Kenapa? Kau masih marah padanya?" Lanjutnya, dan aku masih saja menggelengkan kepala.

"Tidak. Tapi aku sudah bertemu dengannya. Dan.." Aku melirik ke pot bunga yang ada di belakangku. "Apakah ada yang mau membantuku membawa benda ini?" Tanyaku sambil menatap Agam dan Kun.

"Tak mau!" Tolak Kun dengan cepat, namun Agam langsung menunduk dan mengangkat pot bunga tersebut ke dekapannya.

"Yah, biar aku yang bawa." Sahutnya.

Sesampainya di rumah, aku membantu Bu Sari membereskan rumah. Kami membersihkan sarang laba-laba yang ada di sudut-sudut atas rumah. Memang sudah terlalu banyak dan itu cukup membuat rumah ini terlihat seram dan berhantu. Terlebih hantunya kini memang ada di dekatku.

Sementara si hantu, Kun.. Ia tengah duduk berhadapan dengan Agam yang sedang membolak-balik sebuah buku kecil di tangannya.

"Buku apa itu?" Tanya Bu Sari, hingga membuat Agam membalas tatapannya.

"Ini? Al Qur'an." Singkatnya.

"Buku macam apa itu?" Tanya Bu Sari lagi.

"Ini adalah kitab yang di turunkan Allah SWT untuk nabi Muhammad, Rasul Allah yang menjadi pedoman bagi manusia di bumi ini, jadi kitab ini tak hanya untuk umat muslim saja." Terang Agam, entah kenapa.. saat pertama melihatnya, aku benar-benar yakin kalau dia ini taat beribadah.

Wajahnya teduh dan adem. Berada di dekatnya terasa sejuk dan nyaman. Bukankah hal itu biasanya di miliki oleh orang-orang shaleh dan bisa di rasakan oleh orang lain?

"Untuk semua umat muslim?" Bu Sari terdengar tertarik.

"Ya.. apakah di sini?? Agama belum di temukan?" Agam balik bertanya pada Bu Sari.

"Tidak ada agama, dan tidak ada Tuhan di sini. Kami hanya boleh mengagungkan raja Anggara." Balasnya, membuat Agam nampak tak senang mendengarnya.

Ia hanya diam dengan bibir yang terkatup rapat. Kesal kah?? Kesal saja wajahnya masih enak untuk di pandangi.

Ia hanya diam dan tak mengatakan apapun. Ia lebih memilih menunduk sambil menatap tiap tulisan yang ada di kitab tersebut. Bu Sari duduk di dekat mereka, sambil memandangi Agam dengan seksama.

"Apakah anda meminta kami membantu sesuatu?" Tanya Kun.

"Tidak ada. Tapi.. kalau boleh." Bu Sari terdengar ragu. "Apakah aku bisa mendengar isi dari tulisan Al Qur'an itu?" Agam langsung mengangkat kepalanya. Sedikit takjub. Sementara Kun langsung menatap reaksi yang di berikan Agam.

"Isinya tulisan Arab." Singkat Agam.

"Tidak berbahasa kita?" Tanya Bu Sari, dan Agam hanya menggeleng. Bu Sari pun beranjak dan berbalik meninggalkan Agam. Mungkin ia tak merasa tertarik lagi ketika Agam mengatakan bahasa yang ada di dalam Al Qur'an.

Aku pun ikut terdiam, dan melanjutkan pekerjaan ku kembali. Namun tiba-tiba saja sekujur tubuhku mematung dan mengeras bak batu, tatkala mendengar lantunan suara merdu dari lelaki yang berada di dalam rumah ini.

Aku benar-benar terdiam, menatapnya dengan penuh kekaguman. Suara indah apa ini?? Baru kali ini aku mendengar suara ngaji seindah ini. Dan lagi, laki-laki ini benar-benar melambangkan sosok keindahan sempurna, bahkan wajahnya itu serupa malaikat saking tampannya.

Tiba-tiba saja ia menghentikan lantunannya, ketika mendengar suara benda jatuh yang tak jauh dari kami. Aku menoleh sejurus ke benda yang terjatuh tadi, memaksaku melepaskan kekaguman mengikat dari Agam.

Dan betapa kagetnya aku, ketika melihat Bu Sari terduduk kaku dengan bibir bergetar dan mata yang terbelalak lagi mengeluarkan air mata. Ia tersedu, menutup mulutnya dengan kaku.

"Bu!!" Agam langsung menyergah, dan menghampiri Bu Sari. "Ada apa? Apa kau terluka?" Tanyanya panik dan sopan.

"Tolong.." Suara Bu Sari gemetaran, sementara Kun hanya tersenyum tanpa berniat untuk membantunya. Apa hantu ini sudah gila dan tak waras?? Dia tertawa tanpa sebab.

"Apa ada yang sakit?" Tanya Agam, dan aku ikut menghampiri dan duduk di dekat Bu Sari.

"Tolong.. nyanyikan itu sekali lagi." Pintanya, membuat Agam nampak mengangkat kedua alisnya dengan bingung.

Agam lantas tersenyum. "Kenapa aku harus melakukannya? Bukankah kau tak paham artinya?" Tanyanya, dengan nada bicara yang lembut lagi tatapan yang sendu.

"Karena.. itu menyentuh hatiku. Meskipun aku tak mengerti maknanya, tapi ketika kau menyanyikannya, aku bisa merasakan kalau semua energi yang mengalir dalam lagu itu benar-benar membuatku merasa tenang." Jelasnya.

"Baiklah. Akan ku lakukan, dan apa kau mau mendengar artinya juga?" Tanya Agam, dan Bu Sari langsung mengangguk dengan cepat.

Agam melantunkan ayat yang tak ku kenal dengan indah dan merdu. Tanpa sadar aku pun menjatuhkan air mataku. Bu Sari benar, aku pun tak mengerti apa artinya, tapi suara Agam ini menembus relung hati. Dia memberikan makna mendalam padahal tak membacakan artinya.

Entah kenapa, tubuh dan tanganku ikut bergetar seolah ingin menangis. Tapi ini seperti tangis bahagia, bagaikan menemukan cahaya di dalam kegelapan.

Ketika ia berhenti, aku benar-benar ingin mendengarkannya lagi. Itu bagaikan candu yang membuatku sakau kalau tak mendengarkannya sekarang.

"Itu adalah surah Thaha. Yang artinya: Kami tidak menurunkan kepadamu Alquran supaya kamu menjadi susah, tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut kepada Allah. Yaitu (Alquran) yang diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi. Tuhan Yang Maha pemurah, yang bersemayam di atas arsy. MilikNya semua yang ada di langit, semua yang ada di bumi dan apa yang ada di antara keduanya serta semua yang di bawah tanah." Terang Agam.

Dan seketika bergetar sudah tubuh Bu Sari. Ia menangis sejadi-jadinya di hadapan kami, dan baru kali ini aku melihatnya menangis begitu.

"Sungguh, aku takut pada tuhanmu. Pada orang yang menciptakan langit dan bumi, serta Dia yang bersemayam di atas Arsy."

Agam hanya tersenyum. "Dia bukanlah orang. Dia adalah dzat yang maha sempurna." Ucapnya.

"Aku mempercayai Allah dan kitabNya.. bagaimana caranya agar aku bisa berada di dekatNya?" Perkataan Bu Sari membuatku hatiku benar-benar bergetar hebat, bahkan jiwaku pun ikut merasakannya.

"Apa kau mau masuk Islam? Menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya?" Mendengar pertanyaan Agam, Bu Sari langsung mengangguk tanpa ragu.

"Ucapkan dua kalimat syahadat ini. Dua orang di sini akan menjadi saksi keislamanmu."

Agam pun membimbing Bu Sari agar mengucapkan dua kalimat syahadat dan ia pun di islamkan oleh Agam secepat itu. Benar-benar lelaki yang mengagumkan.

Ketika matahari berada di tengah, Agam mengumandangkan adzan, menandakan bahwa ia harus melaksanakan shalat Dzuhur. Kami pun ikut shalat bersamanya dan Kun. Padahal sebelumnya aku memang benar-benar jarang melaksanakan shalat. Tapi malu sekali kalau aku hanya melihat dan tak ikut melaksanakan shalat.

Agam mengajari shalat pada Bu Sari dan mengajari beberapa ayat yang harus ia hafalkan.

Setelah itu mereka berdua menemaniku untuk mencuci baju di sungai. Sebenarnya hanya merendam sih, karena takut baju dari kulit kayu ini akan hancur bila di cuci.

"Hebat banget, bisa mengislamkan orang sekejap mata begitu." Ujarku, membuat Kun yang sedang menyelupkan kakinya ke dalam air menatapku dengan malas.

"Baru tahu ya? Kalau pertama kali lihat kau memang akan kaget. Saya sudah biasa melihatnya mengubah iblis menjadi manusia." Balasnya. "Lagi pula, kenapa kamu membaca surah Thaha, Gam? Pasti ada alasannya kan? Kamu tak mungkin melakukan sesuatu tanpa pemikiran yang matang. Dan di antara banyaknya ayat, kamu malah memilih ayat itu?" Tanya Kun sambil menatap Agam.

"Memang." Singkat Agam datar, sambil memainkan air di telapak tangannya yang terlihat kekar namun berkulit halus.

"Sebenarnya surah itu adalah surah yang di baca Ummar bin Khattab sebelum masuk Islam. Awalnya dia mau datang ke rumah Rasulullah yang ia anggap udah memecah-mecah kepercayaan nenek moyang mereka. Tujuannya buat ngebunuh Rasulullah. Tapi di perjalanan, dia ketemu sama orang yang menanyakan perihal tujuannya."

"Karena tau Ummar itu mau ngebunuh rasul, orang itu kemudian berkata: “Tidak usah Muhammad yang kau bunuh, adikmu (Fatimah) yang telah mengikutinya (masuk Islam), yang lebih wajar engkau urus,”. Mendengar itu, Sayyidina Umar pun menemui adiknya yang saat itu tengah bersama suaminya membaca lembaran-lembaran ayat Alquran."

"Dia menampar wajah Fatimah sampai berdarah, terus dia minta lembaran yang di baca Fatimah lalu membacanya sendiri. Dari situ jiwanya bergetar dan percayalah dia pada agama Allah. Dia menemui Rasulullah untuk mempercayai agama Islam. Dan surah yang di baca sayyidina Ummar waktu itu.."

"Adalah surah Thaha yang gue baca buat Bu Sari." Terang Agam panjang lebar.

Entah kenapa, gaya bicaranya itu benar-benar menyenangkan dan menarik. Tak bermaksud menggurui dan terdengar seperti orang yang sangat sopan dan merendah.

"Keren!! Kamu tak pernah menceritakan ini pada Saya?!" Kun terdengar mengeluh dan merajuk.

"Memangnya di zaman kita, siapa yang mau gue islamkan? Semua agama mayoritas Islam kan?" Sahut Agam.

"Tak harus menunggu orang masuk Islam kan? Pokoknya sebelum tidur, kamu harus bercerita tentang Rasulullah pada saya!!" Gerutunya.

"Hei!! Kalian cuma ngomong berdua aja, emangnya gue ini nyamuk?" Keluhku membentak, membuat mereka berdua menatap kaget ke arahku.

"Ah maaf, gue gak sadar kalau lu ada di situ." Sahut Agam sambil tertawa.

"Lagi pula kamu bukan nyamuk, tapi kambing!" Timpal Kun hingga membuatku reflek melemparkan kayu yang berada di dekatku padanya.

Dengan sigap Agam menangkap lemparan kayu tersebut sebelum mengenai kepala Kun. Aku benar-benar takjub dengan gaya refleknya itu. Bahkan alisnya tak bergerak sedikit pun ketika melakukannya. Tiba-tiba saja kayu itu sudah berada dalam genggamannya.

"Jangan di lempar ya. Dia emang kuntilanak nyebelin dan gak sopan. Tapi.. dia berharga bagi gue." Tutur Agam sambil tersenyum, dan Kun langsung menjulurkan lidahnya ke arahku.

"Lagian kok bisa sih, anak Sholeh temennya kuntilanak? Nyebelin lagi!!" Keluhku.

"Apa urusanmu?! Kuntilanak ini pun udah jadi muslim, kambing!! Makanya sudah saya bilang, pikiranmu itu jangan cuma sampah organik!!" Balasnya ketus.

"A.. apa lu bilang?!" Bentak ku kesal.

"Lagian kamu sendiri kalah sama jin, saya saja shalatnya tepat waktu.. Lah kamu?? Kamu tak pernah shalat kan??" Wajahnya terlihat benar-benar mengejekku.

"Bu.. be.. Hmm..?" Aku tak dapat melawannya, karena perkataanya itu benar adanya.

Namun Agam hanya mengabaikan keributan kami sambil melihat kayu yang baru saja ku lemparkan pada Kun.

"Akar Bahar?" Gumamnya, hingga membuat ocehan kami berdua berhenti.

"Apa tuh?" Tanyaku.

Agam mengalihkan pandangannya dari akar kayu ke padaku. "Ini akar Bahar, bisa di buat gelang. Kalau punya jiwa seni, ini akan terlihat bagus dan punya nilai jual yang tinggi." Sahutnya.

"Wah? Beneran? Apa lu bisa bikin gelangnya, Gam?" Tanyaku tertarik.

"Bisa. Lenturinnya cuma di bakar pakai api aja." Singkatnya sambil terus mengamati akar tersebut.

"Kalau gitu, gue mau bikin tiga gelang! Lu bisa bantuin gue, Gam?" Pintaku.

"Tiga gelang? Mau jualan kamu?!" Gerutu Kun asal.

"Pikiran lu buruk mulu' deh ke gue!! Gue mau ngasih kalian berdua, sebagai tanda terimakasih karena udah bantuin gue. Terus, satunya lagi buat hadiah untuk Raka." Terangku hingga membuat Kun menatap penuh curiga ke arahku.

"Kamu mau membuatkan untuknya karena kamu mencintainya kan?" Terka Kun, namun itu benar-benar membuatku tersedak.

"YA ENGGAK LAH!!" Bentakku hingga membuat Kun terkesiap.

"Kaget saya!!" Keluhnya sambil mengusap dada. "KAMU PIKIR SAYA JUGA TAK BISA TERIAK HAH?!" Balasnya juga, membuat Agam menutup kedua telinganya.

"Aah!! Bisa budeg gue dengerin suara kalian berdua!! Jangan teriak-teriak di dalam hutan, kalau buaya dan ular besar datang. Gue gak bakal nolongin kalian!" Ia terdengar mengeluh. Membuatku dan Kun serentak menutup mulut masing-masing.

"Lagian kan dia memang jatuh cinta pada Raka. Saya bisa merasakan perasaannya." Gerutu Kun lagi.

Perkataan Kun ini membuatku merasa terkejut. Benarkah aku menyukai Raka?? Bahkan aku tak merasakan apapun. Memang sih, tadi itu dia benar-benar bersikap lembut. Dan lagi, aku menyimpan mawar layu darinya. Meski layu, entah kenapa aku benar-benar senang.

Apakah ini yang di namakan-

"Cinta?" Kun langsung menyambung suara hatiku. Tentu aku benar-benar kesal dan menatap sadis ke arahnya.

"Gak.. gak mungkin. Berhenti bacain isi hati gue, SETAN!! Gue kan cuma cinta sama raja Anggara." Pekikku penuh emosi.

"Karena?" Agam ikut menimpali perkataanku.

"Karena..." Aku berpikir sejenak menggunakan otak leletku. "Karena dalam sejarahnya, dia adalah raja yang keren, bijaksana, dermawan, pokoknya segalanya."

"Itu alasannya?" Agam kembali bertanya, dan kali ini aku kebingungan untuk menjawabnya. "Terus, gimana pandangan elu ke gue? Apa elu, bisa jatuh cinta ke gue?"

Kali ini aku terbelalak mendengar pertanyaannya. "Maksudnya?" Tanyaku sambil menggarukkan kepala dan menahan tawa.

"Elu cinta gue atau enggak?" Tanya Agam mantap.

"Wooo, apa kamu sedang menembak seorang gadis, Gam? Bagaimana dengan tiga gadis yang ada di team kita? Bagaimana dengan pacar online-mu, Kunations yang wanita??" Tanya Kun sambil menyeringai kan senyuman jahil.

"Ya.. bisa aja gue cinta kalau ngeliat elu tiap hari." Sahutku.

"Alasannya??" Tanyanya lagi.

"Sudah jelas kan.. elu ganteng banget, suara elu bagus dan merdu, Sholeh, kayaknya juga pintar dan cerdas, terus elu juga sopan dan memperlakukan wanita dengan lembut. Jadi, siapa sih yang gak jatuh cinta hatinya pas ngeliat elu." Terangku panjang lebar.

Agam hanya tersenyum menimpali perkataanku. "Jika mencintai seseorang itu dengan alasan, itu hanyalah rasa kekaguman." Aku mengerjap. "Terus, alasan elu suka sama Raka apa?" Lanjutnya.

Aku terdiam, cukup lama. "Gue kan gak suka sama dia!!" Gerutuku kesal.

"Kalau gitu, anggap aja kalau lu suka dia. Dan alasannya apa?" Tanya Agam lagi.

"Sebenarnya, mana mungkin sih gue bisa cinta sama dia. Dengerin ya.. dia itu orangnya nyebelin, jahat, kasar, angkuh, kaku, pokoknya ngeselin banget!"

"Tapi.. kenapa saat membicarakan gue dan raja Anggara.. pikiran elu, hanya membayangkan Raka?" Perkataan Agam benar-benar menusuk jantungku.

"Me..membayangkan Raka? Da.. dari mana elu tau? Gue bahkan gak sadar sama sekali!!"

Agam hanya mendengus senyum melihat ekspresiku. "Waktu bicarain gue dan raja Anggara, tatapan mata lu normal. Tapi ketika gue nyebutin nama Raka, mata elu.. langsung berbinar dan pupil mata elu pun membesar." Aku mengerjap cepat. "Menurut psikologi, pupil mata akan membesar jika membicarakan atau membayangkan orang atau sesuatu yang menarik..."

"...Jadi, lu jatuh cinta." Lanjutnya.

"Dan kamu tahu, saya bisa mendengar suara hati dan bisa membaca isi pikiran orang lain. Saya juga bisa merasakan perasaan tulus yang bahkan tak di sadari oleh pemiliknya sendiri." Kun pun ikut menimpali. "Awalnya kamu iba dan penasaran, tapi tanpa sadar.. rasa itu berubah menjadi cinta.."

"Bahkan kamu sendiri tak memahaminya. Kamu hanya mencintainya, tanpa alasan. Dan tak ingin melihatnya terluka, sedih, ataupun perasaan menyedihkan lainnya."

"Menjelaskannya sangat rumit, tapi kau tentu bisa merasakannya kan?" Tambah Kun.

Apakah mungkin??? Aku, benar-benar mencintai lelaki aneh dan menyebalkan itu??

Benarkah ini.. yang dinamakan Cinta??

.......

.......

.......

.......

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

maytrike risky

maytrike risky

😂😂😂Diterusin ama kun

2024-01-18

0

maytrike risky

maytrike risky

Emang beneran ada hantunya😭

2024-01-18

0

elsa

elsa

HAHHAHAHAHAHAHHAHA KUNNN

2023-12-24

0

lihat semua
Episodes
1 Terdampar
2 Luka
3 Perjanjian
4 Pencarian
5 Terimakasih
6 Pelatihan Final
7 Hasilnya adalah...
8 Penyebabnya
9 Pasien Kedua
10 Bayaran
11 Pertemuan dan Pesan
12 Pertengkaran
13 Our Mission
14 Smile for Me
15 Love??
16 Titah
17 Konsekuensi
18 Kesalahan Analisis
19 Sayembara 17
20 Memendam atau Menyampaikan?
21 Ada apa?
22 Mencarimu..
23 Menyetujui
24 Penipuan??
25 Jatuh ke Tangan yang Salah
26 Licik??
27 Pembuat Onar
28 Berkhianat??
29 Ada apa dengan Belati?
30 Dalam Bahaya !
31 Persiapan
32 Urgent
33 Ketulusan
34 Di balik Layar
35 Di Ambang Batas
36 Sembuhkan Aku
37 Berhentilah Menangis
38 Kemarahan
39 Kehilangan Segalanya
40 Rahasia Dibong?
41 Kita Keluarga
42 Senjata apa?
43 Senjatanya adalah...
44 Perbudakan
45 Benarkah Cemburu??
46 Apa Tujuannya??
47 Rahasia paman Tira
48 Kenyataan Tulus
49 Pahlawan Kami
50 Tabib dalam Bahaya
51 Kisah sebelum Tidur
52 Anestesi Alami
53 Semangat dari Raka
54 Sesuatu dari Kun
55 Kesediaan
56 Pertemuan dengan Ratu Renila
57 Cinta Pertama
58 Hukuman Kegagalan
59 Pengabaian
60 Sepasang Kekasih
61 Ini Hukumannya???
62 Ternyata Perduli
63 Jadi Bangsawan
64 Serangan Lelaki Misterius
65 Raja Abadi
66 Sosok sang Pemuda
67 Belati Agam?
68 Kerja Sama di Mulai
69 Tujuan Terselubung
70 Misi para Pangeran
71 Pembahasan Rahasia
72 Tantangan Ayu
73 Perasaan Raka
74 Siapa Anda?
75 Prosesi Sayembara Tujuh Belas
76 Alasan Terdampar
77 Spekulasi Dara
78 Benang Merah
79 Rahasia Raja Anggara
80 Pahlawan atau Penjahat?
81 Serangan?!
82 Tempat Rahasia
83 Perhitungan dan Pengangkatan
84 Dua Kubu?
85 Ritual dan Pembelaan dari Rakyat
86 Pemicu
87 Malapetaka
88 Anak dalam Ramalan
89 Takdirmu?
90 Penyiksaan
91 Hati yang Terpaut
92 Serangan di Mulai
93 Menunggu Kebangkitan
94 Serangan Rahasia?
95 Titah yang Mulia Tira
96 Pertolongan datang!!
97 Adu Domba
98 Peperangan di Mulai
99 Semangat yang Membara
100 Kemenangan??
101 Tertangkap!
102 Perasaan seorang Ayah
103 Tiba di Kerajaan
104 Telah Terpilih
105 Perasaan
106 Isi Hati Raka
107 Cinta seorang Ayah
108 Di Intai?
109 Manipulasi
110 Pancingan
111 Kembali Hidup
112 Terbongkarnya Kasus Pembantaian
113 Lelakimu
114 Apa Maksud Agam?
115 Pertemua Awal
116 Terbongkar
117 Terdesak
118 Pengorbanan
119 Kebohongan yang Indah
120 Gambaran Aneh
121 Di Dadaku?
122 Kecemburuan?
123 Citra raja Anggara
124 Raja Anggara tak Seburuk itu
125 Lebih dari Materi
126 Mencoba Melawan
127 Apa Tujuan Kun?
128 Cinta Tulus
129 Mimpi
130 Citra kedua
131 Sesuatu Terjadi
132 Siasat?
133 Kebenaran yang Menyakitkan
134 Don't Hurt
135 Ucapan Terimakasih
136 Karma dan Masa Lalu
137 Penghibur Kesedihan
138 Tali Simbolis
139 Arti Tali Pengikat
140 Rencana Rahasia
141 Sudah di Mulai?
142 Ritual di Mulai
143 Dalam Bahaya!
144 Masa Depan, Berawal dari Masa Lalu
145 Lost Contact
146 Keanehan
147 Dia adalah Ludira
148 Kesadaran yang tak Sadar
149 Masih Terpasang
150 Kebohongan yang Berlarut
151 Alasan
152 Masa Lalu yang Pahit
153 VS
154 Di Larang Mendekat !
155 Sama namun Berselisih
156 Interogasi
157 Sesuai Rencana
158 Masuk Jebakan
159 Mendesak
160 Misi di Terima
161 Ketahuan?
162 Siasat Kartu Mati
163 Masuk Penjara
164 Terjebak?
165 Pembuktian Selesai
166 Berawal dari Sini
167 Melenyapkan Ludira
168 Darah Pembangkitan
169 Usaha yang Percuma
170 Terpancing
171 Pertemuan Lagi
172 Perasaan Ayah dan Anak
173 Sifat Asli Manusia
174 Kebersamaan dengan Ayah
175 Mencari Kebenaran
176 Terselamatkan
177 Mempertahankan Cinta
178 Akan di Mulai
179 Yang di Cinta dan yang Kehilangan Cinta
180 Usaha Keras
181 Gawat Darurat
182 Kekacauan di Mulai
183 Menunggu Hukuman di Jatuhkan
184 Kesadaran yang tak di Harapkan
185 Genting
186 Kegagalan Raka
187 Raka
188 Kematian Agam
189 Tak Sungguh Pergi
190 Bertemu tuan Tira
191 Bersamanya Ayah dan Anak
192 Penyerangan di Mulai
193 Pemicu
194 Serangan Balasan di Mulai
195 Pertarungan Atas Nama Agam
196 Pelindung Datang
197 Mati dan Kembali
198 Paradoks : Awal = Ending
Episodes

Updated 198 Episodes

1
Terdampar
2
Luka
3
Perjanjian
4
Pencarian
5
Terimakasih
6
Pelatihan Final
7
Hasilnya adalah...
8
Penyebabnya
9
Pasien Kedua
10
Bayaran
11
Pertemuan dan Pesan
12
Pertengkaran
13
Our Mission
14
Smile for Me
15
Love??
16
Titah
17
Konsekuensi
18
Kesalahan Analisis
19
Sayembara 17
20
Memendam atau Menyampaikan?
21
Ada apa?
22
Mencarimu..
23
Menyetujui
24
Penipuan??
25
Jatuh ke Tangan yang Salah
26
Licik??
27
Pembuat Onar
28
Berkhianat??
29
Ada apa dengan Belati?
30
Dalam Bahaya !
31
Persiapan
32
Urgent
33
Ketulusan
34
Di balik Layar
35
Di Ambang Batas
36
Sembuhkan Aku
37
Berhentilah Menangis
38
Kemarahan
39
Kehilangan Segalanya
40
Rahasia Dibong?
41
Kita Keluarga
42
Senjata apa?
43
Senjatanya adalah...
44
Perbudakan
45
Benarkah Cemburu??
46
Apa Tujuannya??
47
Rahasia paman Tira
48
Kenyataan Tulus
49
Pahlawan Kami
50
Tabib dalam Bahaya
51
Kisah sebelum Tidur
52
Anestesi Alami
53
Semangat dari Raka
54
Sesuatu dari Kun
55
Kesediaan
56
Pertemuan dengan Ratu Renila
57
Cinta Pertama
58
Hukuman Kegagalan
59
Pengabaian
60
Sepasang Kekasih
61
Ini Hukumannya???
62
Ternyata Perduli
63
Jadi Bangsawan
64
Serangan Lelaki Misterius
65
Raja Abadi
66
Sosok sang Pemuda
67
Belati Agam?
68
Kerja Sama di Mulai
69
Tujuan Terselubung
70
Misi para Pangeran
71
Pembahasan Rahasia
72
Tantangan Ayu
73
Perasaan Raka
74
Siapa Anda?
75
Prosesi Sayembara Tujuh Belas
76
Alasan Terdampar
77
Spekulasi Dara
78
Benang Merah
79
Rahasia Raja Anggara
80
Pahlawan atau Penjahat?
81
Serangan?!
82
Tempat Rahasia
83
Perhitungan dan Pengangkatan
84
Dua Kubu?
85
Ritual dan Pembelaan dari Rakyat
86
Pemicu
87
Malapetaka
88
Anak dalam Ramalan
89
Takdirmu?
90
Penyiksaan
91
Hati yang Terpaut
92
Serangan di Mulai
93
Menunggu Kebangkitan
94
Serangan Rahasia?
95
Titah yang Mulia Tira
96
Pertolongan datang!!
97
Adu Domba
98
Peperangan di Mulai
99
Semangat yang Membara
100
Kemenangan??
101
Tertangkap!
102
Perasaan seorang Ayah
103
Tiba di Kerajaan
104
Telah Terpilih
105
Perasaan
106
Isi Hati Raka
107
Cinta seorang Ayah
108
Di Intai?
109
Manipulasi
110
Pancingan
111
Kembali Hidup
112
Terbongkarnya Kasus Pembantaian
113
Lelakimu
114
Apa Maksud Agam?
115
Pertemua Awal
116
Terbongkar
117
Terdesak
118
Pengorbanan
119
Kebohongan yang Indah
120
Gambaran Aneh
121
Di Dadaku?
122
Kecemburuan?
123
Citra raja Anggara
124
Raja Anggara tak Seburuk itu
125
Lebih dari Materi
126
Mencoba Melawan
127
Apa Tujuan Kun?
128
Cinta Tulus
129
Mimpi
130
Citra kedua
131
Sesuatu Terjadi
132
Siasat?
133
Kebenaran yang Menyakitkan
134
Don't Hurt
135
Ucapan Terimakasih
136
Karma dan Masa Lalu
137
Penghibur Kesedihan
138
Tali Simbolis
139
Arti Tali Pengikat
140
Rencana Rahasia
141
Sudah di Mulai?
142
Ritual di Mulai
143
Dalam Bahaya!
144
Masa Depan, Berawal dari Masa Lalu
145
Lost Contact
146
Keanehan
147
Dia adalah Ludira
148
Kesadaran yang tak Sadar
149
Masih Terpasang
150
Kebohongan yang Berlarut
151
Alasan
152
Masa Lalu yang Pahit
153
VS
154
Di Larang Mendekat !
155
Sama namun Berselisih
156
Interogasi
157
Sesuai Rencana
158
Masuk Jebakan
159
Mendesak
160
Misi di Terima
161
Ketahuan?
162
Siasat Kartu Mati
163
Masuk Penjara
164
Terjebak?
165
Pembuktian Selesai
166
Berawal dari Sini
167
Melenyapkan Ludira
168
Darah Pembangkitan
169
Usaha yang Percuma
170
Terpancing
171
Pertemuan Lagi
172
Perasaan Ayah dan Anak
173
Sifat Asli Manusia
174
Kebersamaan dengan Ayah
175
Mencari Kebenaran
176
Terselamatkan
177
Mempertahankan Cinta
178
Akan di Mulai
179
Yang di Cinta dan yang Kehilangan Cinta
180
Usaha Keras
181
Gawat Darurat
182
Kekacauan di Mulai
183
Menunggu Hukuman di Jatuhkan
184
Kesadaran yang tak di Harapkan
185
Genting
186
Kegagalan Raka
187
Raka
188
Kematian Agam
189
Tak Sungguh Pergi
190
Bertemu tuan Tira
191
Bersamanya Ayah dan Anak
192
Penyerangan di Mulai
193
Pemicu
194
Serangan Balasan di Mulai
195
Pertarungan Atas Nama Agam
196
Pelindung Datang
197
Mati dan Kembali
198
Paradoks : Awal = Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!