Pencarian

Selepas mengatakan hal tersebut pada Raka, aku langsung pulang karena ia mengabaikanku dan tak berbicara sepatah katapun lagi setelah itu.

Dia memang lelaki yang membingungkan, hanya saja.. aku sedikit sedih jika melihatnya. Apa aku terlalu jauh ikut campur? Lagi pula aku juga tidak berasal dari zaman ini, kami berbeda zaman.

Kalau aku bertingkah, apakah sejarah yang sangat suka ku baca itu akan berubah juga?? Bisa jadi aku bisa merubah sejarah dan masa depan, kalau seandainya aku berhasil menghentikan perselingkuhan ratu dan panglima.

Lagi pula aku harus kembali ke pantai. Aku datang dari sana, seharusnya aku pun bisa kembali lagi ke sana. Aku punya kehidupan nyata dan aku harus kembali sebenarnya.

Tapi, aku sudah terlanjur berkata begitu pada Raka. Kalau tak berhasil membuatnya mencintaiku sampai kakiku sembuh, bagaimana kalau dia benar-benar membunuhku?!

"Aaaak!! Enggak!! Gue harus pakai cara curang!! Kalau seandainya hatinya emang sekeras batu dan dia gak bisa jatuh cinta sampai kaki gue sembuh, gue bisa langsung kabur sebelum mati di tangannya!!"

"Oke!! Gue harus kembali ke pantai dan nyari di mana letak ruang waktu itu!! Harus!!"

.........

Sesampainya di pantai, aku yang sedang bersembunyi di balik pohon kelapa sedikit mengintip sekeliling, memastikan apakah akan terjadi hujan panah susulan seperti waktu itu.

Sepertinya aman. Pantai nampak sepi. Apa orang zaman dulu tak suka bermain di pantai?? Tapi di ujung laut, aku bisa melihat aktivitas dari kapal-kapal. Sepertinya itu adalah para nelayan yang sedang mengambil ikan dengan jaring.

Di pasir-pasir pantai di penuhi sisa tumpukkan panah yang menancap di atasnya. Bahkan bekas peperangan pun di abaikan dan tak di bersihkan sama sekali. Apakah orang zaman dulu tidak punya kerjaan lain selain berperang??

Aku mulai berjalan menginjakkan kakiku ke pasir pantai. Dengan perlahan dan hati-hati, sambil terus mengawasi sekeliling. Dan lagi luka di kakiku yang masih basah akan menempel dengan pasir kalau seandainya aku tak berhati-hati.

Aku berhenti di sebuah tempat pertama kali aku terdampar. Aku memukul-mukul pasir dengan tanganku, memastikan apakah ada hal atau benda aneh yang bisa membawaku pulang.

Puas memukul pasir, aku kembali memukul angin di sekitarnya. Siapa tahu pintunya transparan kan?? Kalau tidak, apakah aku harus hanyut dulu di bawa ombak??

Pilihannya ada dua sih, kalau tidak mati terseret ombak dan tenggelam, maka aku akan mati di makan hiu dan potongan tubuhku di perebutkan para ikan di laut.

Aku langsung bergidik. Sepertinya aku memang tak datang dari laut waktu itu. Lagi pula kan bajuku juga tidak basah sama sekali saat sadar, jadi aku memang tak datang dari laut. Anggap saja begitu, intinya aku tak mau mati di makan ikan.

"Oh, mungkin harus di ketuk pakai kayu.. bukan pakai tangan." Gumamku sambil berusaha menjangkau kayu di sekitarku.

Aku mendapatkan sepotong kayu, namun terlalu rapuh untuk ku pukuli ke udara. Aku membuangnya, dan kembali mencari benda serupa.

"Kayu yang kuat yang mana ya?" Gumamku kebingungan.

"Nih." Ujar seseorang sambil menyodorkan kayu ke arahku.

Aku pun mengambilnya tanpa ragu. "Terimakasih." Sahutku datar, sambil memukul-mukul udara dengan kayu tersebut. Tapi.. tunggu dulu, siapa yang memberikanku..?

"Aaaakh!!" Aku langsung menjerit ketakutan, ketika melihat Raka tengah duduk santai di atas pasir pantai sambil menatap datar ke arahku. "Ngapain kamu disini?!" Bentakku, benar-benar terkejut.

"Kau tak punya kerjaan lain selain memukul benda tak terlihat begitu?"

Aku terkesiap mendengar ocehannya. Apakah aku terlihat aneh? "Ka.. kamu juga gak punya kerjaan lain?? Kenapa mengikutiku?!" Aku membalik ucapannya.

"Aku sudah selesai pelatihan. Kami akan kembali lagi besok pagi. Kata ibu kau tak kembali selepas membawa bekal, ku kira kau sudah mati di makan hewan buas."

"M.. memangnya ada hewan buas disini?!" Aku sedikit kikuk.

"Ya."

"Satu-satunya hewan buas di sini adalah dirimu!!" Balasku, hingga membuatnya mendecakkan lidah.

"Apa kau sedang mencari kerang?"

Aku menilik ragu. Kalau ku bilang tidak, akan terlihat aneh kan? "Tentu saja!! Cuma aku kebingungan, bagaimana cara mencarinya."

Ia mulai beranjak dan mengambil potongan panah yang terdampar di atas pasir. Ia berjalan ke arah pasir yang lebih basah di dekat laut, lalu mengais sesuatu hingga benda-benda bulat berlumpur nampak keluar dari dalam sana.

"Wah!! Apakah ini kerang yang berasal dari laut asli? Apa bisa di makan? Biasanya aku dan ibu membelinya di supermarket." Ucapku polos.

"Supermarket??" Ia terlihat bingung.

Oh!! Aku lupa, kami berada di zaman yang berbeda. "Nama pemilik kedainya." Dalihku, sambil mulai mengais kerang di pantai tersebut.

Ia terlihat curiga, namun lagi-lagi mengabaikan orang lain adalah jalan ninjanya. Maksudku.. ah, yang sejenis itulah. Aku tak pandai berumpama.

Sambil mengumpulkan kerang untuk di masak malam ini, sesekali aku melirik ke arah Raka yang membantuku. Ia menggulung lengan bajunya. Dan aku melihat kulitnya nampak memerah, dan itu akan menjadi lebam kalau di biarkan.

Apakah latihannya sekeras itu?? Ia bisa babak belur, dan kalau begitu terus... Bisa-bisa ia akan kelelahan bahkan sebelum latihan di mulai.

"Berapa banyak yang kau mau?" Tanyanya, sambil mengumpulkan kerang tersebut ke dalam bekas kotak makanan yang telah ia cuci dengan air laut.

"Ini cukup! Ayo kembali." Lanjutku sambil beranjak dan mendahuluinya sambil tertatih.

"Kau.. bisa mengajakku pergi ke hutan lagi?" Aku bertanya dengan hati-hati.

"Kau ingin mencari rumput lagi?"

"Aku ingin mengambil beberapa umbi serta rempah-rempah dan menanamnya di rumah. Ada ramuan yang ingin ku buat." Lanjutku.

..........

Sambil tertatih aku menyibak-nyibakkan rumput setinggi pinggang. Tumbuhan apa yang bisa ku temukan untuk membuat ramuan??

Aku menengadahkan kepalaku ke atas, menatap sebuah pohon tinggi yang ku kenal dengan nama pohon kelor. Sepertinya itu bisa ku gunakan untuk membuat ramuan. Tapi pohonnya terlalu tinggi, aku tak bisa memanjatnya dengan kaki seperti ini. Lagi pula Raka juga lelah, sangat sulit untuk melakukannya.

Harusnya ku cari umbi atau rempah-rempah saja. Selain mudah di jangkau, aku tak perlu memanjat susah-susah. Cukup menggali dan mencabuti tumbuhannya.

Raka mengikutiku dari belakang. Ia sampai menciptakan jarak sejauh lima langkah kaki. Aku menemukan beberapa tumbuhan yang setelah ku cabut, ternyata adalah kunyit, temulawak, dan jahe.

Aku juga menemukan singkong dan juga umbi talas. Ini bisa di makan juga, jadi tak perlu membeli beras di pasar.

Aku melangkah pulang bersama Raka ketika telah mendapatkan apa yang ku inginkan. Ternyata hutan ini seperti supermarket saja, bedanya.. aku harus bersusah payah mengambilnya dari alam.

"Ku rasa itu kunyit dan jahe." Ia mulai berujar.

"Ya, temulawak juga." Singkatku.

"Dari mana kau mengetahui umbian itu hanya dengan melihat pangkal pohonnya? Mereka tertanam di bawah tanah. Aku selalu melihat itu, tapi tak tahu kalau di dalam akarnya ada tumbuhan yang lumayan mahal itu." Ia terdengar mencurigai ku.

"Inilah gunanya belajar. Apa di sini tak ada perpustakaan?" Ujarku, namun agaknya ia sedikit tersinggung.

"Raja Anggara mempersiapkan perpustakaan di desa seberang. Cukup berjalan kaki sekitar lima jam, maka akan sampai ke perpustakaan."

"Jalan kaki lima jam?? Bisa-bisa lukaku kembali menganga kalau aku harus berjalan ke sana!!" Pekikku kesal. "Pakai google lebih praktis kan? Tinggal pencet." Gumamku pelan.

"Apa?"

"Ah? Haha!! Tidak ada, tadi ada nyamuk di telingaku." Dalihku sambil tertawa.

.........

Sesampainya di rumah, Bu Sari senang sekali karena aku membawa banyak umbi-umbian. Ia sangat takjub, karena kunyit adalah benda yang sulit di dapatkan dan harganya mahal di pasar. Ia pun senang karena aku membawa tumbuhannya juga untuk di tanam.

"Hari ini kita makan kerang dan singkong rebus. Singkong ini kelihatannya empuk." Ujarku berkelakar, ketika kami membersihkan makanan tersebut di belakang pondok.

"Terimakasih. Ibu senang kamu di sini. Kamu cantik dan cerdas, pasti kamu sering ke perpustakaan desa sebelah ya? Atau jangan-jangan sebenarnya kamu berasal dari sana?" Tanyanya, sementara Raka nampak memantik batu agar mengeluarkan api.

"Mungkin saja. Sepertinya aku lupa ingatan." Ujarku asal, namun sepertinya Bu Sari menanggapi hal ini dengan serius.

"Benarkah?? Di sini ada seorang tabib hebat, tapi sekarang dia sudah menjadi tabib kerajaan. Mungkin dia bisa memberikan beberapa ramuan penawar agar ingatanmu bisa pulih, tapi biayanya pasti akan sangat maha-"

"Waa!! Tidak tidak tidak!! Bu Sari tak perlu mengkhawatirkan ku sampai seperti itu. Tidak apa-apa kok. Aku suka lupa ingatan." Sahutku sambil tertawa geli. Aku geli mendengar jawabanku sendiri.

Beberapa jam kemudian, makanan kami telah siap untuk di santap. Setidaknya ini bisa di jadikan makan sore dan juga makan untuk malam nanti.

Aku makan bersama Bu Sari, sementara Raka masih sibuk memotong kayu bakar dengan kapak. Setelah kami selesai makan, ia baru saja selesai dengan pekerjaannya dan mulai menyantap makanan.

Ia memakan potongan singkong besar dan juga kerang rebus. Wajahnya tetap datar seperti biasa. Sebelum makan, ia sempat membuka baju dari kulit pohon yang ia kenakan. Baju yang ia buka hanyalah rompi berlengan panjang, sementara baju bagian dalamnya serupa kaos lengan pendek, tapi dengan bahan serupa.

Merah di tubuhnya mulai membiru. Merubahnya menjadi lebam. Aku ke belakang rumah dan kembali dengan membawa ramuan yang telah ku buat. Sayangnya aku tak berhasil menemukan serai dan juga madu.

"Ini!!" Aku meletakkan secangkir ramuan di sampingnya. Ia terhenti sesaat, lalu melanjutkan memakan makanannya.

"Itu ramuan yang ku buat untuk daya tahan tubuh. Ku lihat badanmu memar-memar karena kerasnya latihan. Setidaknya itu bisa membuatmu fit. Karena madu tidak ada, aku menambahkan sedikit gula supaya rasanya tidak aneh." Terangku, namun ia masih saja terlihat angkuh. "ITU BUKAN RACUN!!" Bentakku hingga membuatnya tersedak.

Ia menepuk-nepuk dadanya, dan dengan sigap ia menjangkau apa saja yang ada di sisinya. Karena tak ada air minum lain selain ramuanku, ia pun memilih menenggak cepat ramuan tersebut.

"Ahaaa!! Akhirnya kau meminum racun ku!!" Lakarku hingga membuatnya kembali terbatuk. Mungkin karena efek jahe yang sedikit hangat dan pedas, jadi itu menyakiti kerongkongannya.

"Raka? Kenapa kamu?" Tanya Bu Sari khawatir.

"Tenang Bu, dia baru saja meminum ramuan khusus. Besok pagi dia akan bangun dengan tubuh yang segar." Terangku pada Bu Sari sambil tersenyum. "Heh dengar ya!! Besok pagi kau akan berterimakasih padaku karena hal ini!!" Lanjutku sambil merubah ekspresiku menjadi sedikit ketus ketika menatapnya.

"Aku tak akan melakukan itu!" Singkatnya dingin, hingga membuatku menjadi bersin.

"Ah, sudah ku bilang.. aku tak kuat dingin!!" Keluhku lagi.

Ketika matahari sudah hampir bersembunyi di dalam bumi, aku pergi ke danau untuk membersihkan diri. Sepulangnya dari sana, aku tak sengaja berpapasan dengan Nur. Kelihatannya ia juga baru selesai mandi, tapi tak berada di danau yang sama denganku.

"Hai!! Nur!!" Seruku hingga membuatnya yang berada di depanku lantas berbalik.

"Ayu?" Ia masih mengenaliku.

Aku berlari tertatih meski dalam keadaan luka untuk menyusulnya. Setidaknya aku ingin berjalan beriringan. "Kamu baru selesai mandi?" Tanyaku.

"Ya."

"Wah!! Kamu pakai sabun apa? Baunya wangi sekali." Ia sedikit tersipu mendengar perkataan ku.

"Sabunmu juga wangi."

Aku langsung mencium aroma tubuhku sendiri. "Benarkah? Ku rasa ini baunya mirip kacang hangus."

Nur langsung terbahak. "Apa kamu sudah makan?"

"Ya, aku makan bersama Bu Sari tadi."

Wajahnya nampak murung. "Sayang sekali. Padahal aku ingin mengajakmu ke rumah dan makan bersama. Kebetulan aku sedang membuat sesuatu."

"Oh!! Kalau begitu ayo!! Perutku masih muat untuk menyimpan beberapa butir nasi." Sahutku bersemangat.

"Kamu menyenangkan sekali. Sepertinya cepat akrab dengan orang lain karena kamu kelihatan baik." Ujarnya hingga membuatku tersipu.

"Padahal di kehidupan nyata, temanku hanya ada dua. Nina dan juga Cinta." Gumamku pelan.

"Apa?" Tanyanya, sepertinya ia mendengar gumaman ku tadi.

"Lupakan saja. Hehe.."

.........

*Bu Sari POV

Aku keluar rumah sesaat, menatap langit yang sudah bertambah gelap sementara Ayu belum pulang ke rumah selepas pergi mandi ke danau. Aku juga tak menemukannya di danau. Kemana perginya gadis itu??

"Raka.. Ayu belum juga pulang. Ibu takut terjadi sesuatu padanya." Keluhku, dan Raka yang sedang mengasah pisau sedikit mengangkat kepalanya kepadaku.

"Mungkin dia tersesat dan di makan harimau." Sahut anakku. Ia masih saja ketus dan dingin.

"Jangan bicara begitu. Kakinya terluka, mungkin terjadi sesuatu padanya. Kenapa kamu tidak pergi dan mencarinya?"

Raka menghela napas berat. "Dia tak akan mati Bu."

"Raka, berhentilah bersikap dingin pada semua orang. Kamu tak akan bisa hidup sendirian, dan lagi.. semakin hari ibu semakin tua. Setidaknya kamu harus mencari istri dan menikah. Dan bersahabat lah pada orang yang kau temui." Aku mencoba menasehatinya.

"Ya, aku akan menikah nanti. Tapi tidak dengan dia, meski dia tinggal seumur hidup di sisiku dan juga ibu." Balasnya. Hatiku sedikit bergetar mendengarnya.

"Dia cantik dan baik. Apakah kau tak bisa melupakan Anna walau hanya sebentar?" Ia nampak mengerekatkan giginya.

"Tak ada hubungannya dengan Anna, dan lagi.. ibu baru mengenal gadis itu dua hari. Terlalu cepat menyimpulkan kalau dia adalah orang yang baik." Balasnya.

"Tapi... Dengan menolong dan membawanya ke sini. Ibu sudah menyimpulkan kalau kamu pun menganggapnya gadis yang baik." Raka sedikit terkesiap dengan kalimatku ini.

Ia beranjak dari atas meja dengan wajah yang masam. "Raka mencarinya untuk ibu! Jadi kalau dia sok cantik, katakan kalau ini paksaan dari ibu!!" Ujarnya seraya berlalu dan keluar dari dalam rumah.

Aku tersenyum sambil menghela napas lega. Meski perkataannya kasar, dia tetaplah Raka yang berhati lembut. Ia pasti akan berusaha keras menemukan Ayu.

*Bu Sari POV End

.

.

.

.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Irene

Irene

Kocak bener nih cewek /Facepalm//Joyful/

2024-04-29

0

maytrike risky

maytrike risky

Iya, demi ibu kok🤭

2024-01-17

0

maytrike risky

maytrike risky

Aku suka lupa ingatan😂

2024-01-17

0

lihat semua
Episodes
1 Terdampar
2 Luka
3 Perjanjian
4 Pencarian
5 Terimakasih
6 Pelatihan Final
7 Hasilnya adalah...
8 Penyebabnya
9 Pasien Kedua
10 Bayaran
11 Pertemuan dan Pesan
12 Pertengkaran
13 Our Mission
14 Smile for Me
15 Love??
16 Titah
17 Konsekuensi
18 Kesalahan Analisis
19 Sayembara 17
20 Memendam atau Menyampaikan?
21 Ada apa?
22 Mencarimu..
23 Menyetujui
24 Penipuan??
25 Jatuh ke Tangan yang Salah
26 Licik??
27 Pembuat Onar
28 Berkhianat??
29 Ada apa dengan Belati?
30 Dalam Bahaya !
31 Persiapan
32 Urgent
33 Ketulusan
34 Di balik Layar
35 Di Ambang Batas
36 Sembuhkan Aku
37 Berhentilah Menangis
38 Kemarahan
39 Kehilangan Segalanya
40 Rahasia Dibong?
41 Kita Keluarga
42 Senjata apa?
43 Senjatanya adalah...
44 Perbudakan
45 Benarkah Cemburu??
46 Apa Tujuannya??
47 Rahasia paman Tira
48 Kenyataan Tulus
49 Pahlawan Kami
50 Tabib dalam Bahaya
51 Kisah sebelum Tidur
52 Anestesi Alami
53 Semangat dari Raka
54 Sesuatu dari Kun
55 Kesediaan
56 Pertemuan dengan Ratu Renila
57 Cinta Pertama
58 Hukuman Kegagalan
59 Pengabaian
60 Sepasang Kekasih
61 Ini Hukumannya???
62 Ternyata Perduli
63 Jadi Bangsawan
64 Serangan Lelaki Misterius
65 Raja Abadi
66 Sosok sang Pemuda
67 Belati Agam?
68 Kerja Sama di Mulai
69 Tujuan Terselubung
70 Misi para Pangeran
71 Pembahasan Rahasia
72 Tantangan Ayu
73 Perasaan Raka
74 Siapa Anda?
75 Prosesi Sayembara Tujuh Belas
76 Alasan Terdampar
77 Spekulasi Dara
78 Benang Merah
79 Rahasia Raja Anggara
80 Pahlawan atau Penjahat?
81 Serangan?!
82 Tempat Rahasia
83 Perhitungan dan Pengangkatan
84 Dua Kubu?
85 Ritual dan Pembelaan dari Rakyat
86 Pemicu
87 Malapetaka
88 Anak dalam Ramalan
89 Takdirmu?
90 Penyiksaan
91 Hati yang Terpaut
92 Serangan di Mulai
93 Menunggu Kebangkitan
94 Serangan Rahasia?
95 Titah yang Mulia Tira
96 Pertolongan datang!!
97 Adu Domba
98 Peperangan di Mulai
99 Semangat yang Membara
100 Kemenangan??
101 Tertangkap!
102 Perasaan seorang Ayah
103 Tiba di Kerajaan
104 Telah Terpilih
105 Perasaan
106 Isi Hati Raka
107 Cinta seorang Ayah
108 Di Intai?
109 Manipulasi
110 Pancingan
111 Kembali Hidup
112 Terbongkarnya Kasus Pembantaian
113 Lelakimu
114 Apa Maksud Agam?
115 Pertemua Awal
116 Terbongkar
117 Terdesak
118 Pengorbanan
119 Kebohongan yang Indah
120 Gambaran Aneh
121 Di Dadaku?
122 Kecemburuan?
123 Citra raja Anggara
124 Raja Anggara tak Seburuk itu
125 Lebih dari Materi
126 Mencoba Melawan
127 Apa Tujuan Kun?
128 Cinta Tulus
129 Mimpi
130 Citra kedua
131 Sesuatu Terjadi
132 Siasat?
133 Kebenaran yang Menyakitkan
134 Don't Hurt
135 Ucapan Terimakasih
136 Karma dan Masa Lalu
137 Penghibur Kesedihan
138 Tali Simbolis
139 Arti Tali Pengikat
140 Rencana Rahasia
141 Sudah di Mulai?
142 Ritual di Mulai
143 Dalam Bahaya!
144 Masa Depan, Berawal dari Masa Lalu
145 Lost Contact
146 Keanehan
147 Dia adalah Ludira
148 Kesadaran yang tak Sadar
149 Masih Terpasang
150 Kebohongan yang Berlarut
151 Alasan
152 Masa Lalu yang Pahit
153 VS
154 Di Larang Mendekat !
155 Sama namun Berselisih
156 Interogasi
157 Sesuai Rencana
158 Masuk Jebakan
159 Mendesak
160 Misi di Terima
161 Ketahuan?
162 Siasat Kartu Mati
163 Masuk Penjara
164 Terjebak?
165 Pembuktian Selesai
166 Berawal dari Sini
167 Melenyapkan Ludira
168 Darah Pembangkitan
169 Usaha yang Percuma
170 Terpancing
171 Pertemuan Lagi
172 Perasaan Ayah dan Anak
173 Sifat Asli Manusia
174 Kebersamaan dengan Ayah
175 Mencari Kebenaran
176 Terselamatkan
177 Mempertahankan Cinta
178 Akan di Mulai
179 Yang di Cinta dan yang Kehilangan Cinta
180 Usaha Keras
181 Gawat Darurat
182 Kekacauan di Mulai
183 Menunggu Hukuman di Jatuhkan
184 Kesadaran yang tak di Harapkan
185 Genting
186 Kegagalan Raka
187 Raka
188 Kematian Agam
189 Tak Sungguh Pergi
190 Bertemu tuan Tira
191 Bersamanya Ayah dan Anak
192 Penyerangan di Mulai
193 Pemicu
194 Serangan Balasan di Mulai
195 Pertarungan Atas Nama Agam
196 Pelindung Datang
197 Mati dan Kembali
198 Paradoks : Awal = Ending
Episodes

Updated 198 Episodes

1
Terdampar
2
Luka
3
Perjanjian
4
Pencarian
5
Terimakasih
6
Pelatihan Final
7
Hasilnya adalah...
8
Penyebabnya
9
Pasien Kedua
10
Bayaran
11
Pertemuan dan Pesan
12
Pertengkaran
13
Our Mission
14
Smile for Me
15
Love??
16
Titah
17
Konsekuensi
18
Kesalahan Analisis
19
Sayembara 17
20
Memendam atau Menyampaikan?
21
Ada apa?
22
Mencarimu..
23
Menyetujui
24
Penipuan??
25
Jatuh ke Tangan yang Salah
26
Licik??
27
Pembuat Onar
28
Berkhianat??
29
Ada apa dengan Belati?
30
Dalam Bahaya !
31
Persiapan
32
Urgent
33
Ketulusan
34
Di balik Layar
35
Di Ambang Batas
36
Sembuhkan Aku
37
Berhentilah Menangis
38
Kemarahan
39
Kehilangan Segalanya
40
Rahasia Dibong?
41
Kita Keluarga
42
Senjata apa?
43
Senjatanya adalah...
44
Perbudakan
45
Benarkah Cemburu??
46
Apa Tujuannya??
47
Rahasia paman Tira
48
Kenyataan Tulus
49
Pahlawan Kami
50
Tabib dalam Bahaya
51
Kisah sebelum Tidur
52
Anestesi Alami
53
Semangat dari Raka
54
Sesuatu dari Kun
55
Kesediaan
56
Pertemuan dengan Ratu Renila
57
Cinta Pertama
58
Hukuman Kegagalan
59
Pengabaian
60
Sepasang Kekasih
61
Ini Hukumannya???
62
Ternyata Perduli
63
Jadi Bangsawan
64
Serangan Lelaki Misterius
65
Raja Abadi
66
Sosok sang Pemuda
67
Belati Agam?
68
Kerja Sama di Mulai
69
Tujuan Terselubung
70
Misi para Pangeran
71
Pembahasan Rahasia
72
Tantangan Ayu
73
Perasaan Raka
74
Siapa Anda?
75
Prosesi Sayembara Tujuh Belas
76
Alasan Terdampar
77
Spekulasi Dara
78
Benang Merah
79
Rahasia Raja Anggara
80
Pahlawan atau Penjahat?
81
Serangan?!
82
Tempat Rahasia
83
Perhitungan dan Pengangkatan
84
Dua Kubu?
85
Ritual dan Pembelaan dari Rakyat
86
Pemicu
87
Malapetaka
88
Anak dalam Ramalan
89
Takdirmu?
90
Penyiksaan
91
Hati yang Terpaut
92
Serangan di Mulai
93
Menunggu Kebangkitan
94
Serangan Rahasia?
95
Titah yang Mulia Tira
96
Pertolongan datang!!
97
Adu Domba
98
Peperangan di Mulai
99
Semangat yang Membara
100
Kemenangan??
101
Tertangkap!
102
Perasaan seorang Ayah
103
Tiba di Kerajaan
104
Telah Terpilih
105
Perasaan
106
Isi Hati Raka
107
Cinta seorang Ayah
108
Di Intai?
109
Manipulasi
110
Pancingan
111
Kembali Hidup
112
Terbongkarnya Kasus Pembantaian
113
Lelakimu
114
Apa Maksud Agam?
115
Pertemua Awal
116
Terbongkar
117
Terdesak
118
Pengorbanan
119
Kebohongan yang Indah
120
Gambaran Aneh
121
Di Dadaku?
122
Kecemburuan?
123
Citra raja Anggara
124
Raja Anggara tak Seburuk itu
125
Lebih dari Materi
126
Mencoba Melawan
127
Apa Tujuan Kun?
128
Cinta Tulus
129
Mimpi
130
Citra kedua
131
Sesuatu Terjadi
132
Siasat?
133
Kebenaran yang Menyakitkan
134
Don't Hurt
135
Ucapan Terimakasih
136
Karma dan Masa Lalu
137
Penghibur Kesedihan
138
Tali Simbolis
139
Arti Tali Pengikat
140
Rencana Rahasia
141
Sudah di Mulai?
142
Ritual di Mulai
143
Dalam Bahaya!
144
Masa Depan, Berawal dari Masa Lalu
145
Lost Contact
146
Keanehan
147
Dia adalah Ludira
148
Kesadaran yang tak Sadar
149
Masih Terpasang
150
Kebohongan yang Berlarut
151
Alasan
152
Masa Lalu yang Pahit
153
VS
154
Di Larang Mendekat !
155
Sama namun Berselisih
156
Interogasi
157
Sesuai Rencana
158
Masuk Jebakan
159
Mendesak
160
Misi di Terima
161
Ketahuan?
162
Siasat Kartu Mati
163
Masuk Penjara
164
Terjebak?
165
Pembuktian Selesai
166
Berawal dari Sini
167
Melenyapkan Ludira
168
Darah Pembangkitan
169
Usaha yang Percuma
170
Terpancing
171
Pertemuan Lagi
172
Perasaan Ayah dan Anak
173
Sifat Asli Manusia
174
Kebersamaan dengan Ayah
175
Mencari Kebenaran
176
Terselamatkan
177
Mempertahankan Cinta
178
Akan di Mulai
179
Yang di Cinta dan yang Kehilangan Cinta
180
Usaha Keras
181
Gawat Darurat
182
Kekacauan di Mulai
183
Menunggu Hukuman di Jatuhkan
184
Kesadaran yang tak di Harapkan
185
Genting
186
Kegagalan Raka
187
Raka
188
Kematian Agam
189
Tak Sungguh Pergi
190
Bertemu tuan Tira
191
Bersamanya Ayah dan Anak
192
Penyerangan di Mulai
193
Pemicu
194
Serangan Balasan di Mulai
195
Pertarungan Atas Nama Agam
196
Pelindung Datang
197
Mati dan Kembali
198
Paradoks : Awal = Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!