Penyebabnya

Aku terdiam penuh tanda tanya. Rasanya apa yang ku buat ini menjadi bahan untuk meledek kegagalan Raka. Bahkan tanpa bertanya, aku sudah berspekulasi kalau dia akan lolos karena memenangkan pertandingan.

Tapi, memang sebenarnya itu yang harus terjadi kan? Dia telah menang dari sekian banyak orang, melawan ketua prajurit, tapi kenapa dia sendiri yang tak lolos dalam pemilihan anggota baru?? Sangat mencurigakan bukan?

"Apa ini suatu kecurangan? Harusnya kamu bisa lolos kan?" Protesku.

Raka menatap datar ke arahku. "Apa yang membuatmu yakin kalau aku akan lolos?"

"Tentu saja, kamu adalah salah satu orang yang menang melawan ketua prajurit, lantas apa lagi masalahnya?" Ucapku, bertanya.

Ia hanya mendengus. "Itu adalah pemikiran ku beberapa tahun yang lalu, kala pertama kali ikut pemilihan prajurit dan aku gagal." Kini pandangannya teralih pada banyak makanan di hadapannya. "Sebenarnya, sejak awal aku masuk dan melihat banyak makanan di atas meja, aku merasa ini seperti sebuah ejekan untukku, tapi karena kau bilang ini adalah penyambutan kedatanganku karena aku lelah, aku cukup memakluminya. Tapi ketika kau mengira kalau aku lolos, pemikiran awalku itu muncul kembali." Lanjutnya. Membuat hatiku seketika mendung mendengarnya.

Aku menggeleng. "Tak ada yang mengejek mu. Hanya saja aku berpikir kalau kamu tak akan gagal. Aku yakin sekali." Ucapku panik.

Ia beranjak dari meja makan, seolah kehilangan selera untuk menikmati menu makanan ini lagi. "Aku sudah selesai." Singkatnya, membuatku menggenggam kedua tanganku dengan erat.

Aku lantas menatap ke arah Bu Sari yang hanya melemparkan senyum kecut padaku. "Terimakasih sudah berusaha keras." Ujarnya, membuatku meringis.. benar-benar ingin menangis.

Raka pergi dari rumah. Tak tahu kemana. Ia pergi tanpa mengucap sepatah katapun. Meninggalkan aku dan Bu Sari berdua di dalam rumah.

"Sebenarnya.. apa yang terjadi, Bu? Aku yakin ibu tahu sesuatu. Waktu aku bersemangat untuk menyambut kedatangan Raka, ibu terlihat tak bersemangat. Apa ibu sudah tahu hasil yang akan di dapatkan Raka memang seperti ini?" Tanyaku sambil menerka. Dan Bu Sari hanya menganggukkan kepalanya.

"Mungkin kamu belum tahu ini. Raka sudah kesekian kali mengikuti pelatihan, meski telah mengalahkan musuh dan berpotensi menjadi anggota prajurit, tapi dia terus gagal di hasil akhir." Raut wajah Bu Sari nampak sedih.

"Ibu sudah menyuruhnya untuk berhenti, tapi ada tekad kuat yang membuatnya benar-benar ingin menjadi anggota prajurit. Dan ibu tak mengerti tekad apa yang terus membuatnya bertahan dan berusaha." Lanjutnya, dengan suara yang sedikit lirih. Ia mengangkat kepala, dan berusaha mengembangkan senyumnya ke arahku.

Aku terdiam. Tak dapat berkata-kata selain membalas tatapan Bu Sari.

"Apakah ini ada suatu kecurangan? Kenapa terkesan begitu tidak adil?" Protesku, membuat Bu Sari hanya menggeleng lemah.

"Ini murni keputusan dari jenderal.." Aku mengernyit dalam, mendengar penjelasan Bu Sari.

"Bukankah di sana tadi tak terlihat adanya jenderal atau pun panglima. Atau jangan-jangan, aku yang tak menyadari kedatangan mereka?"

Bu Sari sedikit terkesiap. "Ya.. mereka tak akan datang hanya untuk itu. Mereka hanya akan mulai melatih kalau para prajurit baru telah masuk ke dalam camp prajurit kerajaan." Terangnya, membuatku kembali menautkan alis.

"Kalau mereka tak datang, berarti mereka tak melihat bagaimana kelangsungan pertandingan? Yang artiannya, bukan mereka yang menentukan lolos atau tidaknya seseorang. Pasti ada perwakilan mereka yang melakukannya kan?" Aku mulai berspekulasi tak jelas, intinya sulit bagiku untuk menerima kegagalan Raka.

"Ya.. memang ada perwakilannya. Dan yang telah memutuskan pantas atau tidaknya seseorang menjadi prajurit kerajaan adalah pelatih mereka." Jawab Bu Sari hingga membuat kedua mataku terbelalak lebar.

"Pelatih?" Gumamku penuh arti.

Seketika aku beranjak dari meja makan, membuat Bu Sari terkesiap kaget dan menengadahkan kepalanya ke arahku. "Ada apa?" Tanyanya panik.

"Ibu tunggu di sini, aku mau bertemu dengan seseorang dulu." Lanjutku sambil berjalan cepat ke arah pintu keluar, meskipun dalam keadaan tertatih.

"Kamu mau kemana, Yu?" Tanya Bu Sari sambil mengekoriku.

"Keluar sebentar, Bu. Ayu tak akan pergi jauh dari desa ini." Lanjutku meyakinkan, membuatnya berhenti di pekarangan depan rumahnya.

.........

Aku berdiri di depan pintu dengan tubuh kaku dan tangan yang terkepal kuat. Aku mengerekatkan gigi, berusaha menahan air mata yang hampir jatuh. Setiap kali aku marah dan kesal, maka aku akan selalu menangis. Itu benar-benar membuatku terlihat lemah di hadapan orang lain.

Ku ketuk pintu rumah tersebut sebanyak tiga kali, lalu menunggu seseorang yang berada di balik sana membukakan pintu.

Merasa tak ada jawaban, aku pun melakukannya berkali-kali. Tak sopan memang, tapi aku perlu bicara sesuatu.

Kriiiet..

Pintu rumah terbuka. Menampakkan seorang gadis yang entah memiliki kesibukan apa di dalam sana. Ia menatapku dengan bingung, mungkin karena wajahku yang kian memerah padam.

"Ayu? Ada apa??" Ia bertanya, heran dan penasaran. Aku menilik ke dalam rumahnya dari pintu yang ia buka.

"Nur, apa kak Juna ada di dalam?" Tanyaku cepat.

Nur sedikit mengernyit sambil menatap ke arah sejurus dengan tatapanku. "Hanya ada ibu di dalam. Kakak belum pulang." Sahutnya.

"Kapan dia akan pulang?"

"Mungkin nanti malam. Atau bahkan besok." Jawabnya.

Aku meringis kesal. "Memangnya dia kemana?? Kenapa harus pulang besok?" Desakku.

"Kamu terlihat begitu kacau. Ayo masuk dulu, biar aku buatkan minuman." Ajaknya sambil menarik tanganku.

Aku pun duduk di kursi dan menghadap ke arah meja dengan gelisah. Tak lama berselang, Nur muncul sambil memberikanku minuman.

"Minumlah." Ujarnya, membuatku menuruti perkataannya. "Sebenarnya apa yang terjadi? Apa kedatanganmu ke sini ada hubungannya dengan Raka?"

Aku terkesiap ketika mendengar terkaannya. "Kenapa kau bisa tahu?" Tanyaku sambil meletakkan cangkir minuman di atas meja.

"Raka gagal kan?" Terkanya lagi, membuatku sedikit murung.

"Padahal kakakmu belum pulang dari camp pelatihan. Tapi kau sudah tahu kenyataan bahwa Raka telah gagal. Apakah itu sudah menjadi hal yang terdengar biasa dan tak mengejutkan lagi bagi orang-orang di desa ini?" Ujarku, mengeluarkan semua unek-unek yang ada di dalam hatiku.

Nur tertunduk beberapa saat. "Sebenarnya aku hanya menebak. Dan aku berharap agar Raka dapat lolos kali ini. Tapi ketika melihat kedatanganmu dan juga raut wajahmu, itu seolah menjadi pembenaran atas dugaan burukku." Ia berkata lirih, sedikit parau.

Aku terdiam. Ternyata Nur pun berharap kalau Raka bisa lolos kali ini. "Lalu, di mana kak Juna?" Tanyaku. "Aku ingin berbicara sesuatu padanya." Lanjutku lagi.

"Dia dan ketua prajurit yang lain sedang membawa anggota prajurit baru menemui jenderal. Ini biasanya memakan waktu yang cukup lama, karena dia juga harus menemani prajurit baru di sana." Ujarnya menerangkan.

Aku sedikit mematut. "Bisakah aku datang dan menemuinya sekarang? Kau tinggal menunjukkan jalannya saja padaku. Aku benar-benar ingin menanyakan sesuatu." Pintaku, sedikit mendesak.

Setelah puas mendesak dan membujuk Nur, akhirnya ia mau menemaniku menemui kakaknya di camp pelatihan baru.

Sampai di sana, kami berdua di hadang oleh dua orang prajurit yang berjaga di pintu masuk.

"Ada keperluan apa?" Tanya mereka. Nur segera menjawab dengan beberapa alasan, sementara aku hanya fokus menilik ke arah dalam camp pelatihan.

"Oh, Juna?? Kalau begitu tunggu lah. Dia setidaknya harus mendapatkan izin dari jenderal mengenai hal ini." Ucap salah seorang yang membiarkan temannya masuk ke dalam, sementara ia masih berdiri untuk menghadang kami.

"Kenapa kamu tidak ikut temanmu ke sana? Apa kamu begitu yakin kalau kami akan menerobos masuk?" Tanyaku, membuat Nur menyikut lenganku sambil tersenyum hambar ke arah prajurit tersebut.

"Salah satunya memang karena itu. Tapi, setidaknya kalian berdua bisa membuat mataku sedikit lebih cerah." Ujarnya, nampak mengeluh.

"Oh, apakah di dalam sana kau hanya melihat lelaki?? Jadi, kau merasa bosan dan lelah karena itu?" Terkaku, membuat Nur nampak mengernyit malu.

"Wah!! Kau begitu memahami ku. Apa kau sudah punya calon suami? Kau ini pengertian, dan sepertinya cocok di jadikan istri. Kau belum punya suami atau calon suami kan?" Desaknya lagi, membuatku sedikit risih.

"Sudah!! Dia kekasih kak Juna." Sambar Nur hingga membuatku terkesiap. Aku langsung menatap ke arahnya, sementara Nur langsung mengedipkan matanya.

"Oh, ya!! Dia itu kekasih ku. Ehee.." Ujarku sambil meringis masam.

Tak lama berselang, prajurit tadi datang dengan Juna yang berada di sisinya. Kami benar-benar tak dapat leluasa melihat orang-orang dan aktivitas yang berada di dalamnya, dari perbatasan ini.

Camp ini di kelilingi oleh spanduk dari kertas tebal berwarna coklat, yang menutupi kayu berukuran kecil yang tertanam di dalam tanah.

"Nur? Kenapa kamu ke sini?" Tanya Juna, sambil menatap adiknya. Nur hanya diam sambil menoleh ke arahku. "Kau? Kenapa-"

Aku langsung menarik tangan Juna tanpa basa-basi, menyeretnya menjauhi dua orang prajurit yang kemungkinan akan menguping pembicaraan kami.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Juna heran, ketika kami telah berjalan cukup jauh dari keramaian yang ada.

"Ini tentang hasil pertandingan!! Aku rasa kalian telah melakukan kecurangan!!" Sentakku, marah. Sementara Nur hanya menatap ragu ke arah kakaknya.

"Nur, kau pulanglah. Kakak mau bicara dengan perempuan ini." Ujarnya bertitah, membuat Nur segera berlalu setelah berpamitan padaku.

"Jadi kau kesini karena Raka mengadu sambil menangis di rumahnya?" Ia terdengar mengejek dan tidak suka.

"Mana ada yang seperti itu!! Dia pulang dengan wajah datar!! Kau tahu!! Aku sudah memasak banyak makanan untuk menyambut keberhasilannya, tiba-tiba dia pulang dengan wajah yang sulit ku artikan, dan ternyata ia malah gagal dalam pemilihan anggota prajurit yang baru!! Lalu yang menjadi permasalahannya, hanya dia sendiri yang gagal dalam pemilihan tersebut, padahal dia kan sudah menghajarmu sampai kalah!!" Ujarku panjang lebar, membuat Juna nampak mengeraskan rahangnya menatapku.

"Jadi ini yang kau maksud dengan kecurangan?"

"Ya!!" Sahutku tanpa pikir.

"Menang kalah itu bukanlah suatu hal yang dapat menentukan terpilihnya prajurit baru atau tidak. Ada banyak hal yang kami pertimbangkan, dan Raka tak berubah selama mengikuti pelatihan setiap tahun."

"Tak berubah?? Aku benar-benar tak mengerti. Pertimbangan apa lagi yang melatarbelakanginya? Bukankah Raka itu orang yang sangat kuat dan cerdik. Dia bisa menghajarmu sampai kalah tadi." Perkataanku lagi-lagi membuat Juna semakin kesal.

"Kau mengulangi kalimat yang mengesalkan itu berkali-kali!!" Keluhnya membentak.

"Ahk!! Maafkan aku!! Soalnya hanya itu yang ada di dalam pikiranku." Gumamku, ketakutan.

"Raka memanglah kuat. Sejak dulu dia sudah sangat dan semakin bertambah kuat tiap mengikuti pelatihan."

"Maka dari itu aku sempat bertanya padamu, latihan macam apa yang ia lakukan agar bisa menjadi sekuat itu."

"Meski mengancam, Raka tak pernah lolos dalam pelatihan. Aku yang pernah sama-sama menjadi calon prajurit dan mengikuti pelatihan bersamanya, benar-benar takut dan merasa kalau dia lah yang akan terpilih karena dia terlalu kuat dan dominan di antara yang lain."

"Tapi nyatanya, dia adalah orang pertama yang di nyatakan gagal dalam pelatihan, meskipun ia berhasil mengalahkan ketua prajurit kala itu."

"Semua orang sangat heran, sampai menuduh kalau ketua prajurit telah melakukan kecurangan."

Aku langsung tertegun. Aku juga sekarang berpikiran seperti itu pada lelaki yang ada di hadapanku. Pasti dia curang. Dia kan pelatih Raka dan yang lain. Mungkin saja kegagalan Raka adalah hal yang mereka sengaja.

"Memang nampak sangat curang." Timpalku gamblang.

"Tapi penilaian yang awalnya tak aku pahami sepertimu, menjadi ku mengerti setelah aku melatihnya langsung." Lanjutnya, dengan tatapan mata yang begitu sengit ke arahku.

"Raka, benar-benar tak pantas menjadi salah satu anggota prajurit kerajaan." Perkataannya lantas membuatku terkesiap.

"Kenapa?" Tanyaku cepat, sedikit tertohok rasanya.

"Raka itu egois, dan keras kepala. Tak memiliki empati dan tak dapat bekerjasama dengan orang lain."

"Meski dia kuat, tapi di dalam peperangan, keutamaan yang di butuhkan adalah memiliki rasa saling mempercayai satu sama lain dan memahami kekuatan masing-masing. Ini bukanlah tentang siapa yang paling kuat, tapi tentang siapa yang bisa bekerjasama dalam squad mereka masing-masing."

"Sikap Raka yang seperti itu, hanya akan menghabiskan seluruh squad-nya, dan membuat banyak orang mati terbunuh. Dia tak akan bisa menjadi seorang pemimpin atau pun prajurit."

"Dia bertindak sesuka hati, namun tak memikirkan resiko yang akan di terima oleh orang lain." Jelas Juna hingga membuatku terbungkam.

Jadi ini alasan yang di katakan Raka tadi. Apakah dia sudah tahu alasan dan penyebabnya. Kalau sudah tahu, kenapa dia masih mengulangi kesalahan yang sama sampai berkali-kali di tolak menjadi prajurit?

"Aaah!! Dia bodoh!!" Keluhku sambil menepuk dahi.

"Sejujurnya, kekuatan Raka sangat di butuhkan. Kalau dia sudah ikut berperang dan memiliki banyak pengalaman, aku yakin ia akan menjadi seorang jenderal yang kuat. Tapi, harapan para ketua prajurit pupus, ia tak berkembang sama sekali, hanya kekuatannya saja yang bertambah." Penjelasan Juna benar-benar membuatku bertambah kesal padanya.

"Ah, kak Juna.. bukankah kau seorang ketua prajurit."

Ia mengangguk. "Ya. Memangnya kenapa?"

"Apakah aku boleh meminta tolong padamu. Satu permintaan saja.." ujarku, memohon.

Ia sedikit mengernyit. "Kenapa meminta bantuanku? Aku tak yakin dapat membantumu."

"Yaaaah!! Tolong lah. Cuma kakak yang bisa."

Ia terdiam sembari berpikir sejenak. "Memangnya apa yang kau inginkan dariku."

"Aku ingin... Kak Juna, mempertemukan aku dengan jenderal atau pun panglima. Ada hal penting yang ingin ku katakan padanya."

.......

.......

.......

.......

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

Yeni Setianingsih

Yeni Setianingsih

hu hu sama kayak aqu,kalau emosi pasti nangis padahal g mau nangis 😭😭

2022-07-31

0

Nacita

Nacita

gigih sekali s ayu ini ya 😂😂

2021-10-13

1

Imar Fuah

Imar Fuah

ayu berjuang untuk raka 😍

2021-04-22

1

lihat semua
Episodes
1 Terdampar
2 Luka
3 Perjanjian
4 Pencarian
5 Terimakasih
6 Pelatihan Final
7 Hasilnya adalah...
8 Penyebabnya
9 Pasien Kedua
10 Bayaran
11 Pertemuan dan Pesan
12 Pertengkaran
13 Our Mission
14 Smile for Me
15 Love??
16 Titah
17 Konsekuensi
18 Kesalahan Analisis
19 Sayembara 17
20 Memendam atau Menyampaikan?
21 Ada apa?
22 Mencarimu..
23 Menyetujui
24 Penipuan??
25 Jatuh ke Tangan yang Salah
26 Licik??
27 Pembuat Onar
28 Berkhianat??
29 Ada apa dengan Belati?
30 Dalam Bahaya !
31 Persiapan
32 Urgent
33 Ketulusan
34 Di balik Layar
35 Di Ambang Batas
36 Sembuhkan Aku
37 Berhentilah Menangis
38 Kemarahan
39 Kehilangan Segalanya
40 Rahasia Dibong?
41 Kita Keluarga
42 Senjata apa?
43 Senjatanya adalah...
44 Perbudakan
45 Benarkah Cemburu??
46 Apa Tujuannya??
47 Rahasia paman Tira
48 Kenyataan Tulus
49 Pahlawan Kami
50 Tabib dalam Bahaya
51 Kisah sebelum Tidur
52 Anestesi Alami
53 Semangat dari Raka
54 Sesuatu dari Kun
55 Kesediaan
56 Pertemuan dengan Ratu Renila
57 Cinta Pertama
58 Hukuman Kegagalan
59 Pengabaian
60 Sepasang Kekasih
61 Ini Hukumannya???
62 Ternyata Perduli
63 Jadi Bangsawan
64 Serangan Lelaki Misterius
65 Raja Abadi
66 Sosok sang Pemuda
67 Belati Agam?
68 Kerja Sama di Mulai
69 Tujuan Terselubung
70 Misi para Pangeran
71 Pembahasan Rahasia
72 Tantangan Ayu
73 Perasaan Raka
74 Siapa Anda?
75 Prosesi Sayembara Tujuh Belas
76 Alasan Terdampar
77 Spekulasi Dara
78 Benang Merah
79 Rahasia Raja Anggara
80 Pahlawan atau Penjahat?
81 Serangan?!
82 Tempat Rahasia
83 Perhitungan dan Pengangkatan
84 Dua Kubu?
85 Ritual dan Pembelaan dari Rakyat
86 Pemicu
87 Malapetaka
88 Anak dalam Ramalan
89 Takdirmu?
90 Penyiksaan
91 Hati yang Terpaut
92 Serangan di Mulai
93 Menunggu Kebangkitan
94 Serangan Rahasia?
95 Titah yang Mulia Tira
96 Pertolongan datang!!
97 Adu Domba
98 Peperangan di Mulai
99 Semangat yang Membara
100 Kemenangan??
101 Tertangkap!
102 Perasaan seorang Ayah
103 Tiba di Kerajaan
104 Telah Terpilih
105 Perasaan
106 Isi Hati Raka
107 Cinta seorang Ayah
108 Di Intai?
109 Manipulasi
110 Pancingan
111 Kembali Hidup
112 Terbongkarnya Kasus Pembantaian
113 Lelakimu
114 Apa Maksud Agam?
115 Pertemua Awal
116 Terbongkar
117 Terdesak
118 Pengorbanan
119 Kebohongan yang Indah
120 Gambaran Aneh
121 Di Dadaku?
122 Kecemburuan?
123 Citra raja Anggara
124 Raja Anggara tak Seburuk itu
125 Lebih dari Materi
126 Mencoba Melawan
127 Apa Tujuan Kun?
128 Cinta Tulus
129 Mimpi
130 Citra kedua
131 Sesuatu Terjadi
132 Siasat?
133 Kebenaran yang Menyakitkan
134 Don't Hurt
135 Ucapan Terimakasih
136 Karma dan Masa Lalu
137 Penghibur Kesedihan
138 Tali Simbolis
139 Arti Tali Pengikat
140 Rencana Rahasia
141 Sudah di Mulai?
142 Ritual di Mulai
143 Dalam Bahaya!
144 Masa Depan, Berawal dari Masa Lalu
145 Lost Contact
146 Keanehan
147 Dia adalah Ludira
148 Kesadaran yang tak Sadar
149 Masih Terpasang
150 Kebohongan yang Berlarut
151 Alasan
152 Masa Lalu yang Pahit
153 VS
154 Di Larang Mendekat !
155 Sama namun Berselisih
156 Interogasi
157 Sesuai Rencana
158 Masuk Jebakan
159 Mendesak
160 Misi di Terima
161 Ketahuan?
162 Siasat Kartu Mati
163 Masuk Penjara
164 Terjebak?
165 Pembuktian Selesai
166 Berawal dari Sini
167 Melenyapkan Ludira
168 Darah Pembangkitan
169 Usaha yang Percuma
170 Terpancing
171 Pertemuan Lagi
172 Perasaan Ayah dan Anak
173 Sifat Asli Manusia
174 Kebersamaan dengan Ayah
175 Mencari Kebenaran
176 Terselamatkan
177 Mempertahankan Cinta
178 Akan di Mulai
179 Yang di Cinta dan yang Kehilangan Cinta
180 Usaha Keras
181 Gawat Darurat
182 Kekacauan di Mulai
183 Menunggu Hukuman di Jatuhkan
184 Kesadaran yang tak di Harapkan
185 Genting
186 Kegagalan Raka
187 Raka
188 Kematian Agam
189 Tak Sungguh Pergi
190 Bertemu tuan Tira
191 Bersamanya Ayah dan Anak
192 Penyerangan di Mulai
193 Pemicu
194 Serangan Balasan di Mulai
195 Pertarungan Atas Nama Agam
196 Pelindung Datang
197 Mati dan Kembali
198 Paradoks : Awal = Ending
Episodes

Updated 198 Episodes

1
Terdampar
2
Luka
3
Perjanjian
4
Pencarian
5
Terimakasih
6
Pelatihan Final
7
Hasilnya adalah...
8
Penyebabnya
9
Pasien Kedua
10
Bayaran
11
Pertemuan dan Pesan
12
Pertengkaran
13
Our Mission
14
Smile for Me
15
Love??
16
Titah
17
Konsekuensi
18
Kesalahan Analisis
19
Sayembara 17
20
Memendam atau Menyampaikan?
21
Ada apa?
22
Mencarimu..
23
Menyetujui
24
Penipuan??
25
Jatuh ke Tangan yang Salah
26
Licik??
27
Pembuat Onar
28
Berkhianat??
29
Ada apa dengan Belati?
30
Dalam Bahaya !
31
Persiapan
32
Urgent
33
Ketulusan
34
Di balik Layar
35
Di Ambang Batas
36
Sembuhkan Aku
37
Berhentilah Menangis
38
Kemarahan
39
Kehilangan Segalanya
40
Rahasia Dibong?
41
Kita Keluarga
42
Senjata apa?
43
Senjatanya adalah...
44
Perbudakan
45
Benarkah Cemburu??
46
Apa Tujuannya??
47
Rahasia paman Tira
48
Kenyataan Tulus
49
Pahlawan Kami
50
Tabib dalam Bahaya
51
Kisah sebelum Tidur
52
Anestesi Alami
53
Semangat dari Raka
54
Sesuatu dari Kun
55
Kesediaan
56
Pertemuan dengan Ratu Renila
57
Cinta Pertama
58
Hukuman Kegagalan
59
Pengabaian
60
Sepasang Kekasih
61
Ini Hukumannya???
62
Ternyata Perduli
63
Jadi Bangsawan
64
Serangan Lelaki Misterius
65
Raja Abadi
66
Sosok sang Pemuda
67
Belati Agam?
68
Kerja Sama di Mulai
69
Tujuan Terselubung
70
Misi para Pangeran
71
Pembahasan Rahasia
72
Tantangan Ayu
73
Perasaan Raka
74
Siapa Anda?
75
Prosesi Sayembara Tujuh Belas
76
Alasan Terdampar
77
Spekulasi Dara
78
Benang Merah
79
Rahasia Raja Anggara
80
Pahlawan atau Penjahat?
81
Serangan?!
82
Tempat Rahasia
83
Perhitungan dan Pengangkatan
84
Dua Kubu?
85
Ritual dan Pembelaan dari Rakyat
86
Pemicu
87
Malapetaka
88
Anak dalam Ramalan
89
Takdirmu?
90
Penyiksaan
91
Hati yang Terpaut
92
Serangan di Mulai
93
Menunggu Kebangkitan
94
Serangan Rahasia?
95
Titah yang Mulia Tira
96
Pertolongan datang!!
97
Adu Domba
98
Peperangan di Mulai
99
Semangat yang Membara
100
Kemenangan??
101
Tertangkap!
102
Perasaan seorang Ayah
103
Tiba di Kerajaan
104
Telah Terpilih
105
Perasaan
106
Isi Hati Raka
107
Cinta seorang Ayah
108
Di Intai?
109
Manipulasi
110
Pancingan
111
Kembali Hidup
112
Terbongkarnya Kasus Pembantaian
113
Lelakimu
114
Apa Maksud Agam?
115
Pertemua Awal
116
Terbongkar
117
Terdesak
118
Pengorbanan
119
Kebohongan yang Indah
120
Gambaran Aneh
121
Di Dadaku?
122
Kecemburuan?
123
Citra raja Anggara
124
Raja Anggara tak Seburuk itu
125
Lebih dari Materi
126
Mencoba Melawan
127
Apa Tujuan Kun?
128
Cinta Tulus
129
Mimpi
130
Citra kedua
131
Sesuatu Terjadi
132
Siasat?
133
Kebenaran yang Menyakitkan
134
Don't Hurt
135
Ucapan Terimakasih
136
Karma dan Masa Lalu
137
Penghibur Kesedihan
138
Tali Simbolis
139
Arti Tali Pengikat
140
Rencana Rahasia
141
Sudah di Mulai?
142
Ritual di Mulai
143
Dalam Bahaya!
144
Masa Depan, Berawal dari Masa Lalu
145
Lost Contact
146
Keanehan
147
Dia adalah Ludira
148
Kesadaran yang tak Sadar
149
Masih Terpasang
150
Kebohongan yang Berlarut
151
Alasan
152
Masa Lalu yang Pahit
153
VS
154
Di Larang Mendekat !
155
Sama namun Berselisih
156
Interogasi
157
Sesuai Rencana
158
Masuk Jebakan
159
Mendesak
160
Misi di Terima
161
Ketahuan?
162
Siasat Kartu Mati
163
Masuk Penjara
164
Terjebak?
165
Pembuktian Selesai
166
Berawal dari Sini
167
Melenyapkan Ludira
168
Darah Pembangkitan
169
Usaha yang Percuma
170
Terpancing
171
Pertemuan Lagi
172
Perasaan Ayah dan Anak
173
Sifat Asli Manusia
174
Kebersamaan dengan Ayah
175
Mencari Kebenaran
176
Terselamatkan
177
Mempertahankan Cinta
178
Akan di Mulai
179
Yang di Cinta dan yang Kehilangan Cinta
180
Usaha Keras
181
Gawat Darurat
182
Kekacauan di Mulai
183
Menunggu Hukuman di Jatuhkan
184
Kesadaran yang tak di Harapkan
185
Genting
186
Kegagalan Raka
187
Raka
188
Kematian Agam
189
Tak Sungguh Pergi
190
Bertemu tuan Tira
191
Bersamanya Ayah dan Anak
192
Penyerangan di Mulai
193
Pemicu
194
Serangan Balasan di Mulai
195
Pertarungan Atas Nama Agam
196
Pelindung Datang
197
Mati dan Kembali
198
Paradoks : Awal = Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!