The Forgotten Creator
Terlihat seperti perkelahian oleh dua orang. Saat itu aku sedang melawan seseorang yang sama sekali tidak kukenal. “Apasih maumu? Baru bertemu langsung ngajak baku hantam.”
“Kami membutuhkan bantuanmu untuk memperbaiki keadaan di masa mendatang!” teriak lawanku yang entah siapa. “Ayo cepat pergi bersamaku sebelum waktuku habis.” Lanjutnya.
“Tidak mau! Apa-apan kau ini. Baru saja bertemu malah langsung ngajak pergi tanpa sebab.” Tegasku.
“Ya sudah kalau begitu, aku hanya bisa pulang dengan keadaan yang tidak membahagiakan,” ucapnya, “Maafkan aku karena tidak bisa membayar kebaikanmu, Den.” Wanita itupun memghilang dengan meninggalkan permata melalui matanya
... ~Π~...
Keesokan harinya...
“Celaka. Aku malah bangun kesiangan. Padahal sudah kusetel alarm pada jam lima, tapi masih saja aku tergoda oleh rayuan rasa kantukku.” Ujarku sambil kesal. Aku berlari menuju sekolah baruku dengan tergesa-gesa karena terlambat bangun.
Hari itu adalah hari pertamaku untuk masuk sekolah. Aku didaftarkan ke sekolah ini karena suatu alasan. Yaitu tanteku yang merupakan pemilik sekolah sekaligus Kepala Sekolah dari sekolah ini menawarkanku tawaran untuk masuk ke sekolahnya dengan gratis. Mengapa aku bisa ditawari seperti itu? Karena pada saat 5 tahun yg lalu, orang tuaku dikabarkan meninggal dunia. Mereka mengalami insiden yang mengenaskan saat pergi untuk bekerja.
Oleh sebab itu, perekonomianku jadi menurun. Untungnya tanteku bersedia untuk menampung sekaligus membantuku untuk bertahan hidup. Ia telah sangat berjasa dalam 5 tahun terakhir ini. Kemudian pada saat ini dia menawarkanku untuk melanjutkan sekolahku di sekolah miliknya.
“Huft... Huft... Huft.... Maaf, Tante saya terlambat bangun tadi pagi, dan saya menyesal atas keterlambatan di hari pertama ini.” Ucapku sambil napas yang terengah-engah.
Dengan sabar tanteku memaafkanku “Baiklah, akan Tante maafkan. Lagian memang sudah biasa kok orang yang terlambat pada hari pertamanya, di sekolah ini. Sudah sewajarnya kamu juga terlambat.” Ucapnya. “Kalau begitu silakan masuk ke kelasmu. Pakailah denah ini untuk membantumu mencari kelasmu.”
“Kelas 1-B ya. Terlihat cukup jauh letaknya dari kantor tante. Tapi untung aja kelasnya sangat dekat dengan kantin.” Lorong-lorong kelas kulewati sampai akhirnya aku tiba di kelasku. Kubuka pintunya sembari membacakan mantra pembawa kebaikan (*hanya mitos). Aku memasuki ruangan dan langsung duduk di tempat di paling ujung dan paling belakang. Tempat yang merupakan tempat kebanggaanku selama aku bersekolah di SMP
Kulihat sekelilingku dan ... ya semua orang yang kulihat tidak ada yang kukenal. Aku sangat bersyukur karena tidak ada teman sekolah semasa SMP yang satu sekolah denganku.
Tak sengaja kumelihat sosok wanita yang wajahnya sama dengan seseorang yang kemarin malam. Aku berusaha untuk menutupi wajahku agar tak diketahui olehnya. Hasilnya sia-sia. Dia bahkan tidak menoleh kepadaku sama sekali. Apa mungkin dia pelupa? Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Lagian bukan hal penting.
Jam 8. Bel berdering menandakan bahwa pelajaran akan segera dimulai. Seorang pria dengan tinggi sekitar 170cm masuk ke dalam kelasku lalu mengatakan, “Salam sejahtera, anak-anak. Saya selaku guru kalian ditugaskan untuk membimbing kelas ini selama satu tahun. Yang artinya bapak adalah wali kelas kalian. Mohon bantuannya untuk satu tahun kedepan.” Ucap dari seorang guru yang mengaku sebagai wali kelasku.
“Bapak ingin bertanya satu hal terlebih dahulu. Kalian ingin langsung belajar atau perkenalan terlebih dahulu?”
Salah seorang murid menjawab, “Bapak tau lah kalau tiap awal bersekolah, para murid inginnya apa.”
“Baik, Bapak mengerti maksudmu. Kalau begitu kita perkenalan dulu saja.” Tegas pak guru
“Nama bapa adalah Aryo Hardiono. Kalian bisa memanggil bapa ‘Bapa Aryo’. Bapa lahir pada tanggal 2 September 1976 di Magelang. Sekarang bapa tinggal di Cisarua bersama istri bapa. Selanjutnya, bapa dikaruniai 2 anak, yang pertama laki-laki lalu yang kedua perempuan. Hobi bapa yaitu melukis karena sudah menjadi bagian dari pekerjaan bapa. Oh iya bapa lupa, bapa disini mengajar sebagai Guru Kesenian. Jadi jangan kecewakan bapa dengan membuat karya yang kurang enak dipandang mata. Mungkin cukup sekian perkenalan dari bapa. Sekarang giliran kalian yang memperkenalkan diri.” perkenalan yang cukup panjang menurutku.
Murid-murid mulai memperkenalkan dirinya. “Perkenalkan nama saya Siska ... bla bla bla.”
Aku punya kebiasaan buruk dengan selalu tidak memperhatikan sekitar. Ya, mungkin hal itu tidak merugikan siapapun tapi diabaikan oleh orang lain saat kita berbicara kepadanya adalah hal yang sangat menyakitkan. Meski begitu, aku lebih suka untuk menghindari kegiatan berkomunikasi dengan orang lain karena aku suka menyendiri.
“Sekarang giliranmu, anak muda. Yang duduk di paling ujung kiri.” seru Pak Aryo.
“Oh iya. Baik, Pak.” sahutku.
“Perkenalkan, namaku Den. Aku tinggal di komplek A di sekitar sini. Aku lahir di kota Bandung pada tanggal 10 Juli 2004. Hobiku adalah merakit sesuatu yang mungkin sedikit tidak penting, terkadang aku suka melamun untuk membayangkan projek apa yang akan kubuat selanjutnya.” Perkenalan yang kurasa membosankan tapi tak mengapalah.
“Hooo, jadi kamu murid yang paling muda ya di kelas ini.” ucap Pak Aryo.
“Oh gitu ya, Pak?” tanggapku dengan datar.
”Betul, karena rata-rata siswa di kelas ini umurnya 1 atau 2 bulan lebih tua darimu.” Kata Pak Aryo, “Dikarenakan semua murid sudah memperkenalkan dirinya masing-masing, bagaimana kalau kita mengisi waktu yang tersisa, kita lanjut saja dengan memulai pelajaran.”
...~Π~...
5 jam kemudian ...
“Buset. Baru aja hari pertama udah ngerasain nerakanya kehidupan sekolah. SMA memang.” Ucapku sambil menguap karena ngantuk.
Terlihat di depan ada tanteku sedang berdiri menunggu seseorang. “Oh, Den. Bagaimana sekolahmu, apakah menyenangkan?” tanyanya.
“Biasa saja. Tidak ada hal yang menarik,” jawabku “Tetapi, bolehkah aku bertanya?”
“Selagi aku bisa menjawabnya.”
“Tante, apakah ada hal yang spesial di sekolah ini sampai banyak sekali orang yang bersekolah disini?”
“Oh, tentu saja. Karena sekolah ini memiliki nilai prestasi yang tinggi. Baik dalam bidang akademis maupun non-akademis.” Jawab tante dengan songong.
“Buset keren banget. Terus apakah semua murid yang ada di sini, mereka pintar semua?” Tanyaku kedua kali.
“Sebagian ada yang rata-rata, dan sebagian kecilnya di bawah rata-rata. Mereka masuk ke sekolah sini hanya untuk memenuhi syarat agar mereka bisa bekerja kelak di kemdian hari.” Jawabnya.
“Gimana masuknya coba?”
“Banyak caranya. Ada yang kuperbolehkan masuk karena kasihan melihat keadaan ekonominya. Ada yang dengan hanya memenuhi syarat masuk. Ada yang menerima beasiswa dari pemerintah. Banyak yang lainnya.” Jawabnya. “Apa ada yang ingin kau tanyakan lagi?”
“Cukup saja. Aku sudah mengerti.” Jawabku.
“Kalau begitu, cepatlah pulang dan beristirahatlah.” Kata tanteku.
“Ya, baiklah.” Ucapku.
... ~Π~...
Sesampainya di rumah ...
Kubukakan pintu rumah, lalu kusimpan tasku. Setelah itu ganti baju kemudian berbaring di kasur. “Sekolah memanglah sulit. Apalagi materinya yang sulit untuk bersarang di otakku,” keluhku, “Ngomong-ngomong, tadi pelajaran apa ya?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
ㅤㅤㅤㅤ😻Kᵝ⃟ᴸ⸙ᵍᵏ نَيْ ㊍㊍🍒⃞⃟🦅😻
p
2023-07-03
0
Fakih Wajdi
woi doxxing
2023-05-21
1
Ya Fi
bujubuset
2023-02-16
2