Pertengkaran

Dengan was-was aku menyembunyikan kain tersebut di bawah tempat tidur. Aku tak ingin benda itu terlihat oleh siapapun, termasuk Raka dan Bu Sari.

Kalau kain ini benar adanya, berarti keberadaan hantu itu nyata. Dan bisa jadi semua perkataan Kun itu juga benar. Tapi pertanyaannya, siapa yang akan mati terlebih dahulu di antara kami bertiga, dan siapa yang tak memiliki jasad, lalu siapa yang mati di bantai???

Jangan-jangan, yang akan mati di bantai adalah aku, karena aku ketahuan berasal dari masa depan, atau bahkan karena aku telah membocorkan aib sang ratu???

Tidak tidak tidak!! Itu tidak akan mungkin terjadi!! Tidak sama sekali. Tak akan ada yang mati. Bisa saja Kun Kun itu cuma sok tahu dan menakutiku.

"Kenapa kau rusuh begitu?"

Aku yang sedang duduk berjongkok menghadap kasur langsung berteriak dan berbalik ketika melihat Raka yang entah kapan telah berada di belakangku. Dengan reflek aku memukulinya, dan tanpa sengaja malah mengenai.....

"Arrgh!!" Ia mengerang kesakitan, sambil menutupi benda pusakanya. Bahkan ia sampai bersujud, saking sakitnya.

Aku menatap panik ke arahnya, namun tak berani untuk mendekatinya. "Sa.. salah sendiri kenapa mengageti ku begitu!!" Bentakku, sedikit ketus namun sebenarnya aku merasa bersalah dan khawatir.

Ia yang sedang bersujud pun mengangkat kepalanya ke arahku, sedikit meringis. "Kau mau membunuhku, hah?!" Bentaknya sambil terus menggeram dengan tubuh yang bergetar.

"Pu.. pukulan macam itu tak akan membunuh siapa-siapa!!"

"Lihat-lihat dulu di mana tempat kau memukul!! Ini adalah nyawa bagi pria!!" Bentaknya dengan wajah yang memerah.

"Maafkan aku!!" Akhirnya aku mengalah dan berteriak penuh penyesalan.

Aku langsung berlari melangkahi tubuh Raka, keluar dari dalam rumah tanpa berniat untuk berlama-lama berada di dekatnya. Bisa-bisa perasaan bersalahku akan bertambah besar jika aku melakukan hal demikian.

Ketika aku melompat keluar, aku berpapasan dengan Bu Sari yang baru saja datang dari luar sambil membawa seikat sayuran di tangannya.

Ia menatapku dengan heran. "Ayu? Mau kemana?" Ia bertanya.

"Menyirami tanaman!!" Sahutku cepat.

Sembari menyirami tumbuhan yang ku tanam, aku mendengar suara gaduh Raka yang agaknya masih merasa kesal padaku, dan aku juga mendengar suara Bu Sari yang mengkhawatirkan keadaan anaknya yang masih bersujud di situ.

Selepas aku menyelesaikan tugasku, Raka keluar rumah sambil menampar tumbuhan mawar yang baru saja ku lepaskan dedaunan keringnya.

"Hei!! Jangan lakukan itu!!" Bentakku kesal, namun ia nampak tak perduli.

"Itu balasan perbuatan mu tadi! Tak bertanggungjawab!!" Keluhnya, membuatku menahan geli.

"Mawar ini tak bersalah, kalau kau tak senang. Pukuli aku saja! Bukankah yang memukuli mu itu aku!" Balasku, membuatnya menatap sengit ke arahku.

"Kau kira aku tak bisa memukul perempuan, makanya kau bilang begitu? Bagian mana yang ingin ku pukuli, katakan padaku!!" Gerutunya, membuatku menatap sinis sambil menyipitkan mataku.

"Kau tidak waras! Pergi lah cari kesibukan lain! Kenapa kau malah memantauku di sini?!" Keluhku sambil mengusirnya. Namun ia enggan berlalu, malah masih saja memukuli tumbuhan mawar milikku.

"Raka!! Kenapa kau lakukan itu lagi!!" Kali ini aku membentak padanya.

"Karena sepertinya kau begitu menyayangi mawar ini!! Aku akan menyakiti apa pun yang kau sukai!"

Perkataannya membuatku menatap lirih. Sebegitu benci kah dia padaku?? Karena ia tak ingin menyakitiku langsung, makanya ia memilih untuk menyakiti apa yang ku sukai.

Aku tak mau terlihat kalah dan lemah darinya. "Kalau kakiku sudah sembuh, aku akan pergi dengan membawa mawar ini!!" Perkataanku membuat Raka terkesiap. "Aku tak akan membiarkan kau menyakiti apapun yang ku miliki!" Tambahku, namun tiba-tiba saja Raka lantas menarik batang mawar ini, membuat akarnya tercabut dari dalam tanah.

Aku terbelalak menatapnya, kenapa dia tega sekali??

"Kau!!" Geramku sambil berdiri berhadapan dengannya.

"Kalau begitu pergi lah sekarang!!" Ujarnya, sambil menyodorkan mawar itu padaku. Aku menatap geram, sambil menampik tangannya, membuat tanaman mawar tersebut jatuh di atas tanah.

Mendengar perkataan Raka, Bu Sari dengan sigap segera keluar dan berusaha melerai kami berdua. "Raka, jangan lakukan itu pada Ayu! Kamu tidak kasihan padanya? Dia tak punya keluarga di sini selain kita. Jadi bersikap baiklah padanya!" Bu Sari mencoba menasehatinya sambil menahan lenganku agar tak pergi dari rumahnya.

"Keluarga selain kita? Bahkan dia bukan lah siapa-siapa, apalagi keluarga! Dia cuma orang asing yang datang dan mengganggu ketenangan keluarga kita!" Aku langsung terkesiap kaget mendengar perkataan Raka.

Demi apapun, orang ini berbicara tanpa memikirkan perasaan orang yang sedang ia ajak bicara. Ia mengatakan apa yang ingin ia katakan, dan terus terang saja itu terdengar jahat.

Padahal perbuatan yang ia lakukan hanya sepele, kenapa juga aku harus marah. Dan kenapa juga karena emosi, aku malah berkata yang tidak-tidak begitu juga dengan dirinya.

Hatiku terasa pedih, ada rasa sesak yang hinggap di dadaku, membuat wajahku memerah dan mataku berkaca-kaca.

Aku langsung berlalu dari hadapannya, sambil membiarkan bunga mawar yang di beri Raka tergeletak begitu saja di atas tanah tanpa sempat ku tanam kembali.

Raka dan Bu Sari melihat kepergianku, dan agaknya Bu Sari berusaha menyuruh Raka mengejar dan menahanku. Namun aku tahu itu tak akan terjadi, Raka bukanlah seseorang yang perduli pada orang lain. Dan ia tak akan menyusulku, bahkan dia akan lebih suka kalau aku benar-benar pergi.

*Bu Sari POV

Aku melihat kepergian Ayu. Meski telah mendesak dan meminta agar Raka menyusul, tapi anakku yang satu ini benar-benar tak perduli.

Aku khawatir, takut terjadi sesuatu pada Ayu, dan bagaimana kalau ia benar-benar pergi? Aku terlanjur menyukai anak baik itu.

"Sudah lah Bu! Biarkan dia pergi!" Balas Raka angkuh.

Aku menatap dalam kearahnya. "Kenapa kamu bersikap begitu pada Ayu? Apa dia pernah menyakitimu?!" Tanyaku, benar-benar tak mengerti. Anakku hanya diam dan membisu, sebelum menjawab.

"Aku hanya mencabut mawar yang ia tanam. Harusnya ia tak perlu semarah itu kan?!" Ia membela diri.

"Jika kau di lukai oleh seorang wanita, tak sepantasnya kamu melakukan hal buruk para wanita lain. Sebagaimana kebencian mu terhadap Anna. Jika yang melukaimu Anna, maka jangan memperlakukan seluruh wanita seperti Anna!!" Ujarku lirih, membuat Raka menundukkan kepalanya.

"Ku rasa ibu keliru." Tuturnya. "Aku begitu padanya bukan karena Anna. Tapi karena ada alasan lain yang melatarbelakanginya." Lanjutnya.

Di tengah ketegangan kami, Seseorang tiba-tiba saja datang dan menghampiri kami. "Apa aku mengganggu?" Ia bertanya, membuatku dan Raka terkesiap dan seketika bungkam.

Aku memperhatikan seseorang yang datang ini. Seragamnya.. kalau tak salah, ini adalah seragam.. "Ah.. ketua prajurit?!" Gumamku heran. "Apa yang membawamu datang ke sini?" Aku bertanya, dan ia langsung mengeluarkan sebuah gulungan dan memberikannya pada Raka.

"Ini, ada undangan dari jenderal Ardiansyah." Tukasnya, membuat Raka segera mengambil gulungan tersebut dan membacanya.

Ia sedikit terkejut, hingga membuat kedua alisnya berkerut sambil menatap ketua prajurit tersebut.

"Undangan ke camp prajurit??" Gumam anakku.

.........

Siang harinya, aku dan Raka pergi ke camp prajurit resmi untuk menghadiri undangan dari jenderal Ardiansyah. Aku sengaja menemani Raka, karena anak ini sedang begitu kesal dan keluar rumah dalam keadaan marah. Aku tak mau dia lepas kendali dan membuat perkara dengan jenderal. Terlebih aku tak tahu apa maksud dari di undangnya Raka ke tempat ini.

Kami memasuki camp prajurit setelah melalui pengawalan di jalur perbatasan. Kami melalui beberapa dinding penahan yang menutupi bagian dalam camp, kami pun sampai ke halaman dalamnya. Di mana terdapat banyak posko-posko yang merupakan tempat penginapan para prajurit.

Kami di arahkan oleh pengawal perbatasan ke sebuah posko yang berbeda dari yang lain. Meski ada beberapa perbaikan yang di lakukan, tapi posko yang satu ini bisa di katakan mirip dengan sebuah rumah pondok.

Kami di persilakan masuk, dan ternyata Raka langsung di sambut oleh seorang lelaki bertubuh gagah, kekar, berwajah garang, dan dia memang mirip dengan gambaran jenderal-jenderal kuat yang beredar di masyarakat.

Ya, dia terkenal meski kami tak pernah melihatnya. Dan baru kali ini aku melihat sosoknya secara langsung.

Ia duduk di dekat meja bundar yang besar, dimana di atasnya ada sebuah peta besar yang merupakan gambaran dari denah kerajaan Raja Anggara.

"Jadi kau yang bernama Raka?" Tanyanya dengan suara yang begitu bijaksana.

"Ya, jenderal." Raka membungkukkan tubuhnya memberi hormat, begitu juga dengan diriku.

"Kau mengajak ibumu?" Ucapnya sambil menatapku.

"Aku yang memaksa ingin ikut. Aku benar-benar ingin melihat kegagahan jenderal Ardiansyah secara langsung." Jelasku beralasan, hingga membuatnya tersenyum penuh kebanggaan.

"Baiklah. Kalau begitu, apa kau tau untuk apa aku memanggilmu kesini?" Tanyanya lagi, dan Raka hanya terdiam sesaat lalu menggelengkan kepalanya.

"Aku tak tahu apa yang telah membuat anda memanggilku kemari." Sahut anakku. Ia memang terlihat kebingungan dan tak mengerti.

"Itu karena... Aku akan memberimu kesempatan menjadi seorang prajurit dan mengikuti pelatihan resmi yang akan ku lakukan bersama calon prajurit yang lain." Perkataannya lantas membuatku terbelalak tak percaya, apalagi Raka. Dan sebenarnya, apa yang telah membuat Raka mendadak di terima jadi prajurit??

"Aku sangat tersanjung atas hal ini, tapi aku masih penasaran.. apa yang membuatku tiba-tiba saja di loloskan begitu? Bukankah aku yang pertama kali gugur dalam pemilihan calon prajurit baru tahun ini?" Tanya Raka.

Jenderal Ardiansyah langsung menghela napas panjang. "Kau belum ku loloskan. Kau harus melawanku terlebih dahulu agar aku bisa melihat sejauh mana kemampuan mu. Kalau kau tak begitu kuat untuk melawanku, maka aku bisa saja mengurungkan niatku itu."

"Ini bukan perihal janji, tapi nyawa. Karena jika sudah menjadi prajurit, maka kau akan mempertaruhkan banyak hal, termasuk nyawamu, rekanmu dan juga keluarga mu." Lanjutnya, membuat Raka mengernyitkan dahi.

"Janji?? Janji apa yang jenderal maksud?" Tanya anakku.

"Lihat ini." Sang jenderal mengulurkan kakinya yang sempat tersembunyi di balik meja, lalu mengangkat celana yang menutupi bagian betisnya.

Yang ku lihat adalah ikatan kain kuat yang rapi, dan sedikit bercak darah yang membasahi kain tersebut.

"Aku di sembuhkan oleh seorang gadis yang membantu pengantar makanan di camp ini. Dia mengobatiku tanpa pamrih, dan menolak untuk mendapatkan bayaran keping emas."

"Dia malah memohon dan memintaku untuk memasukkan seorang pria bernama Raka, tanpa memikirkan keinginannya sendiri." Terang jenderal Ardiansyah, hingga membuat Raka terbelalak.

Tubuhnya langsung kaku dan gemetar, seketika itu juga aku melihatnya mengepalkan tangan dengan begitu erat. Wajah datarnya mulai berekspresi, dan aku bisa melihat raut bersalah dari wajah anakku ketika menyadari hal ini.

*Bu Sari POV End

.......

.......

.......

.......

"Benarkah aku boleh tinggal di sini? Apa kau tak merasa terganggu?! Aku bertanya penuh semangat pada Nur. Aku sudah tak tahu lagi ingin lari kemana, tapi.. aku benar-benar tak mau lagi tinggal bersama Raka meski aku begitu menyukai Bu Sari yang baik hati.

"Ya, tentu saja, Yu. Lagi pula, kami menjadi kesepian semenjak Arjuna mulai melatih prajurit baru." Terang ibu Dedeh sambil menyodorkan makanan untukku.

"Apa Raka bersikap buruk padamu, makanya kau pergi dari sana?" Tanya Nur, dan dia memang benar.

"Kau sudah tahu kan bagaimana sikapnya? Dia benar-benar memuakkan!! Baru kali ini aku bertemu dengan lelaki kasar sepertinya!" Keluhku, dan Nur hanya menatap lirih ke arahku.

"Aku memahami perasaanmu. Bahkan aku sudah lebih dulu mendapatkan perlakuan begitu."

"Makanya kau membiarkan dia dekat dengan wanita lain meskipun kau menyukainya? Karena kau tahu, tak akan ada wanita yang tahan dengan sikapnya, atau bahkan.. manusia dan sejenis alien pun tak akan mau hidup bersamanya!" Cercahku pada Raka.

"Apa itu alien?"

"Oh! Itu adalah makhluk hijau, anggap saja rumput."

Nur hanya mengernyit, seolah masih penasaran dengan makhluk yang ku maksud. "Apa itu hantu?"

Aku lantas terbahak mendengarnya, aku berkelakar dan bercanda cukup lama dengan Nur dan ibunya. Mereka begitu baik. Hari ini aku benar-benar tak pulang ke rumah Raka. Dan sepertinya aku memang tak akan pulang lagi kesana. Bukankah dia membenciku? Ku rasa ia senang kalau aku tak kembali lagi ke situ.

Beberapa hari aku berada di rumah Nur, aku tidur di tempat tidur milik Arjuna. Setiap kali Bu Sari datang dan memintaku untuk pulang, aku menolaknya dengan halus. Aku takut kalau Raka akan bersikap kasar dan kembali mengusirku.

Di hari ke empat di rumah Nur, kakiku sudah mulai sembuh. Dan aku tak menyangka Bu Sari masih saja mendatangiku hanya untuk melihat keadaanku.

"Silakan minum." Ucap Nur, sambil meletakkan cangkir minuman di hadapan Bu Sari.

"Terimakasih, Nur." Singkatnya sambil tersenyum.

"Maaf, Bu.. seperti kemarin.. aku tak bisa pulang bersama ibu." Ucapku, bahkan ketika Bu Sari belum sempat mengatakan apapun.

Ia hanya tersenyum getir. "Ibu menghargai keputusan mu itu. Tapi bukan itu alasan ibu datang ke sini." Ucapnya, membuatku mengerjapkan mata beberapa kali.

"Lalu.. apa?" Tanyaku, bingung.

"Beberapa hari lagi adalah pelantikan prajurit resmi di balai kota. Ibu ingin mengajakmu pergi ke sana." Terangnya hingga membuatku mengernyit. "Terimakasih, berkat kamu.. Raka bisa di terima menjadi anggota prajurit resmi kerajaan." Aku langsung terbelalak mendengarnya. Ku kerjapkan mataku dengan sangat.

"Be.. benarkah??"

"Ya.. jadi, Raka sudah dua hari di latih oleh jenderal. Ia berhasil membuat jenderal kewalahan meski tak memenangkan pertandingan. Jadi dia secara resmi telah menjadi anggota prajurit yang baru, dan-"

Perkataan Bu Sari lantas terhenti ketika aku memeluknya dengan erat. Aku begitu terharu, benarkah Raka lolos menjadi prajurit? Kenapa aku malah sesenang ini?? Bukankah dia begitu menyebalkan dan bersikap kasar padaku?

Tapi.. aku benar-benar senang mendengar hal ini. "Syukurlah.. syukurlah kalau dia lolos.."

Pada akhirnya, aku kembali pulang ke rumah Bu Sari, karena tahu ia tinggal sendiri semenjak Raka meninggalkan rumah dan menjadi salah seorang prajurit.

Sampai di rumah, aku melihat semua tanamanku terawat dengan baik. Tapi aku tak melihat mawarku di sana. Apakah sudah mati dan di buang?? Waktu aku meninggalkan rumah, Raka mencabutnya dari dalam tanah dan membuangnya begitu saja kan??

"Ayu? Ada apa? Kenapa menunggu di luar?" Tanya Bu Sari, membuatku segera masuk sebelum dia menunggu.

Ketika aku masuk ke dalam rumah, aku lantas terkesiap kaget ketika melihat sesosok makhluk yang pernah ku temui sebelumnya, dan lagi.. dia membawa seorang lelaki tampan di sampingnya.

"Hai!! Ayu kambing, kita bertemu lagi!!" Ia memekik riang, membuatku ternganga tak percaya.

"Elu!! Kun kan?!"

.......

.......

.......

.......

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

maytrike risky

maytrike risky

Alien= rumput 👽

2024-01-17

0

elsa

elsa

lebih ke iseng siihh itu si Raka, bukan krna tega yu

2023-12-24

0

Ade Arkamubarok

Ade Arkamubarok

di jaman dahulu nama ardiansyah kyanya terlalu keren deh.. nama jman dahulu kan masih terinspirasi dari hewan pohon.. ambil dari bhasa sansekerta juga kyanya

2023-09-06

0

lihat semua
Episodes
1 Terdampar
2 Luka
3 Perjanjian
4 Pencarian
5 Terimakasih
6 Pelatihan Final
7 Hasilnya adalah...
8 Penyebabnya
9 Pasien Kedua
10 Bayaran
11 Pertemuan dan Pesan
12 Pertengkaran
13 Our Mission
14 Smile for Me
15 Love??
16 Titah
17 Konsekuensi
18 Kesalahan Analisis
19 Sayembara 17
20 Memendam atau Menyampaikan?
21 Ada apa?
22 Mencarimu..
23 Menyetujui
24 Penipuan??
25 Jatuh ke Tangan yang Salah
26 Licik??
27 Pembuat Onar
28 Berkhianat??
29 Ada apa dengan Belati?
30 Dalam Bahaya !
31 Persiapan
32 Urgent
33 Ketulusan
34 Di balik Layar
35 Di Ambang Batas
36 Sembuhkan Aku
37 Berhentilah Menangis
38 Kemarahan
39 Kehilangan Segalanya
40 Rahasia Dibong?
41 Kita Keluarga
42 Senjata apa?
43 Senjatanya adalah...
44 Perbudakan
45 Benarkah Cemburu??
46 Apa Tujuannya??
47 Rahasia paman Tira
48 Kenyataan Tulus
49 Pahlawan Kami
50 Tabib dalam Bahaya
51 Kisah sebelum Tidur
52 Anestesi Alami
53 Semangat dari Raka
54 Sesuatu dari Kun
55 Kesediaan
56 Pertemuan dengan Ratu Renila
57 Cinta Pertama
58 Hukuman Kegagalan
59 Pengabaian
60 Sepasang Kekasih
61 Ini Hukumannya???
62 Ternyata Perduli
63 Jadi Bangsawan
64 Serangan Lelaki Misterius
65 Raja Abadi
66 Sosok sang Pemuda
67 Belati Agam?
68 Kerja Sama di Mulai
69 Tujuan Terselubung
70 Misi para Pangeran
71 Pembahasan Rahasia
72 Tantangan Ayu
73 Perasaan Raka
74 Siapa Anda?
75 Prosesi Sayembara Tujuh Belas
76 Alasan Terdampar
77 Spekulasi Dara
78 Benang Merah
79 Rahasia Raja Anggara
80 Pahlawan atau Penjahat?
81 Serangan?!
82 Tempat Rahasia
83 Perhitungan dan Pengangkatan
84 Dua Kubu?
85 Ritual dan Pembelaan dari Rakyat
86 Pemicu
87 Malapetaka
88 Anak dalam Ramalan
89 Takdirmu?
90 Penyiksaan
91 Hati yang Terpaut
92 Serangan di Mulai
93 Menunggu Kebangkitan
94 Serangan Rahasia?
95 Titah yang Mulia Tira
96 Pertolongan datang!!
97 Adu Domba
98 Peperangan di Mulai
99 Semangat yang Membara
100 Kemenangan??
101 Tertangkap!
102 Perasaan seorang Ayah
103 Tiba di Kerajaan
104 Telah Terpilih
105 Perasaan
106 Isi Hati Raka
107 Cinta seorang Ayah
108 Di Intai?
109 Manipulasi
110 Pancingan
111 Kembali Hidup
112 Terbongkarnya Kasus Pembantaian
113 Lelakimu
114 Apa Maksud Agam?
115 Pertemua Awal
116 Terbongkar
117 Terdesak
118 Pengorbanan
119 Kebohongan yang Indah
120 Gambaran Aneh
121 Di Dadaku?
122 Kecemburuan?
123 Citra raja Anggara
124 Raja Anggara tak Seburuk itu
125 Lebih dari Materi
126 Mencoba Melawan
127 Apa Tujuan Kun?
128 Cinta Tulus
129 Mimpi
130 Citra kedua
131 Sesuatu Terjadi
132 Siasat?
133 Kebenaran yang Menyakitkan
134 Don't Hurt
135 Ucapan Terimakasih
136 Karma dan Masa Lalu
137 Penghibur Kesedihan
138 Tali Simbolis
139 Arti Tali Pengikat
140 Rencana Rahasia
141 Sudah di Mulai?
142 Ritual di Mulai
143 Dalam Bahaya!
144 Masa Depan, Berawal dari Masa Lalu
145 Lost Contact
146 Keanehan
147 Dia adalah Ludira
148 Kesadaran yang tak Sadar
149 Masih Terpasang
150 Kebohongan yang Berlarut
151 Alasan
152 Masa Lalu yang Pahit
153 VS
154 Di Larang Mendekat !
155 Sama namun Berselisih
156 Interogasi
157 Sesuai Rencana
158 Masuk Jebakan
159 Mendesak
160 Misi di Terima
161 Ketahuan?
162 Siasat Kartu Mati
163 Masuk Penjara
164 Terjebak?
165 Pembuktian Selesai
166 Berawal dari Sini
167 Melenyapkan Ludira
168 Darah Pembangkitan
169 Usaha yang Percuma
170 Terpancing
171 Pertemuan Lagi
172 Perasaan Ayah dan Anak
173 Sifat Asli Manusia
174 Kebersamaan dengan Ayah
175 Mencari Kebenaran
176 Terselamatkan
177 Mempertahankan Cinta
178 Akan di Mulai
179 Yang di Cinta dan yang Kehilangan Cinta
180 Usaha Keras
181 Gawat Darurat
182 Kekacauan di Mulai
183 Menunggu Hukuman di Jatuhkan
184 Kesadaran yang tak di Harapkan
185 Genting
186 Kegagalan Raka
187 Raka
188 Kematian Agam
189 Tak Sungguh Pergi
190 Bertemu tuan Tira
191 Bersamanya Ayah dan Anak
192 Penyerangan di Mulai
193 Pemicu
194 Serangan Balasan di Mulai
195 Pertarungan Atas Nama Agam
196 Pelindung Datang
197 Mati dan Kembali
198 Paradoks : Awal = Ending
Episodes

Updated 198 Episodes

1
Terdampar
2
Luka
3
Perjanjian
4
Pencarian
5
Terimakasih
6
Pelatihan Final
7
Hasilnya adalah...
8
Penyebabnya
9
Pasien Kedua
10
Bayaran
11
Pertemuan dan Pesan
12
Pertengkaran
13
Our Mission
14
Smile for Me
15
Love??
16
Titah
17
Konsekuensi
18
Kesalahan Analisis
19
Sayembara 17
20
Memendam atau Menyampaikan?
21
Ada apa?
22
Mencarimu..
23
Menyetujui
24
Penipuan??
25
Jatuh ke Tangan yang Salah
26
Licik??
27
Pembuat Onar
28
Berkhianat??
29
Ada apa dengan Belati?
30
Dalam Bahaya !
31
Persiapan
32
Urgent
33
Ketulusan
34
Di balik Layar
35
Di Ambang Batas
36
Sembuhkan Aku
37
Berhentilah Menangis
38
Kemarahan
39
Kehilangan Segalanya
40
Rahasia Dibong?
41
Kita Keluarga
42
Senjata apa?
43
Senjatanya adalah...
44
Perbudakan
45
Benarkah Cemburu??
46
Apa Tujuannya??
47
Rahasia paman Tira
48
Kenyataan Tulus
49
Pahlawan Kami
50
Tabib dalam Bahaya
51
Kisah sebelum Tidur
52
Anestesi Alami
53
Semangat dari Raka
54
Sesuatu dari Kun
55
Kesediaan
56
Pertemuan dengan Ratu Renila
57
Cinta Pertama
58
Hukuman Kegagalan
59
Pengabaian
60
Sepasang Kekasih
61
Ini Hukumannya???
62
Ternyata Perduli
63
Jadi Bangsawan
64
Serangan Lelaki Misterius
65
Raja Abadi
66
Sosok sang Pemuda
67
Belati Agam?
68
Kerja Sama di Mulai
69
Tujuan Terselubung
70
Misi para Pangeran
71
Pembahasan Rahasia
72
Tantangan Ayu
73
Perasaan Raka
74
Siapa Anda?
75
Prosesi Sayembara Tujuh Belas
76
Alasan Terdampar
77
Spekulasi Dara
78
Benang Merah
79
Rahasia Raja Anggara
80
Pahlawan atau Penjahat?
81
Serangan?!
82
Tempat Rahasia
83
Perhitungan dan Pengangkatan
84
Dua Kubu?
85
Ritual dan Pembelaan dari Rakyat
86
Pemicu
87
Malapetaka
88
Anak dalam Ramalan
89
Takdirmu?
90
Penyiksaan
91
Hati yang Terpaut
92
Serangan di Mulai
93
Menunggu Kebangkitan
94
Serangan Rahasia?
95
Titah yang Mulia Tira
96
Pertolongan datang!!
97
Adu Domba
98
Peperangan di Mulai
99
Semangat yang Membara
100
Kemenangan??
101
Tertangkap!
102
Perasaan seorang Ayah
103
Tiba di Kerajaan
104
Telah Terpilih
105
Perasaan
106
Isi Hati Raka
107
Cinta seorang Ayah
108
Di Intai?
109
Manipulasi
110
Pancingan
111
Kembali Hidup
112
Terbongkarnya Kasus Pembantaian
113
Lelakimu
114
Apa Maksud Agam?
115
Pertemua Awal
116
Terbongkar
117
Terdesak
118
Pengorbanan
119
Kebohongan yang Indah
120
Gambaran Aneh
121
Di Dadaku?
122
Kecemburuan?
123
Citra raja Anggara
124
Raja Anggara tak Seburuk itu
125
Lebih dari Materi
126
Mencoba Melawan
127
Apa Tujuan Kun?
128
Cinta Tulus
129
Mimpi
130
Citra kedua
131
Sesuatu Terjadi
132
Siasat?
133
Kebenaran yang Menyakitkan
134
Don't Hurt
135
Ucapan Terimakasih
136
Karma dan Masa Lalu
137
Penghibur Kesedihan
138
Tali Simbolis
139
Arti Tali Pengikat
140
Rencana Rahasia
141
Sudah di Mulai?
142
Ritual di Mulai
143
Dalam Bahaya!
144
Masa Depan, Berawal dari Masa Lalu
145
Lost Contact
146
Keanehan
147
Dia adalah Ludira
148
Kesadaran yang tak Sadar
149
Masih Terpasang
150
Kebohongan yang Berlarut
151
Alasan
152
Masa Lalu yang Pahit
153
VS
154
Di Larang Mendekat !
155
Sama namun Berselisih
156
Interogasi
157
Sesuai Rencana
158
Masuk Jebakan
159
Mendesak
160
Misi di Terima
161
Ketahuan?
162
Siasat Kartu Mati
163
Masuk Penjara
164
Terjebak?
165
Pembuktian Selesai
166
Berawal dari Sini
167
Melenyapkan Ludira
168
Darah Pembangkitan
169
Usaha yang Percuma
170
Terpancing
171
Pertemuan Lagi
172
Perasaan Ayah dan Anak
173
Sifat Asli Manusia
174
Kebersamaan dengan Ayah
175
Mencari Kebenaran
176
Terselamatkan
177
Mempertahankan Cinta
178
Akan di Mulai
179
Yang di Cinta dan yang Kehilangan Cinta
180
Usaha Keras
181
Gawat Darurat
182
Kekacauan di Mulai
183
Menunggu Hukuman di Jatuhkan
184
Kesadaran yang tak di Harapkan
185
Genting
186
Kegagalan Raka
187
Raka
188
Kematian Agam
189
Tak Sungguh Pergi
190
Bertemu tuan Tira
191
Bersamanya Ayah dan Anak
192
Penyerangan di Mulai
193
Pemicu
194
Serangan Balasan di Mulai
195
Pertarungan Atas Nama Agam
196
Pelindung Datang
197
Mati dan Kembali
198
Paradoks : Awal = Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!