Our Mission

Kini aku duduk berhadapan dengan dua lelaki asing yang kemungkinannya berasal dari zamanku. Seorang lelaki tampan dengan wajah tenang namun tatapan matanya yang begitu tajam sedang menatap sejurus ke arah Bu Sari yang tengah mempersiapkan minuman untuk kami.

Sementara satu makhluk putih dengan mata hijaunya duduk tak tenang dengan kaki yang ia goyang-goyangkan. Yang membuatnya terlihat lebih menyebalkan lagi adalah, ia terus menatapku tanpa berkedip, dan lagi tatapannya itu benar-benar sedang mencemooh ku.

"Ah, maaf lama. Ibu sedang membuatkan teh untuk kalian. Minumlah ini, kalian telah melewati hari yang berat." Ucap Bu Sari hingga membuatku mencurigai dua orang ini. Eh, tidak.. satu orang saja. Karena yang berambut hitam tak pantas untuk mendapatkan kecurigaan.

"Terimakasih, maaf merepotkan." Ujar lelaki berambut hitam sambil menerima tehnya. Sementara yang satunya hanya melirik lekat ke dalam cairan dalam cangkir tersebut.

"Tidak pakai melati ya?" Gumamnya pelan.

"Ibu tak sangka, kamu kenal salah satunya, Yu." Lanjut Bu Sari sambil duduk di dekat kami.

"Ke.. kenapa mereka ada di sini? Dan kenapa ibu bisa menerima mereka? Tidakkah ibu lihat keanehan mereka. Pakaiannya, wajahnya, dan.. dan warna mata serta rambutnya.." Aku terhenti ketika Kun menampik tanganku yang sedang menunjuk ke arahnya.

"Kita beda kasta!! Jadi manusia rendahan tak sepantasnya menunjuk kasta menengah seperti itu!!" Balas Kun hingga membuatku terpaku.

"Bu, maaf untuk kalimatnya yang itu. Dia tak bermaksud membedakan golongan." Ucap lelaki bersuara merdu ini, dan Bu Sari hanya tersenyum seolah tak memasukkan perkataan Kun di hatinya.

"Ta.. tapi kan.. Memang mereka aneh, kasta apanya sih? Kalian berdua adalah orang yang mencurigakan!! Jadi sebaiknya kita tidak dekat-dekat dengan mereka, Bu." Ujarku membujuk Bu Sari. Aku hanya tak mau Bu Sari harus berurusan dengan manusia dari masa depan.

"Apa?! Coba katakan lagi!!" Bentak Kun menyeru.

"Sudah, jangan berkelahi. Biar ibu saja yang jelaskan." Timpalnya. "Mereka ini adalah saudagar muslim dan juga musafir dari tanah Arab. Mereka datang ke sini untuk berdagang, namun kapal mereka di rampas perompak dan harta mereka lenyap. Mereka terdampar di kerajaan ini ketika hendak berlayar. Jadi ibu bertemu mereka dalam kondisi yang sedang kesusahan. Ibu tak tega, dan meminta mereka datang ke mari." Terang Bu Sari panjang lebar.

Sungguh! Itu alasan paling masuk akal yang tak pernah ku pikirkan sebelumnya. Kenapa saat datang kemari, aku tak terpikirkan untuk membuat kebohongan serupa? Aku memang otak udang, campur pasir lagi!

Mereka membuat alasan logis, seolah-olah apa yang terjadi di diri mereka adalah benar. Kalau aku jadi Bu Sari, tentu aku akan percaya dan menelan kebohongan itu mentah-mentah. Tapi karena aku sudah tahu dengan si Kun yang berasal dari duniaku, jadi aku menyimpulkan kalau dua orang ini memiliki otak yang cerdas.

"Oh ya?!! Waw!!" Balasku kesal, sambil melotot ke arah Kun.

"Bu, apakah ini adalah gadis bodoh yang ibu bilang terdampar di pantai, terkena panah, lalu dia bilang kalau dia sedang lupa ingatan?" Kun mulai bertanya, dan mendapatkan anggukkan dari Bu Sari. "Pfft!!" Ia langsung menutupnya dengan dengusan. Dia benar-benar mengejekku.

"Apanya yang lucu!!" Bentakku kesal. Apa dia sedang menertawakan alasan tak masuk akal ku?

"Maaf, adikku ini memang punya sifat yang buruk, tapi dia adalah anak yang baik. Namamu, Ayu?" Lelaki bersuara merdu ini membuat amarahku kian runtuh ketika mendapat tatapan lembut darinya.

"Ya!! Aku Ayu." Jawabku.

"Namaku Muhammad Agam, dan dia.. Kun Fayakun."

Aku terdiam sesaat mendengar nama palsu si Kuntilanak. "Buahahah!!" Aku langsung menyembur tawa. Sumpah ya, nama pun telah mereka pikirkan dengan matang. Dan si Kun ini?? Namanya benar-benar Kun Fayakun???

"Nyenyenye nyenye!!" Kun malah meledekku, apa dia baru saja mendengar suara hatiku???

"Oh iya, ibu harus segera ke pasar untuk menukarkan ikan tangkapan Agam. Kalau ikannya sudah mati, harganya akan jatuh. Hari ini ibu juga ingin menjenguk Raka di camp pelatihan."

"Mau ikuuutt ke camp!!" Kun langsung memekik manja, kesal sih.. tapi dia lucu juga. Jadi tak bisa kesal.

.........

Selepas kepergian Bu Sari, aku masih berada di dalam rumah bersama Agam dan Kun. Aku menolak ikut ke pasar, karena ada banyak hal yang ingin ku tanyakan perihal kedatangan mereka berdua. Dan lagi, aku melihat ada benang merah di kelingking dua orang ini.

Bukankah itu penghubung yang di katakan Kun waktu itu??

"Ya, ini penghubung kami." Aku tersentak ketika Kun langsung menjawab pertanyaan di dalam hatiku. "Dan kamu mau tau kenapa kami ke sini??" Tanyanya, dan aku langsung mengendikan bahu.

"Karena kamu sudah masuk terlalu dalam di zaman ini!! Tak bisakah kau cukup diam dan cari saja apa yang saya mau!! Kenapa harus bertemu dengan jenderal segala?" Keluhnya.

Aku ketahuan??

"Tentu saja!! Saya mengawasimu setiap hari kambing bodoh!!" Cercanya padaku.

"Me.. memangnya masalah kalau aku bertemu jenderal?"

"Suka-suka mu sih! Kamu terkurung selamanya di sini juga saya tak perduli, tapi tak bisakah kamu fokus dengan apa yang hendak kamu cari?!"

Aku mengernyit. "Masalahnya ya, gue gak tau mau ngapain di sini?!"

"Ya mikir lah!! Kamu kira di sini kamu cuma mau menanam bunga, berkebun dan hidup bahagia selamanya?? Kalau cuma itu, kamu bisa melakukannya di zaman kita!!"

"Kok lu yang marah sih?! Kan elu yang minta tolong!" Balasku, mulai terbawa emosi.

"Habisnya ya, mukamu itu mengesalkan! Sebelas dua belas lah dengan Maxim!!"

"APA?!" Bentakku kesal. Maxim??

"Oke, cukup!" Perkataan Agam lantas membuat lidah kami berdua menjadi kelu. Kami seketika terdiam senyap sambil memandang ke arahnya. "Jadi elu udah tau kan, kalau kami datang dari masa depan, dan di tahun yang sama dengan elu?" Tanyanya, mantap dan berwibawa. Aku sampai tak berkedip memandangnya.

"Gue Agam Suganda, dan dia Adam Suganda, bisa lu panggil Kuntilanak atau Kun." Terangnya, membuatku menoleh cepat ke arah Kun.

"Ku.. kuntilanak? Ja.. jadi dia beneran Kuntilanak?!" Tanyaku tak percaya.

"Oi!! Di mimpimu sudah saya katakan mengenai itu kan?! Kenapa juga kau kagetnya sekarang?! Kau Ngebug ya kambing bodoh!!"

Aku terkesiap mendengar hujatannya. "Ya kaget lah!! Emangnya ada ya kuntilanak yang laki-laki?!"

"Makanya, baca novel K.U.N sana? Kambing!!"

Kini pandanganku teralih ke Agam yang terlihat lebih tenang. "Apa beneran ada kuntilanak laki, Gam?" Tanyaku lagi.

Agam mengangguk. "Jadi, pas tahun lalu, tepatnya ketika gue menginjak kelas satu SMA, gue ketemu hantu ini di dalam gudang. Dia minta bantuan gue untuk mengungkapkan kasus pembunuhan tujuh belas tahun silam. Dan kami berhasil melenyapkan iblis yang memakan banyak tumbal siswi di sekolah."

"Kami memusnahkannya dengan menggunakan paku emas dan juga belati dengan ukiran Asmaul Husna. Dua benda itu ada di kami sekarang."

"Tapi ada suatu hal yang membuat kami harus ke masa lalu, dan penyelidikan kami terhenti pada zaman kerajaan Aridul, tepatnya ketika raja Anggara bertahta."

"Kami menemukan bukti peninggalan sejarah berupa paku serupa dan juga belati yang sekarang ada di kami."

"Kami harus meletakkan itu ke suatu tempat, agar semua peristiwa ini berjalan seiring dan sesuai dengan kronologi yang ada."

"Akan butuh banyak waktu untuk ngejelasinnya, yang pasti intinya adalah kami butuh elu.. buat menemukan benda tersebut." Terangnya panjang lebar. Dengan bahasa yang kompleks, mantap dan mudah di cerna.

Gaya bahasa seseorang memang menunjukkan kecerdasannya. Tidak seperti yang satu itu..

"Hei!! Kau menghina saya!!" Bentak Kun, hingga membuatku terkejut.

"Aahk!! Berhentilah ngebaca isi hati gue!!" Keluhku ketakutan.

"Jadi kedatangan kami ke sini, adalah karena elu masuk terlalu dalam di zaman ini, sementara kita hanyalah orang asing yang tak berada di zaman yang sama."

"Gue takutnya, elu bisa ngerubah sejarah yang ada kalau terus-terusan bertindak ceroboh begitu." Lanjut Agam, membuatku benar-benar merasa bersalah.

"Jadi... Gue harus nemuin paku dan juga belati yang kalian minta? Tapi, di mana gue bisa dapetin benda itu?" Tanyaku, membuat Agam menghela napas panjang.

"Tuh kan, Gam! Apa saya bilang. Dia ini dodol!!" Ejek Kun lagi padaku.

"Yah, gue juga gak tau. Jadi, mungkin kami akan sering datang untuk ngebantuin elu mencari di mana belati dan juga paku itu." Ujar Agam lembut.

"Tapi.. kalau kalian punya benda itu, kenapa kalian harus nyariin lagi? Dia gak hilang kan? Tetep ada di kalian kan?" Tanyaku, membuat Kun lagi-lagi menatap sinis ke arahku.

"Jadi begini.. jika kami yang datang di masa depan harus meletakkan paku dan belati di zaman ini, dan membiarkan waktunya terus berlangsung sampai benda ini jatuh dari tangan satu ke tangan yang lain, bisa jadi, akan ada dua benda yang serupa dan ini tentu akan membingungkan sejarah yang ada."

"Di tambah lagi, selepas zaman ini, benda itu akan jatuh ke tangan dua orang yang membutuhkannya. Kalau kami melepaskan benda itu di sini, maka di masa depan.. kami akan kehilangan benda itu sampai waktu terus berjalan dari masa lalu ke masa depan. Butuh waktu yang lama dan kemungkinan benda itu tak akan kembali."

"Sementara kami membutuhkan benda ini untuk kelangsungan masa depan, karena akan ada suatu hal besar yang mungkin akan terjadi. Dan benda ini benar-benar di butuhkan."

"Jadi pertanyaannya, bagaimana cara agar kami tetap memegang benda ini, sementara di zaman pertengahan, dua orang itu juga memegang benda yang sama, tanpa ada satu orang pun yang kehilangannya." Aku menggeleng tak paham, karena aku memang tak mengerti jawabannya.

"Jadi jawabannya adalah, kami harus menemukan benda dari masa lalu ini, dan meletakkannya sampai masa berganti ke zaman pertengahan, dan selanjutnya dua orang tadi akan membuat kami mendapatkan benda ini tanpa mengubah kronologi yang ada."

"Inti akhirnya tetaplah..."

"Kami si pemilik dua benda tersebut." Terangnya panjang lebar, membuatku benar-benar terpana akan kecerdasannya.

Sumpah sih, aku sudah lama kenal dengan siswa terpintar di SMA ku, tapi.. Agam ini berbeda. Dia sangat sangat sangat cerdas. Bahkan bisa jadi otaknya begitu jenius.

"Tapi.. kalau keinginan kalian begitu, sama aja dong, dengan kalian yang memperalat orang lain!!" Keluhku kesal.

"Saya suka memperalat orang lain." Timpal Kun dengan wajah yang polos tapi terkesan menyebalkan.

"Kasarnya begitu, tapi kami melakukan ini.. atas dasar permintaan hati dari seseorang."

Kedua mataku terbelalak mendengar jawaban Agam. "Permintaan hati seseorang?? Maksudnya apa?"

"Kau melupakan seseorang yang menganggapmu teramat penting dalam hidupnya. Dan kami sepakat untuk melakukan barter dan timbal balik.."

"Kami meminta dia untuk mengarahkan dua benda pusaka tersebut ke suatu tempat, dan dia meminta kami.. untuk mendatangkan mu ke tempat ini." Lanjutnya, membuatku bergidik berkali-kali.

"Aaaah, lapar!! Apa di sini tak ada jual Indomie goreng?" Gerutu Kun sambil merebahkan kepalanya di atas meja.

"Kalau gue boleh tau.. siapa orang itu?" Tanyaku, berhati-hati. Sambil menatap Agam dari balik bulu mataku.

Agam terdiam sesaat sambil menatapku. "Gue juga gak tau." Singkatnya, membuatku sedikit tertegun.

Cukup lama kami membahas hal ini, sampai Bu Sari keluar dengan membawa banyak bahan makanan dari pasar. Aku tak tahu, bagaimana bisa si Agam dan Kun mendapatkan ikan yang bahkan lebih banyak dari yang di tangkap Raka biasanya.

"Ibu sudah pulang. Ayu, tolong buatkan ikan bumbu kuning seperti yang waktu itu ya. Raka pasti senang sekali jika mendapatkan masakan itu." Tukas Bu Sari. Tumben sekali ia meminta bantuanku.

"Apa yang bisa kami bantu?" Tanya Agam, penuh sopan santun dan beretika.

"Mungkin, kamu bisa menolong ibu memotong kayu."

Agam langsung beranjak dengan cepat meski tak menjawab. Sementara Kun hanya duduk manis sambil menatap kami.

"Dia tak membantu?" Tanyaku ketika Agam melewati ku.

"Dia?? Dia akan terlihat dominan dan mencolok kalau keluar dari rumah. Nanti dia akan di anggap kaum bangsawan yang di culik oleh kalian." Perkataan Agam yang masuk akal langsung membungkam mulutku. Sementara Kun hanya menjulurkan lidahnya untuk meledekku.

Setelah selesai memasak, kami membungkus makanan tersebut di sebuah wadah dan mengikatnya dengan kain.

Kami bersiap pergi, tapi dua orang ini agaknya mau ikut. Tapi.. dengan penampilan seperti itu? Dengan kulit semulus itu? Dengan rambut seputih itu? Dan dengan wajah sesempurna itu? Apa mereka yakin kalau mereka tak akan menarik perhatian siapapun??

"Sebaiknya kalian di rumah. Ya kan, Bu?"

"Tak masalah jika kami ikut. Kami harus mengenakan baju kami dulu." Ucap Agam sambil beranjak dan mengambil sebuah kain dari dalam tumpukan kain serupa tas yang ia bawa.

Di dalam tas kain tersebut, aku melihat banyak pil dan semacam obat-obatan yang tertumpuk di antara kain. Untuk apa dia membawa semua benda itu?? Pengedar narkoba kah??

"Oi!!" Kun langsung membentak ku, dan tentu saja ia membuatku terkejut. Sementara Agam hanya menatap kami dengan tatapan ambigu.

Ia beranjak dan menghampiri Kun. Ia melilitkan sorban ke atas kepala Kun, menutupi rambut putihnya dengan sempurna. Dan dirinya pun melakukan hal yang sama. Bahkan mereka menutupi wajahnya dengan kain juga. Serupa masker atau cadar.

Sekilas mereka memang mirip dengan penampilan saudagar-saudagar dari Arab. Di tambah batang hidung mereka yang mancung, dan alis serta bulu mata yang lentik benar-benar membuat mereka seperti pangeran tampan yang berasal dari Arab.

"Benar begitu! Wajah kalian terlalu tampan. Kalau di lihat orang lain, hal ini akan sampai ke pihak kerajaan, dan kemungkinan kalian berdua akan di tangkap karena terlalu tampan." Ujar Bu Sari hingga membuatku terkejut.

"Di.. di tangkap? Memangnya mereka melakukan kesalahan atau sesuatu yang jahat?!" Keluhku, kebingungan dan panik.

"Ibu pernah bilang kan, di kerajaan ini, tak boleh ada rakyat biasa atau pun pendatang yang lebih indah dari kaum bangsawan kerajaan. Meski mereka seorang saudagar dari Arab atau orang asing, jika mereka terlalu tampan mereka akan di tangkap pihak kerajaan."

"Mereka akan di penjara, atau bahkan lebih buruknya.. mereka berdua akan menjadi budak kerajaan."

Aku mengerjapkan kedua mataku mendengarnya. "Bu.. budak??" Aku mengulanginya dengan mental yang sedikit terguncang.

Dari yang ku ketahui mengenai sejarah dan perbudakan, Perbudakan adalah segala hal mengenai pengendalian terhadap seseorang oleh orang lain dengan cara paksaan. Orang yang dikendalikan disebut dengan budak. Para budak adalah golongan manusia yang dimiliki oleh seorang tuan, bekerja tanpa gaji dan tidak mempunyai hak asasi manusia.

Dan melepaskan seorang budak, sering di sebut dengan memerdekakan hamba sahaya. Saking kejamnya perbudakan itu.

"A.. apa aku cantik?? Kalau cantik, aku mau menjelekkan wajahku dengan sesuatu, sampai tak ada yang tertarik dan tak menjadikanku budak kerajaan." Ujarku dengan lirih dan gemetaran.

"Menarik." Tiba-tiba Agam mengatakan hal yang sedikit aneh.

"Sepertinya ini akan menjadi pelajaran untukku. Kalau ketampanan itu, ternyata bisa menjadi sebuah cobaan yang tak menguntungkan. Malah membahayakan." Lanjutnya sambil yery, diiringi dengan suara tertawaan Kun.

"Kihihihihi...."

.......

.......

.......

.......

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

demiel mirael

demiel mirael

🤣🤣😭 nangis krn ketawa

2024-03-27

0

maytrike risky

maytrike risky

Kun fayakun🤣🤣🤣🤣

2024-01-17

0

elsa

elsa

WKKWWKKWKWKW

2023-12-24

0

lihat semua
Episodes
1 Terdampar
2 Luka
3 Perjanjian
4 Pencarian
5 Terimakasih
6 Pelatihan Final
7 Hasilnya adalah...
8 Penyebabnya
9 Pasien Kedua
10 Bayaran
11 Pertemuan dan Pesan
12 Pertengkaran
13 Our Mission
14 Smile for Me
15 Love??
16 Titah
17 Konsekuensi
18 Kesalahan Analisis
19 Sayembara 17
20 Memendam atau Menyampaikan?
21 Ada apa?
22 Mencarimu..
23 Menyetujui
24 Penipuan??
25 Jatuh ke Tangan yang Salah
26 Licik??
27 Pembuat Onar
28 Berkhianat??
29 Ada apa dengan Belati?
30 Dalam Bahaya !
31 Persiapan
32 Urgent
33 Ketulusan
34 Di balik Layar
35 Di Ambang Batas
36 Sembuhkan Aku
37 Berhentilah Menangis
38 Kemarahan
39 Kehilangan Segalanya
40 Rahasia Dibong?
41 Kita Keluarga
42 Senjata apa?
43 Senjatanya adalah...
44 Perbudakan
45 Benarkah Cemburu??
46 Apa Tujuannya??
47 Rahasia paman Tira
48 Kenyataan Tulus
49 Pahlawan Kami
50 Tabib dalam Bahaya
51 Kisah sebelum Tidur
52 Anestesi Alami
53 Semangat dari Raka
54 Sesuatu dari Kun
55 Kesediaan
56 Pertemuan dengan Ratu Renila
57 Cinta Pertama
58 Hukuman Kegagalan
59 Pengabaian
60 Sepasang Kekasih
61 Ini Hukumannya???
62 Ternyata Perduli
63 Jadi Bangsawan
64 Serangan Lelaki Misterius
65 Raja Abadi
66 Sosok sang Pemuda
67 Belati Agam?
68 Kerja Sama di Mulai
69 Tujuan Terselubung
70 Misi para Pangeran
71 Pembahasan Rahasia
72 Tantangan Ayu
73 Perasaan Raka
74 Siapa Anda?
75 Prosesi Sayembara Tujuh Belas
76 Alasan Terdampar
77 Spekulasi Dara
78 Benang Merah
79 Rahasia Raja Anggara
80 Pahlawan atau Penjahat?
81 Serangan?!
82 Tempat Rahasia
83 Perhitungan dan Pengangkatan
84 Dua Kubu?
85 Ritual dan Pembelaan dari Rakyat
86 Pemicu
87 Malapetaka
88 Anak dalam Ramalan
89 Takdirmu?
90 Penyiksaan
91 Hati yang Terpaut
92 Serangan di Mulai
93 Menunggu Kebangkitan
94 Serangan Rahasia?
95 Titah yang Mulia Tira
96 Pertolongan datang!!
97 Adu Domba
98 Peperangan di Mulai
99 Semangat yang Membara
100 Kemenangan??
101 Tertangkap!
102 Perasaan seorang Ayah
103 Tiba di Kerajaan
104 Telah Terpilih
105 Perasaan
106 Isi Hati Raka
107 Cinta seorang Ayah
108 Di Intai?
109 Manipulasi
110 Pancingan
111 Kembali Hidup
112 Terbongkarnya Kasus Pembantaian
113 Lelakimu
114 Apa Maksud Agam?
115 Pertemua Awal
116 Terbongkar
117 Terdesak
118 Pengorbanan
119 Kebohongan yang Indah
120 Gambaran Aneh
121 Di Dadaku?
122 Kecemburuan?
123 Citra raja Anggara
124 Raja Anggara tak Seburuk itu
125 Lebih dari Materi
126 Mencoba Melawan
127 Apa Tujuan Kun?
128 Cinta Tulus
129 Mimpi
130 Citra kedua
131 Sesuatu Terjadi
132 Siasat?
133 Kebenaran yang Menyakitkan
134 Don't Hurt
135 Ucapan Terimakasih
136 Karma dan Masa Lalu
137 Penghibur Kesedihan
138 Tali Simbolis
139 Arti Tali Pengikat
140 Rencana Rahasia
141 Sudah di Mulai?
142 Ritual di Mulai
143 Dalam Bahaya!
144 Masa Depan, Berawal dari Masa Lalu
145 Lost Contact
146 Keanehan
147 Dia adalah Ludira
148 Kesadaran yang tak Sadar
149 Masih Terpasang
150 Kebohongan yang Berlarut
151 Alasan
152 Masa Lalu yang Pahit
153 VS
154 Di Larang Mendekat !
155 Sama namun Berselisih
156 Interogasi
157 Sesuai Rencana
158 Masuk Jebakan
159 Mendesak
160 Misi di Terima
161 Ketahuan?
162 Siasat Kartu Mati
163 Masuk Penjara
164 Terjebak?
165 Pembuktian Selesai
166 Berawal dari Sini
167 Melenyapkan Ludira
168 Darah Pembangkitan
169 Usaha yang Percuma
170 Terpancing
171 Pertemuan Lagi
172 Perasaan Ayah dan Anak
173 Sifat Asli Manusia
174 Kebersamaan dengan Ayah
175 Mencari Kebenaran
176 Terselamatkan
177 Mempertahankan Cinta
178 Akan di Mulai
179 Yang di Cinta dan yang Kehilangan Cinta
180 Usaha Keras
181 Gawat Darurat
182 Kekacauan di Mulai
183 Menunggu Hukuman di Jatuhkan
184 Kesadaran yang tak di Harapkan
185 Genting
186 Kegagalan Raka
187 Raka
188 Kematian Agam
189 Tak Sungguh Pergi
190 Bertemu tuan Tira
191 Bersamanya Ayah dan Anak
192 Penyerangan di Mulai
193 Pemicu
194 Serangan Balasan di Mulai
195 Pertarungan Atas Nama Agam
196 Pelindung Datang
197 Mati dan Kembali
198 Paradoks : Awal = Ending
Episodes

Updated 198 Episodes

1
Terdampar
2
Luka
3
Perjanjian
4
Pencarian
5
Terimakasih
6
Pelatihan Final
7
Hasilnya adalah...
8
Penyebabnya
9
Pasien Kedua
10
Bayaran
11
Pertemuan dan Pesan
12
Pertengkaran
13
Our Mission
14
Smile for Me
15
Love??
16
Titah
17
Konsekuensi
18
Kesalahan Analisis
19
Sayembara 17
20
Memendam atau Menyampaikan?
21
Ada apa?
22
Mencarimu..
23
Menyetujui
24
Penipuan??
25
Jatuh ke Tangan yang Salah
26
Licik??
27
Pembuat Onar
28
Berkhianat??
29
Ada apa dengan Belati?
30
Dalam Bahaya !
31
Persiapan
32
Urgent
33
Ketulusan
34
Di balik Layar
35
Di Ambang Batas
36
Sembuhkan Aku
37
Berhentilah Menangis
38
Kemarahan
39
Kehilangan Segalanya
40
Rahasia Dibong?
41
Kita Keluarga
42
Senjata apa?
43
Senjatanya adalah...
44
Perbudakan
45
Benarkah Cemburu??
46
Apa Tujuannya??
47
Rahasia paman Tira
48
Kenyataan Tulus
49
Pahlawan Kami
50
Tabib dalam Bahaya
51
Kisah sebelum Tidur
52
Anestesi Alami
53
Semangat dari Raka
54
Sesuatu dari Kun
55
Kesediaan
56
Pertemuan dengan Ratu Renila
57
Cinta Pertama
58
Hukuman Kegagalan
59
Pengabaian
60
Sepasang Kekasih
61
Ini Hukumannya???
62
Ternyata Perduli
63
Jadi Bangsawan
64
Serangan Lelaki Misterius
65
Raja Abadi
66
Sosok sang Pemuda
67
Belati Agam?
68
Kerja Sama di Mulai
69
Tujuan Terselubung
70
Misi para Pangeran
71
Pembahasan Rahasia
72
Tantangan Ayu
73
Perasaan Raka
74
Siapa Anda?
75
Prosesi Sayembara Tujuh Belas
76
Alasan Terdampar
77
Spekulasi Dara
78
Benang Merah
79
Rahasia Raja Anggara
80
Pahlawan atau Penjahat?
81
Serangan?!
82
Tempat Rahasia
83
Perhitungan dan Pengangkatan
84
Dua Kubu?
85
Ritual dan Pembelaan dari Rakyat
86
Pemicu
87
Malapetaka
88
Anak dalam Ramalan
89
Takdirmu?
90
Penyiksaan
91
Hati yang Terpaut
92
Serangan di Mulai
93
Menunggu Kebangkitan
94
Serangan Rahasia?
95
Titah yang Mulia Tira
96
Pertolongan datang!!
97
Adu Domba
98
Peperangan di Mulai
99
Semangat yang Membara
100
Kemenangan??
101
Tertangkap!
102
Perasaan seorang Ayah
103
Tiba di Kerajaan
104
Telah Terpilih
105
Perasaan
106
Isi Hati Raka
107
Cinta seorang Ayah
108
Di Intai?
109
Manipulasi
110
Pancingan
111
Kembali Hidup
112
Terbongkarnya Kasus Pembantaian
113
Lelakimu
114
Apa Maksud Agam?
115
Pertemua Awal
116
Terbongkar
117
Terdesak
118
Pengorbanan
119
Kebohongan yang Indah
120
Gambaran Aneh
121
Di Dadaku?
122
Kecemburuan?
123
Citra raja Anggara
124
Raja Anggara tak Seburuk itu
125
Lebih dari Materi
126
Mencoba Melawan
127
Apa Tujuan Kun?
128
Cinta Tulus
129
Mimpi
130
Citra kedua
131
Sesuatu Terjadi
132
Siasat?
133
Kebenaran yang Menyakitkan
134
Don't Hurt
135
Ucapan Terimakasih
136
Karma dan Masa Lalu
137
Penghibur Kesedihan
138
Tali Simbolis
139
Arti Tali Pengikat
140
Rencana Rahasia
141
Sudah di Mulai?
142
Ritual di Mulai
143
Dalam Bahaya!
144
Masa Depan, Berawal dari Masa Lalu
145
Lost Contact
146
Keanehan
147
Dia adalah Ludira
148
Kesadaran yang tak Sadar
149
Masih Terpasang
150
Kebohongan yang Berlarut
151
Alasan
152
Masa Lalu yang Pahit
153
VS
154
Di Larang Mendekat !
155
Sama namun Berselisih
156
Interogasi
157
Sesuai Rencana
158
Masuk Jebakan
159
Mendesak
160
Misi di Terima
161
Ketahuan?
162
Siasat Kartu Mati
163
Masuk Penjara
164
Terjebak?
165
Pembuktian Selesai
166
Berawal dari Sini
167
Melenyapkan Ludira
168
Darah Pembangkitan
169
Usaha yang Percuma
170
Terpancing
171
Pertemuan Lagi
172
Perasaan Ayah dan Anak
173
Sifat Asli Manusia
174
Kebersamaan dengan Ayah
175
Mencari Kebenaran
176
Terselamatkan
177
Mempertahankan Cinta
178
Akan di Mulai
179
Yang di Cinta dan yang Kehilangan Cinta
180
Usaha Keras
181
Gawat Darurat
182
Kekacauan di Mulai
183
Menunggu Hukuman di Jatuhkan
184
Kesadaran yang tak di Harapkan
185
Genting
186
Kegagalan Raka
187
Raka
188
Kematian Agam
189
Tak Sungguh Pergi
190
Bertemu tuan Tira
191
Bersamanya Ayah dan Anak
192
Penyerangan di Mulai
193
Pemicu
194
Serangan Balasan di Mulai
195
Pertarungan Atas Nama Agam
196
Pelindung Datang
197
Mati dan Kembali
198
Paradoks : Awal = Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!