Mana dan Natergy

Keesokan harinya...

Seperti yang telah direncanakan kemarin, kami bersepuluh diam terlebih dahulu di kelas untuk menerima kelas tambahan khusus yaitu pelatihan. Aku tak tahu pelatihan apa yang ia maksud. Apakah belajar seperti biasa atau yang lain.

Satu menit setelah murid lainnya keluar meninggalkan kelas, Pak Aryo datang dengan membawa sebuah buku—buku polio berwarna merah. Ia berdiri di hadapan kami lalu menulis kata ‘Mana’ di papan tulis.

“Mana adalah sebuah energi yang dipergunakan untuk mengeluarkan sihir. Adapun hal lainnya yang berhubungan dengan mana, yaitu Natergy—singkatan dari kata Natural Energy. Seperti namanya, energi ini hanya dihasilkan dari kekuatan nature atau alam.” Jelas Pak Aryo.

Salah seorang murid bertanya karena kebingungan, “Tunggu, Pak. Mengapa kita langsung membahas Mana dan Natergy? Lalu, apa hubungannya kedua hal itu dengan kami?”

“Oh, maaf. Bapak lupa menjelaskan pendahuluannya. Jadi pada dasarnya manusia itu memiliki kekuatan mistis yang tidak diketahui oleh banyak orang. Mereka mengendalikan kekuatan mistis itu dengan menggunakan Mana atau Natergy. Seperti yang Bapak katakan barusan, hanya sebagian orang yang mengetahui akan kekuatan mistis. Salah satunya adalah Bapak dan kepala sekolah. Selama satu tahun ke depan atau bahkan lebih, kalian akan belajar dari Bapak cara menggunakan kekuatan itu.”

Semuanya diam dan mengangguk, mengartikan mereka semua paham akan penjelasan Pak Aryo. Aku berpikir bahwa aku tidak perlu mengikuti kelas tambahan ini karena sedari SMP, aku sudah meneliti sendiri tentang apa yang dijelaskan oleh Pak Aryo. Tak ada hentinya selepas pulang sekolah aku bermain-main dengan kekuatanku sambil menelitinya. Hasil penelitiannya kutulis dalam buku sakuku dan hingga saat ini masih ada dalam genggamanku.

Pak Aryo kembali melanjutkan penjelasannya. “Pertama-tama, Bapak ingin menguji kualitas Mana dan Natergy kalian untuk melihat seberapa tangguhnya diri kalian. Angkat tangan kalian dan letakkan di atas meja. Kemudian ucapkan kata ‘Magic Check’.”

Semuanya mengikuti arahan dari Pak Aryo termasuk aku. Aku sudah menduga akan keluar bola cahaya berbentuk bulat berwarna biru. Semua orang terlihat sama—berukuran segenggam tangan mereka. Tetapi berbeda denganku. Bola cahaya yang ada di tanganku berukuran setengahnya dari mereka.

Serontak Zack yang sedari tadi duduk di sebelahku merasa heran melihat ukuran bola cahaya kami yang berbeda. “Eh, Den. Kok punyamu lebih kecil dari yang lain ya? Padahal punyaku sama kaya yang lain.” Tanya Zack.

“Entahlah. Mungkin nanti dijelasin sama Pak Aryo.”

Pak Aryo melihat sekitar untuk menilai bola cahaya kami. Saat melihat punyaku, ia segera menghampiriku. “Hmm... Tak biasa ada orang yang memiliki kapasitas mana yang lebih kecil dari biasanya. Den, apa saja kegiatanmu di rumah?”

“Hanya belajar dan bermain. Tak lebih dari itu.”

Pak Aryo sedikit keheranan melihat cahayaku yang kecil. Selepas itu ia kembali ke posisi awal berdirinya. “Baiklah, cukup. Kalin bisa menghilangkan cahayanya dengan mengatakan ‘Fade Out’. Kemudian selanjutnya  ucapkanlah ‘Life Check’.”

Seperti tadi, kami mengikuit arahan dari Pak Aryo. Tetapi kali ini bukanlah bola cahaya biru yang muncul, melainkan cahaya memanjang seperti benang mengelilingi tangan. Hal tak bias terjadi lagi padaku. Terdapat cahaya yang panjang sekali sampai-sampai bisa membentuk sebuah zirah di sekeliling tubuhku. Dari kepala sampai kaki.

Lagi-lagi Zack dan Pack Aryo kaget melihat keanehan yang kualami. Zack yang kaget karena tiba-tiba melihat pendekar emas di sampingnya, dan Pak Aryo yang kaget karena dia belum pernah melihat seseorang memiliki kapasitas Natergy yang begitu banyak.

Seseorang berteriak dari bangku ujung yang berlawanan denganku, “Oi! Cepat matikan cahayanya. Terlalu silau disini.”

Dengan segera aku mematikan cahayaku dengan berkata ‘Fade Out’. Tak ada tanggapan dari Pak Aryo. Ia hanya menghela napasnya  sambil tersenyum.

“Cukup sudah. Bapak sudah melihat bagaimana kekuatan kalian. Karena belum pernah berhubungan dengan kekuatan mistis, maka memang sewajarnya jika ukuran kapasitas dari Mana dan Natergy kalian sama. Tetapi, Bapak kagum akan kekuatan dari Den yang melebihi orang-orang pada umumnya.” Kata Pak Aryo.

...~Π~...

Setelah sekian lama Pak Aryo menjelaskan tentang Mana dan Natergy, akhirnya kami pun diajarkan cara mengendalikan kekuatan sihir.

Pak Aryo mengambil buku yang dibawanya yang sedari tadi disimpan di atas meja. Ia terlihat sedang menggambar sesuatu karena tangannya terlihat bergerak ke sana ke sini. Dengan cepat ia menyelesaikannya lalu tangannya menggerakan kertas yang ia gambar lalu dengan cepat menyeretnya ke luar buku. Seketika kami yang asalnya ada di ruangan kelas, tiba-tiba berada di hamparan tanah yang luas. Kursi yang kami duduki berubah menjadi tunggul pohon

“Sekarang saatnya kita melatih cara mengendalikan kekuatan sihir. Kalian ambillah kertas yang Bapak berikan. Masing-masing dapat satu lembar.” Pak Aryo membagikan selebaran kertas berukuran 10 cm x 5 cm dengan bergambarkan burung hantu yang sedang terbang di atasnya.

Aku tak tahu apa makna dari gambar burung hantu ini karena baru pertama kali aku melihatnya. Bahkan aku baru tahu kalau ada semacam kertas sihir.

“Coba kalian selipkan kertas ini ke sela-sela jari kalian. Bebas mau bagian yang mana. Lalu ucapkan ‘Ro Dah’ sambil fokus untuk mengalirkan mana kalian ke dalamnya. Bayangkan ada energi yang mengalir ke tangan kalian lalu mengaktifkan kertas mantranya.”

Pak Aryo memperagakan apa yang dikatakannya sebagai contoh bagi kami. Saat ia mengatakan ‘Ro Dah’, tiba-tiba kertas tersebut berubah menjadi burung hantu lalu singgah di pundaknya.

Kemudian semuanya melakukan hal yang sama seperti Pak Aryo.  Gelombang udara berwarna biru mengalir di sekujur tangan mereka. Mengalir dari dalam diri mereka menuju tangan lalu menuju kertas mantra. Diketahui kertas milik Argon menghilang, tak tahu apa penyebabnya.

Lalu Pak Aryo menjelaskan, “Oh iya, Bapak lupa. Setiap peristiwa yang dialami oleh kertas kalian, maka itu akan menentukan sihir apa yang kalian miliki. Contohnya Argon yang tiba-tiba kartunya menghilang, yang artinya dia bisa menghilang.”

Semuanya mengalami reaksi terhadap kertas itu termasuk Zack yang kertasnya mengeras seperti batu. Ada yang membeku, melayang, bahkan sampai terhempaskan ke udara. Tetapi ada pengecualian bagiku. Kertas yang ada di jariku tidak bereaksi. Ini karena kertas ini bukan buatanku. Kekuatanku ialah menciptakan benda sesuai dengan komposisi bahan yang digunakan, lalu aku bisa merubahnya sesuka apapun yang kumau asalkan benda itu ciptaanku dan bukan orang lain.

Lagi-lagi Pak Aryo heran dengan keanehanku. Ia bertanya padaku, “Hei, Den. Mengapa kertasmu tidak bereaksi apapun?”

Kujawab pertanyaan Pak Aryo sambil mengeluarkan benda di tangan kiriku. “Kertas ini bukan buatanku. Aku hanya bisa mereaksikan kekuatanku kepada benda yang hanya buatanku sendiri. Jadi kertas ini tidak akan bereaksi apapun terhadap kekuatanku.”

“Bapak jadi makin bingung sama kau. Bagaimana bisa kau paham akan sihir. Sedangkan kita baru memulai pelatihan hari ini.”

“Cukup simpel. Selagi masa SMP, aku  ? menghabiskan waktu bermainku untuk meneliti tentang kekuatan yang kumiliki. Aku sudah mengetahui bahwa aku bisa menciptakan benda sejak kelas 6 SD. Maka dari itu setelah setahun berlalu aku langsung tertarik dengan kekuatanku ini.”

Pak Aryo kemudian menjentikkan jaringan dibarengi dengan menghilangnya pemandangan tanah tak berpenghuni. Kami kembali ke kelas lagi. “Bapak rasa pelatihan hari ini cukup sekian karena sudah melebihi dua jam. Silakan kalian bisa meninggalkan kelas.”

Tanpa basa-basi kami semua langsung keluar kelas

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!