Pertemuan dan Pesan

Aku pulang ketika malam telah tiba. Wajah Raka nampak kesal ketika menatapku, sementara Bu Sari nampak begitu khawatir kepadaku.

"Aku mencarimu dimana-mana, kemana kau pergi seharian?!" Bentak Raka tanpa berbasa-basi.

Aku hanya mendengus sambil mengabaikannya, dan duduk di dekat Bu Sari.

"Kamu dari mana, Yu? Ibu khawatir menunggu kamu. Katanya kamu pergi ke rumah Bu Dewi yang anaknya kamu sembuhkan itu. Tadi ibu sempat menyusul ke sana, mereka bilang tak melihat kedatanganmu sama sekali seharian ini." Tuturnya panjang lebar.

Aku hanya menggarukkan kepalaku, merasa benar-benar tak enak. "Bu Sari tak perlu repot-repot menyusulku. Aku masih tahu jalan pulang kok." Sahutku.

"Makanya, kalau tak ingin ibu repot, harusnya kau tau diri untuk jangan sembarangan pergi meninggalkan rumah." Timpal Raka hingga membuatku meringis dan menatapnya dengan sengit.

"Bukan urusanmu juga!! Jadi diamlah!!" Balasku membentak.

"Memangnya seharian ini kamu kemana, Yu?" Tanya Bu Sari lagi.

Aku menatap lembut ke arahnya. "Aku tak sengaja bertemu dengan pak Slamet, jadi aku sedikit membantu pekerjaannya. Cuma itu." Jelasku, membuat Bu Sari menghela napas lega. "Tapi.. seharusnya ibu tak perlu terlalu memikirkan aku. Aku kan bukan siapa-siapa disini. Jadi, anggap saja aku sebagai orang asing, yang sewaktu-waktu memang bisa datang dan pergi begitu saja." Lanjutku hingga membuat Raka menatapku dengan lekat.

"Mana bisa begitu. Kamu melupakan segalanya. Kamu tak punya keluarga dan tak tahu berasal dari mana. Jika terjadi sesuatu padamu, ibu akan merasa sangat bersalah sekali. Kamu sudah ibu anggap sebagai anak dan keluarga sendiri." Perkataan Bu Sari entah kenapa membuat hatiku menjadi sedih.

Dia sudah menganggapku keluarga, lantas kalau suatu saat aku menemukan jalan untuk pulang ke rumahku, dan meninggalkan mereka.. apakah mereka akan mengingatku dan merindukan ku? Apakah mereka juga akan merasa kehilangan?

"Makanlah. Hari ini Raka menangkap kepiting bersama nelayan. Ibu merebusnya, dan hari ini kita makan nasi."

Aku mengangguk, dan bergegas mengambil makanan yang ada di dapur. Selepas makan, aku duduk di atas tempat tidurku. Karena dari apa yang ku ketahui, sehabis makan setidaknya kita tidak boleh langsung tiduran atau berbaring.

Tidur atau berbaring setelah makan tidak baik untuk kesehatan lambung, terutama setelah makan dalam porsi banyak sekaligus. Langsung tidur setelah makan kenyang akan menyebabkan tekanan di dalam lambung meningkat, sehingga makanan dan cairan lambung dapat naik kembali ke kerongkongan.

Jadi, aku lebih memilih duduk dengan memeluk lututku, menatap Raka dan juga Bu Sari yang telah tertidur pulas.

Apakah permintaanku pada panglima itu bisa di pertimbangkan?? Ku harap ia memenuhi janjinya itu.

Aku mulai berbaring dan melepaskan penatku setelah duduk hampir setengah jam-an. Ku pejamkan mataku sesaat, sambil menghela napas panjang. Ketika aku hendak melanglang buana ke alam mimpi, suara gaduh lantas membangunkanku.

Aku terkesiap, menatap Raka dan Bu Sari yang masih tertidur dengan posisinya masing-masing. Mereka tak sadar ada bunyi sebesar ini?? Dan lagi, agaknya itu berasal dari atap rumah.

Aku mencoba kembali berbaring, namun suara ini benar-benar tak dapat membuatku tenang. Suaranya mirip seperti suara pukulan atau pijakan seseorang di atap rumah.

Dag!! Dag!! Dag!!

Pada akhirnya aku kembali beranjak dan melangkah keluar rumah.

Ku pandangi ke atap, namun tinggi badanku tak bisa menjangkau bagian atas sana. Aku perlu memundurkan beberapa langkah agar bisa melihat keseluruhannya, dan benar saja.. dalam kegelapan ini, aku dapat melihat sosok benda berwarna putih di atas sana.

Jantungku berdegup kencang, dan aku melihat hantu!! Ya!! Itu adalah hantu, aku yakin itu hantu yang ada di film-film horor. Mirip seperti Kuntilanak!! Dan lagi dia begitu dominan di atas sana.

Dalam kegelapan, ia terlihat cukup menyeramkan dan membuatku benar-benar bergidik ngeri. Aku terpaku, dan seketika aliran darahku terasa berhenti tatkala ia menangkap basahku yang sedang memandanginya dengan takjub.

Bibir bawahku bergetar hebat, dan aku benar-benar tak dapat berlari ataupun menjerit sama sekali.

Ia tersenyum dan menyeringai. Kulitnya bercahaya, wajahnya sangat tampan untuk sesosok hantu, dan rambut putihnya itu membuatku mengerjap berkali-kali, memastikan apakah aku salah lihat atau tidak.

Saking lamanya aku melongo, aku sampai tak menyadari ketika ia menyelesap dan terbang ke arahku sambil terkikik geli.

Kakiku yang terpaku tak bisa ku paksakan untuk bergerak, alhasil aku malah jatuh terduduk di atas tanah dan ia berhasil duduk berhadapan denganku, namun kakinya melayang.. sama sekali tak menapak di atas tanah.

Aku memandanginya dengan seksama. Jadi seperti ini rupa hantu yang sesungguhnya. Untuk sekelas hantu, seharusnya ia tak menyeramkan, tapi lebih ke tampan dan imut. Dan lagi, matanya benar-benar terlihat indah dan berkilau.

Ia mengucapkan sesuatu padaku, namun telingaku seakan berdengung dan tak dapat menangkap perkataannya sama sekali.

"Hijau??" Gumamku sambil menatap kedua bola matanya. "Apakah kita udah pernah ketemu sebelumnya?" Tanyaku, sedikit tercekat. "Gue yakin, elu yang ketemu sama gue di depan toko bunga waktu itu. Iya kan?!" Desakku padanya, meski aku sangat ketakutan.. tapi aku merasa kalau dia baik dan tak akan menyakitiku.

"Butuh waktu yang begitu lama untukmu menyadarinya? Jadi bisa saya simpulkan, kalau kecerdasanmu itu di bawah rata-rata. Bisa di bilang, IQ jongkok lah!!" Ia berkata remeh, membuatku sedikit kesal mendengar suara seraknya itu.

"Ngomong begitu sama orang yang baru di kenal?! Gak sopan tahu!!" Ucapku, benar-benar tersinggung.

"Justru karena baru di kenal, makanya saya tak perlu menaruh hormat padamu!" Lagi-lagi perkataannya terdengar menyebalkan.

"Elu ini apa dan siapa? Hantu kah?? Atau apa?? Apa elu juga ada hubungannya dengan terdamparnya gue di sini? Kalau pun iya!! Tolong dong balikin keadaan gue ke semula!!" Pintaku mendesak dan memelas, namun ia hanya menatap malas ke arahku.

"Nyinyinyi nyinyi nyinyinyi!!" Ia malah meledekku dengan nada bicara yang persis seperti yang ku lakukan barusan.

"Hey!!" Bentakku kesal.

"Saya ke sini untuk membantumu, dan kamu di sini harus membantu saya! Kamu kira saya mau melakukan suatu hal tanpa adanya timbal balik!! Dan lagi, kamu itu tak cukup meyakinkan untuk berhasil! Kenapa juga orangnya harus kamu!!" Ia malah balas memarahiku.

"Membantu elu?? Membantu apa maksudnya?"

"Tuh kan!! Kamu memang beneran bodoh!"

Aku langsung meringis mendengar perkataannya.

"Ingat siapa dirimu di sini! Kamu bukan berasal dari sini, kamu dari masa depan. Dan lagi, bertingkah lah tanpa menarik perhatian. Kamu tak mau kan, gara-gara kebodohanmu itu, kamu akan merubah sejarah di masa depan?" Perkataannya lantas membuatku tertegun.

Dari mana dia tau kalau aku benar-benar ingin merubah sejarah yang ada. Yaah, minimal aku ingin jadi selir raja lah! Aku ingin melaporkan kekejian si ratu pada raja, kalau dia telah berselingkuh. Huahahaha, terdengar jahat. Tapi aku suka tertawa jahat!

"Suara tertawaanmu jelek!! Dan lagi, jelas saya tahu apa yang kamu ucapkan!! Saya bisa mendengar suara hatimu!!" Ujarnya hingga membuatku tersentak kaget dan bergidik ngeri.

"Dengarkan saya! Jangan terlibat dengan urusan kerajaan, tapi.. kalau untuk keperluan saya sih tak masalah. Kihihihi." Ia malah ikut tertawa jahat seperti batinku tadi.

"Woi!! Tertawaan lu lebih jelek tau!!" Bentakku, karena sesungguhnya suara tertawaan itu membuatku merinding.

"Ini.." Tiba-tiba ia menyodorkan ku kain putih yang terlipat.

Aku menatapnya dengan seksama. "Apa nih?"

"Tuh kan, blo'on!" Ujarnya sambil melirik sinis ke arah ku.

"Emangnya siapa yang bakalan tau kalau elu cuma kasih kain putih doang?!" Bentakku kesal.

"Sahabat saya akan tahu semua jalan pikiran saya, bahkan sebelum saya mengatakannya!" Lanjutnya sambil melempar kain tersebut ke pelukanku. Buru-buru aku menangkapnya agar tak jatuh.

"Di zaman ini, agama Allah belum masuk. Jadi nanti, akan ada beberapa orang yang masuk Islam. Kamu juga!! Padahal Islam tapi tak pernah shalat kan?!" Bentaknya hingga membuatku terbungkam.

"Lalu, kain ini adalah simbol kematian untuk jasad seorang muslim pada zaman ini. Semacam bukti peninggalan kalau ada jasad yang di bungkus kain putih serupa mayat yang di kafani."

Aku mengernyit mendengar ucapannya. "Maksud lu?? Siapa yang bakalan mati dan bakalan pakai kain itu?" Tanyaku ragu.

"Hmmm, malah nanya bukannya mikir! Apa di otakmu itu isinya sampah organik?!" Aku langsung tersedak ludahku sendiri mendengarnya.

"Apa-apaan itu?!" Pekikku kesal.

"Ya.. habisnya kamu hanya memikirkan rumput dan ilalang. Saya kira kamu sedang cosplay jadi kambing lah minimal." Ia malah mengatakan hal yang menyebalkan dengan wajah polosnya. Jadi rasa marahku tiba-tiba saja runtuh entah kemana. Dia menggemaskan, tapi juga membuat jengkel.

"Jadi, saya ini sama sepertimu. Datang dari masa depan. Tapi ada hal yang membuat kita sedikit berbeda." Perkataan menggantungnya membuatku penasaran.

"Apa itu?" Tanyaku.

"Saya bisa melihat masa depan dan masa lalu." Tukasnya, membuatku sedikit bergidik.

"Jadi kain kafan ini dari sahabat saya. Karena dia tahu, di antara kalian, akan ada satu orang yang meninggal, dan harus di pakaikan kain ini karena dia sudah masuk Islam." Aku mengernyit ragu.

"Beneran?"

"Hei!! Apa kamu lihat wajah saya ini mirip Tukul?? Saya tak sedang bercanda lah, dasar kambing!!" Bentaknya padaku.

"Emang sih, setahu gue, di salah satu buku sejarah dari kerajaan Aridul ini, katanya Islam udah masuk dan mulai berkembang. Tapi.. lu gak bisa spoiler siapa yang harus pakai itu nanti?"

Ia mendengus. "Yang pasti dia akan mati duluan." Singkatnya.

Aku pun membuka lebar kain tersebut, dan hanya ada satu kain yang ia berikan padaku. "Ini cuma ada satu? Gue kan tinggal bersama dua orang?" Tanyaku bingung.

"Ini spoiler ya. Yang mati duluan, akan memakai kain ini. Lalu dua orang sisanya.." Ia menatap dalam kearahku.

"Satunya mati tanpa jasad, dan satunya lagi..." Ia meringis seolah kesakitan, dan ia nampak mengumpulkan tenaga untuk mengatakannya.

"Dia akan mati di bantai dan tergeletak begitu saja. Tubuhnya tak bisa di mandikan, dan lehernya di gorok lalu kepalanya di bawa begitu saja."

Aku meringis ngeri mendengarnya. Seketika ludahku tercekat, bak benar-benar merasakan gorokan senjata tajam. "Hei!! Sebelum lu dateng, udah jelas banget kalau lu ini psikopat!! Itu nyeremin banget tau!! Mana ada orang yang bisa ngeliat masa depan!! Khayalan elu ketinggian!!" Keluhku, namun ia hanya menatap datar seolah tak tertarik untuk berdebat denganku.

"Terserah sih! Kadang pilihan orang cerdas ketika harus berhadapan dengan orang bodoh, hanyalah mengalah." Lanjutnya lempeng, benar-benar ya.. Dia membuat darah tinggiku naik saja!!

"Karena elu udah di sini, sebaiknya elu bawa gue pulang juga bersama-sama. Sumpah ya, tinggal di sini ngebuat gue berubah jadi manusia purba!" Keluhku, namun lelaki pendek ini hanya menatap datar.

"Kau tak akan bisa kembali, sebelum misimu terlaksana dengan baik." Ucapnya.

"Apa-apaan sih?! Kok harus gue? Gue gak mau nurutin kemauan elu!!" Balas ku kesal.

"Ya sudah! Emang tak ada urusannya dengan saya sih. Mau kamu tinggal selamanya di sini atau mati sebelum kembali juga bukan urusan saya!" Ia malah terkesan cuek dan tak perduli padaku.

"Kok gitu sih?!"

"Caramu untuk kembali hanya dengan menyelesaikan misi." Sahutnya.

"Kenapa gak adil begitu? Kayaknya dari kemarin elu bisa bolak-balik deh ke tempat ini! Lu nyamperin gue di mimpi kan?? Tapi, kok gue gak bisa sih bolak balik kayak elu?!" Gerutu ku.

"Makanya dengarkan! Sudah saya bilang kan, kalau kita sedikit berbeda. Kamu lihat ini!" Ia mengangkat jari kelingkingnya, memperlihatkan benang merah yang melilit di jari tersebut. "Ini adalah tali penghubung saya dengan dunia saya. Saya bisa bolak-balik sesuka hati karena ada ini. Kalau ini terputus, maka posisi saya dan kamu menjadi sama dan tak ada bedanya."

Aku tersentak mendengar ucapannya itu. "Apa jangan-jangan, benang merah gue udah putus pas gue terdampar di pantai?!" Gerutu ku panik, membuatnya menghela napas panjang dengan wajah yang nampak bosan.

"Begini ya rasanya bicara dengan orang bodoh?!! Saya butuh Agam sekarang! Kamu membosankan!" Keluhnya hingga membuatku mengernyit bingung.

"Apa?!"

"Sejak awal kan sudah saya bilang kalau kamu berbeda. Sebenarnya benang merahmu ada di sini, dan kamu harus mencarinya sendiri dengan insting seorang wanita. Bukankah katanya makhluk halus bernama wanita adalah orang yang peka. Jadi seharusnya itu bukanlah masalah besar bagimu untuk dapat menemukannya!" Terangnya lagi.

Sebenarnya dia yang kelewat pintar karena bahasanya yang rumit dan tak bisa ku artikan, atau memang aku ini yang kelewat bodoh??

"Kasih tau gimana cara memahaminya! Bahasa elu benar-benar gak bisa di mengerti sama sekali!!" Keluhku hingga membuatnya menepuk jidat.

"Cari tahu sendiri!! Saya tak suka mencampuri urusan orang lain!"

"Yaaah!! Kalau lu tau semuanya, tinggal bilang aja kan. Jadi semuanya cepat beres. Benarkan?!"

Ia langsung mencubit tanganku dengan jarinya yang nampak begitu putih dan lembut seperti susu. "Kamu kira ini seperti Indomie? Yang instan begitu?! Usaha sendiri!!" Bentaknya sambil mulai beranjak dan melayang di hadapanku.

"Tu.. tunggu dulu! Apa elu mau pergi lagi?!" Tanyaku panik.

"Tentu saja, saya lapar dan mau makan Indomie topping melati!" Sahutnya Gamblang.

"Apaan tuh?!" Gerutu ku. "Tapi.. tapi.. tapi lu bakalan kembali ke sini lagi kan?" Tanyaku lagi.

"Hmm, kalau kamu bikin masalah, sepertinya saya harus datang." Singkatnya.

"Kalau begitu.. ayo kita saling memperkenalkan nama masing-masing! Gue Ayu!!"

Ia hanya menatapku tak tertarik. "Sudah tahu." Singkatnya.

"Sekarang gantian, lu harus nyebutin nama lu."

Ia nampak semakin tak tertarik. "Gak mau tuh!" Singkatnya.

"Curang banget!! Gue kan udah ngasih tau nama gue, harusnya lu ngasih tau nama lu juga kan?!" Balasku kesal.

Ia terdiam sambil menatap lekat ke arahku. "Saya adalah kuntilanak, dan kamu bisa memanggil saya.."

"K.U.N." Ujarnya sambil mendorong tubuhku dan...

Gubrak!!

Seketika aku langsung tersentak dan terbangun di atas tempat tidur. Ternyata aku bermimpi mengenai lelaki itu lagi. Dan namanya.. Kun?? Dia.. sesosok kuntilanak?? Dan lagi, kenapa mimpi itu terasa begitu nyata?

Aku mengusap keringat sambil mengedarkan pandanganku ke sekeliling. Lagi-lagi aku bangun kesiangan dan di tinggalkan Bu Sari serta Raka untuk beraktivitas.

Aku beranjak, dan menurunkan kakiku dari atas tempat tidur. Aku sedikit mengernyit bingung, ketika kakiku yang seharusnya menginjak lantai tanah, malah merasakan kain aneh yang berada di bawah kakiku.

Aku menunduk untuk menatapnya, dan betapa kagetnya aku, ketika melihat kain putih yang ada di mimpiku semalam.

"Ini kan.. kain kafan dari Kun??" Gumamku heran.

"Berarti... Pertemuan dengan hantu itu.. bukanlah mimpi belaka?? Tapi, itu nyata?!"

Bagaimana bisa??

.......

.......

.......

.......

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

D Emma

D Emma

KUN

🤩🥳❤️❤️❤️

2022-11-16

0

Eny Agustina

Eny Agustina

Wkwkwkwkkwkwwwkkkkkk....Kunnn...

2022-09-13

0

Yeni Setianingsih

Yeni Setianingsih

KUN ihhh gemesin tau,mau jitak aj rasany,😁😁😁

2022-07-31

0

lihat semua
Episodes
1 Terdampar
2 Luka
3 Perjanjian
4 Pencarian
5 Terimakasih
6 Pelatihan Final
7 Hasilnya adalah...
8 Penyebabnya
9 Pasien Kedua
10 Bayaran
11 Pertemuan dan Pesan
12 Pertengkaran
13 Our Mission
14 Smile for Me
15 Love??
16 Titah
17 Konsekuensi
18 Kesalahan Analisis
19 Sayembara 17
20 Memendam atau Menyampaikan?
21 Ada apa?
22 Mencarimu..
23 Menyetujui
24 Penipuan??
25 Jatuh ke Tangan yang Salah
26 Licik??
27 Pembuat Onar
28 Berkhianat??
29 Ada apa dengan Belati?
30 Dalam Bahaya !
31 Persiapan
32 Urgent
33 Ketulusan
34 Di balik Layar
35 Di Ambang Batas
36 Sembuhkan Aku
37 Berhentilah Menangis
38 Kemarahan
39 Kehilangan Segalanya
40 Rahasia Dibong?
41 Kita Keluarga
42 Senjata apa?
43 Senjatanya adalah...
44 Perbudakan
45 Benarkah Cemburu??
46 Apa Tujuannya??
47 Rahasia paman Tira
48 Kenyataan Tulus
49 Pahlawan Kami
50 Tabib dalam Bahaya
51 Kisah sebelum Tidur
52 Anestesi Alami
53 Semangat dari Raka
54 Sesuatu dari Kun
55 Kesediaan
56 Pertemuan dengan Ratu Renila
57 Cinta Pertama
58 Hukuman Kegagalan
59 Pengabaian
60 Sepasang Kekasih
61 Ini Hukumannya???
62 Ternyata Perduli
63 Jadi Bangsawan
64 Serangan Lelaki Misterius
65 Raja Abadi
66 Sosok sang Pemuda
67 Belati Agam?
68 Kerja Sama di Mulai
69 Tujuan Terselubung
70 Misi para Pangeran
71 Pembahasan Rahasia
72 Tantangan Ayu
73 Perasaan Raka
74 Siapa Anda?
75 Prosesi Sayembara Tujuh Belas
76 Alasan Terdampar
77 Spekulasi Dara
78 Benang Merah
79 Rahasia Raja Anggara
80 Pahlawan atau Penjahat?
81 Serangan?!
82 Tempat Rahasia
83 Perhitungan dan Pengangkatan
84 Dua Kubu?
85 Ritual dan Pembelaan dari Rakyat
86 Pemicu
87 Malapetaka
88 Anak dalam Ramalan
89 Takdirmu?
90 Penyiksaan
91 Hati yang Terpaut
92 Serangan di Mulai
93 Menunggu Kebangkitan
94 Serangan Rahasia?
95 Titah yang Mulia Tira
96 Pertolongan datang!!
97 Adu Domba
98 Peperangan di Mulai
99 Semangat yang Membara
100 Kemenangan??
101 Tertangkap!
102 Perasaan seorang Ayah
103 Tiba di Kerajaan
104 Telah Terpilih
105 Perasaan
106 Isi Hati Raka
107 Cinta seorang Ayah
108 Di Intai?
109 Manipulasi
110 Pancingan
111 Kembali Hidup
112 Terbongkarnya Kasus Pembantaian
113 Lelakimu
114 Apa Maksud Agam?
115 Pertemua Awal
116 Terbongkar
117 Terdesak
118 Pengorbanan
119 Kebohongan yang Indah
120 Gambaran Aneh
121 Di Dadaku?
122 Kecemburuan?
123 Citra raja Anggara
124 Raja Anggara tak Seburuk itu
125 Lebih dari Materi
126 Mencoba Melawan
127 Apa Tujuan Kun?
128 Cinta Tulus
129 Mimpi
130 Citra kedua
131 Sesuatu Terjadi
132 Siasat?
133 Kebenaran yang Menyakitkan
134 Don't Hurt
135 Ucapan Terimakasih
136 Karma dan Masa Lalu
137 Penghibur Kesedihan
138 Tali Simbolis
139 Arti Tali Pengikat
140 Rencana Rahasia
141 Sudah di Mulai?
142 Ritual di Mulai
143 Dalam Bahaya!
144 Masa Depan, Berawal dari Masa Lalu
145 Lost Contact
146 Keanehan
147 Dia adalah Ludira
148 Kesadaran yang tak Sadar
149 Masih Terpasang
150 Kebohongan yang Berlarut
151 Alasan
152 Masa Lalu yang Pahit
153 VS
154 Di Larang Mendekat !
155 Sama namun Berselisih
156 Interogasi
157 Sesuai Rencana
158 Masuk Jebakan
159 Mendesak
160 Misi di Terima
161 Ketahuan?
162 Siasat Kartu Mati
163 Masuk Penjara
164 Terjebak?
165 Pembuktian Selesai
166 Berawal dari Sini
167 Melenyapkan Ludira
168 Darah Pembangkitan
169 Usaha yang Percuma
170 Terpancing
171 Pertemuan Lagi
172 Perasaan Ayah dan Anak
173 Sifat Asli Manusia
174 Kebersamaan dengan Ayah
175 Mencari Kebenaran
176 Terselamatkan
177 Mempertahankan Cinta
178 Akan di Mulai
179 Yang di Cinta dan yang Kehilangan Cinta
180 Usaha Keras
181 Gawat Darurat
182 Kekacauan di Mulai
183 Menunggu Hukuman di Jatuhkan
184 Kesadaran yang tak di Harapkan
185 Genting
186 Kegagalan Raka
187 Raka
188 Kematian Agam
189 Tak Sungguh Pergi
190 Bertemu tuan Tira
191 Bersamanya Ayah dan Anak
192 Penyerangan di Mulai
193 Pemicu
194 Serangan Balasan di Mulai
195 Pertarungan Atas Nama Agam
196 Pelindung Datang
197 Mati dan Kembali
198 Paradoks : Awal = Ending
Episodes

Updated 198 Episodes

1
Terdampar
2
Luka
3
Perjanjian
4
Pencarian
5
Terimakasih
6
Pelatihan Final
7
Hasilnya adalah...
8
Penyebabnya
9
Pasien Kedua
10
Bayaran
11
Pertemuan dan Pesan
12
Pertengkaran
13
Our Mission
14
Smile for Me
15
Love??
16
Titah
17
Konsekuensi
18
Kesalahan Analisis
19
Sayembara 17
20
Memendam atau Menyampaikan?
21
Ada apa?
22
Mencarimu..
23
Menyetujui
24
Penipuan??
25
Jatuh ke Tangan yang Salah
26
Licik??
27
Pembuat Onar
28
Berkhianat??
29
Ada apa dengan Belati?
30
Dalam Bahaya !
31
Persiapan
32
Urgent
33
Ketulusan
34
Di balik Layar
35
Di Ambang Batas
36
Sembuhkan Aku
37
Berhentilah Menangis
38
Kemarahan
39
Kehilangan Segalanya
40
Rahasia Dibong?
41
Kita Keluarga
42
Senjata apa?
43
Senjatanya adalah...
44
Perbudakan
45
Benarkah Cemburu??
46
Apa Tujuannya??
47
Rahasia paman Tira
48
Kenyataan Tulus
49
Pahlawan Kami
50
Tabib dalam Bahaya
51
Kisah sebelum Tidur
52
Anestesi Alami
53
Semangat dari Raka
54
Sesuatu dari Kun
55
Kesediaan
56
Pertemuan dengan Ratu Renila
57
Cinta Pertama
58
Hukuman Kegagalan
59
Pengabaian
60
Sepasang Kekasih
61
Ini Hukumannya???
62
Ternyata Perduli
63
Jadi Bangsawan
64
Serangan Lelaki Misterius
65
Raja Abadi
66
Sosok sang Pemuda
67
Belati Agam?
68
Kerja Sama di Mulai
69
Tujuan Terselubung
70
Misi para Pangeran
71
Pembahasan Rahasia
72
Tantangan Ayu
73
Perasaan Raka
74
Siapa Anda?
75
Prosesi Sayembara Tujuh Belas
76
Alasan Terdampar
77
Spekulasi Dara
78
Benang Merah
79
Rahasia Raja Anggara
80
Pahlawan atau Penjahat?
81
Serangan?!
82
Tempat Rahasia
83
Perhitungan dan Pengangkatan
84
Dua Kubu?
85
Ritual dan Pembelaan dari Rakyat
86
Pemicu
87
Malapetaka
88
Anak dalam Ramalan
89
Takdirmu?
90
Penyiksaan
91
Hati yang Terpaut
92
Serangan di Mulai
93
Menunggu Kebangkitan
94
Serangan Rahasia?
95
Titah yang Mulia Tira
96
Pertolongan datang!!
97
Adu Domba
98
Peperangan di Mulai
99
Semangat yang Membara
100
Kemenangan??
101
Tertangkap!
102
Perasaan seorang Ayah
103
Tiba di Kerajaan
104
Telah Terpilih
105
Perasaan
106
Isi Hati Raka
107
Cinta seorang Ayah
108
Di Intai?
109
Manipulasi
110
Pancingan
111
Kembali Hidup
112
Terbongkarnya Kasus Pembantaian
113
Lelakimu
114
Apa Maksud Agam?
115
Pertemua Awal
116
Terbongkar
117
Terdesak
118
Pengorbanan
119
Kebohongan yang Indah
120
Gambaran Aneh
121
Di Dadaku?
122
Kecemburuan?
123
Citra raja Anggara
124
Raja Anggara tak Seburuk itu
125
Lebih dari Materi
126
Mencoba Melawan
127
Apa Tujuan Kun?
128
Cinta Tulus
129
Mimpi
130
Citra kedua
131
Sesuatu Terjadi
132
Siasat?
133
Kebenaran yang Menyakitkan
134
Don't Hurt
135
Ucapan Terimakasih
136
Karma dan Masa Lalu
137
Penghibur Kesedihan
138
Tali Simbolis
139
Arti Tali Pengikat
140
Rencana Rahasia
141
Sudah di Mulai?
142
Ritual di Mulai
143
Dalam Bahaya!
144
Masa Depan, Berawal dari Masa Lalu
145
Lost Contact
146
Keanehan
147
Dia adalah Ludira
148
Kesadaran yang tak Sadar
149
Masih Terpasang
150
Kebohongan yang Berlarut
151
Alasan
152
Masa Lalu yang Pahit
153
VS
154
Di Larang Mendekat !
155
Sama namun Berselisih
156
Interogasi
157
Sesuai Rencana
158
Masuk Jebakan
159
Mendesak
160
Misi di Terima
161
Ketahuan?
162
Siasat Kartu Mati
163
Masuk Penjara
164
Terjebak?
165
Pembuktian Selesai
166
Berawal dari Sini
167
Melenyapkan Ludira
168
Darah Pembangkitan
169
Usaha yang Percuma
170
Terpancing
171
Pertemuan Lagi
172
Perasaan Ayah dan Anak
173
Sifat Asli Manusia
174
Kebersamaan dengan Ayah
175
Mencari Kebenaran
176
Terselamatkan
177
Mempertahankan Cinta
178
Akan di Mulai
179
Yang di Cinta dan yang Kehilangan Cinta
180
Usaha Keras
181
Gawat Darurat
182
Kekacauan di Mulai
183
Menunggu Hukuman di Jatuhkan
184
Kesadaran yang tak di Harapkan
185
Genting
186
Kegagalan Raka
187
Raka
188
Kematian Agam
189
Tak Sungguh Pergi
190
Bertemu tuan Tira
191
Bersamanya Ayah dan Anak
192
Penyerangan di Mulai
193
Pemicu
194
Serangan Balasan di Mulai
195
Pertarungan Atas Nama Agam
196
Pelindung Datang
197
Mati dan Kembali
198
Paradoks : Awal = Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!