Ini Bukan Mimpi!

Hari ini adalah hari Selasa. Pelajaran olahraga pada jam kedua. Satu-satunya cara yang kutahu untuk meningkatkan kapasitas natergyku. Kalau tidak salah, kapasitas mana tidak bisa ditingkatkan. Oleh karena itu aku meningkatkan natergyku untuk dikonversikan menjadi mana. Cukup boros rasanya jika mengkonversi sepertiga mana dari jumlah natergy yang digunakan. Jika dimasukkan ke dalam bentuk matematika, hasilnya akan menjadi ⅓m \= n, atau m \= 3n dengan keterangan m adalah mana dan n adalah natergy.

Natergy didapat dari kegiatan sehari-hari yang dapat meningkatkan kualitas tubuh seperti makan, tidur, olahraga, dan lain-lain. Sedangkan mana hanya bisa didapat dari tenaga batin, mungkin. Aku tidak tahu lebih detailnya tetapi setiap bangun tidur manaku selalu terisi penuh.

Bukannya ingin menyombongkan diri dalam olahraga, aku hanya mengingatkan diriku betapa pentingnya melakukan siklus bangun-tidur. Karena terkadang aku lebih suka bermalas-malasan di kamar kalau tidak ada hal menarik bagiku.

...~Π~...

Kayanya hari ini bakalan damai kaya kehidupan normal. Dari pagi sampe siang ini aku ga nemu hal-hal aneh yang ada hubungannya sama si raja dari entah dimana.

Baru saja kukatakan. Saat dalam perjalanan pulang aku menjumpai sebuah portal. Anehnya aku tidak merasakan hawa buruk di sekitarku. Kucoba untuk memasukinya. Aku berpikir untuk menyuruh Zack masuk pertama, tetapi sayangnya dia tidak bersamaku karena sedang remedial.

Sudah kelihatan dari jauh, di dalam terlihat warna biru. Mungkin portalnya mengarah ke dasar laut yang di dalamnya dilindungi oleh kaca.

Saat memasuki portal, aku menyadari ini bukanlah dasar laut. Ladang yang luas nan hijau membuatku terpukau. Tempat yang ramah lingkungan membuatnya menjadi sangat indah. Udara segar yang sebelumnya tidak pernah kurasakan, langit biru yang tidak ternodai, bahkan rumputnya pun tidak terkotori oleh siapapun.

Tunggu sebentar. Jika kawasan ini tidak kotor sedikitpun, lantas aku sedang dimana? Tidak akan mungkin aku sedang di wilayah musuh. Kemudian aku berpikir untuk mengecek situasi. Mencari sesuatu yang aneh. Kulihat di sebelah kiri dan kanan hanya ada hutan. Di depan hanya lapangan hijau yang tak terlihat ujungnya. Aku berbalik untuk mengecek keadaan yang di belakang. Tetapi, sama saja tidak ada apa-apa.

Tetapi aku merasa sedikit resah. Ada hal yang janggal yang sedang terjadi. Aku mencoba mengingat-ingat apa yang sebelumnya terjadi, dan.... Aku menyadari portal yang kulalui tadi menghilang. Aku mencari keberadaan portalnya dengan menelusuri lapangan luas ini. Terus berjalan tanpa henti hingga aku kelelahan. Aku menepi di sebelah pohon yang ada di samping kiri.

Kali ini aku memutuskan untuk mencarinya dengan masuk ke dalam hutan. Aku menelusuri bagian dalamnya. Penuh dengan pohon dan ranting yang berserakan. Tak terlewat aku menginjak banyak dedaunan yang berjatuhan. Saat aku menemukan jalan keluar dari hutan ini, aku malah melihat lagi lapangan yang luas. Kayanya ada yang aneh nih. Pikirku.

Aku mempunyai rencana untuk menaruh benda di sini. Kubuatkan kursi dan ku taruh di tengah. Kemudian aku pergi kembali ke hutan yang berlawanan dengan hutan dimana aku baru saja keluar. Setelah melalui hutan dan berhasil keluar, aku melihat kursi yang baru saja kubuat. Sudah kuduga ada yang aneh dengan tempat ini.

Aku memikirkan rencana sebelumnya. Kali ini aku membuat tihang yang cukul tinggi—kisaran satu meter melebihi tinggi pohon. Saat aku melihat ke arah samping, ke arah lapangan yang luas ini, aku melihat duplikat dari tihang dan kursi yang kubuat. Jaraknya sekitar dua puluh meter. Begitu juga saat aku melihat ke sisi sebaliknya. Aku melihat ke arah hutan terdapat juga tihang yang menjulang di balik rimbunnya pohon. Aku berhipotesis bahwa saat ini aku sedang berada di dunia cermin.

Jika benar ini adalah dunia cermin, maka pasti ada ujungnya yang membuat tempat ini terduplikat. Tetapi jika ini dunia cermin, mengapa aku tidak melihat duplikatku di dekat kursinya. Kucoba untuk membuktikan hipotesisku dengan mencari ujungnya.

Belum juga aku berjalan untuk mencarinya, aku sudah melihat duluan hal yang mencurigakan. Garis putih yang terhubung dari hutan ke hutan satunya. Aku menduga inilah ujung dari cermin ini. Atau mungkin ini cerminnya.

Aku membuat sebuah sekop mencoba untuk memukul garisnya dengan ujung sekop. Tranggg.... Saat kupukul malah terdengar suara benturan besi. Aneh rasanya, kalau ini kaca tidak akan terdengar suara seperti ini. Kuniatkan untuk menggali dan mamukulnya dari sisi bawah.

Saat kucoba untuk menggali tanahnya, dan disaat sekopnya akan menyentuh tanah, “Jika aku adalah kau, aku tidak akan melakukannya!” ada suara seseorang yang berbicara di belakangku.

Aku kaget dan refleks mengubah bentuk sekopku menjadi sebilah pedang. Saat aku menoleh ke belakang, aku melihat wanita cantik dengan rambut panjang mengenakan baju putih bercorak hijau. Tetapi bajunya mengapa tidak menggantung di pundaknya. Hanya menutupi dari bagian dada sampai kaki. Lantas bagaimana caranya bisa tidak jatuh merosot. Apakah ini yang namanya gaun? Aku tidak terlalu mengerti tentang pakaian wanita.

“Kumohon jangan menghunuskan pedang itu padaku. Aku berada disini untuk berdamai denganmu.” Ucapnya dengan nada lembut.

Kuturuti kemauannya, kuserap kembali pedangku. “Kalo gitu, kau ini siapa? Terus apa hubungannya sama berdamai denganku?”

Dia memiringkan kepalanya tiga puluh derajat. Mungkin dia kebingungan. “Maaf aku tidak mengerti ucapanmu. Tetapi jika kau bertanya siapa aku, aku adalah pemilik dimensi cermin ini. Aku membawamu ke sini untuk menjalin hubungan denganmu. Aku melihat potensi di dalam dirimu bahwa kau bisa membantu kami mengalahkan raja kegelapan.”

Tunggu, raja kegelapan katanya?. Lalu apa maksudnya dengan kami. Apakah dia mempunyai sekutu. “Apa hubunganmu dengan raja kegelapan yang kau maksud?”

“Raja kegelapan telah mendeklarasikan perang dengan dunia kami. Kami para roh berusaha untuk mempertahankan tanah air kami dari serangannya. Maka dari itu saya sebagai perwakilan dari roh bumi mengutusmu sebagai sekutu—tidak, sebagai pahlawan untuk dunia kami.”

“Ribet juga yah. Kalo  boleh tau, siapa raja yang dimaksud?”

“Aku tidak pasti karena aku tidak begitu memahami pengucapan namanya. Mungkin diucapkan Gildat.”

Emosiku tertegun setelah mendengar nama yang diucapkannya. Gildarts, dia juga yang menyebabkan kami bersepuluh harus menanggung beban kelangsungan umat manusia. Rupanya dia juga melibatkan dunia lain untuk dihancurkannya.

“Maksudmu Gildarts?”

“Ah, ya, itu. Apakah kamu mengenalnya?”

“Bukan hanya mengenalnya. Aku berpapasan langsung dengannya di kamarku. Yah, bisa dibilang kita mengalami nasib yang sama. Dia juga menyatakan perang dengan kami tanpa alasan. Aku juga berniat untuk mengalahka—tidak, tetapi untuk membunuhnya langsung.”

Wanita itu langsung menekuk kedua lututnya dan memegang erat kedua pergelangan tanganku. “Kalau begitu, kumohon untuk bekerja sama dengan kami. Kami nembutuhkan bantuanmu dan teman-temanmu. Apapun akan kulakukan untuk menjalin kontrak ini.”

“Tunggu, dulu. Jangan langsung memohon gitu aja. Tolong angkat badanmu. Aku merasa ga sopan jika memperlakukanmu kaya ini.”

“Tidak akan! Aku akan terus memohon utuk mendapat persetujuanmu.”

Sejujurnya, aku ingin mengeluh atas perbuatannya. “Hah.... Yaudah deh. Aku akan menjalin hubungan denganmu. Dengan begini, kita sah sebagai sekutu.”

“Tunggu dulu!” Ia mulai berdiri. “Aku ingin kita membuat kontrak roh sebagai bukti aku tidak akan berkhianat padamu.”

“Iya, iya. Kalo gitu gimana cara membuat kontraknya?”

“Jikalau bisa, tolong berikan aku darahmu. Aku akan membantumu mengambil darahmu dengan duri.”

“Enggak, gak usah. Aku bisa sendiri.” Seperti yang kukatakan, aku membuat belati untuk menggores telunjuk kiriku. “Segini cukup?” aku memperlihatkan hasil goresannya yang mengeluarkan darah.

“Baiklah aku akan memulai ritualnya.”

Padahal aku nanya cukup apa engga. Keluhku.

Ia mulai membungkukkan badannya dan memegang tangan kiriku. Tak kusangka dia menjilat telunjukku yang bercucuran darah. Dengan refleks aku menjauhkan tanganku darinya. “Apa-apaan nih?!”

“Ini adalah bagian dari ritualnya. Aku harus meminum darahmu sebagai persetujuan antara kita.”

Ritual macam apa pula ini. “Yaudah, deh. Tapi serem kalo kaya gini mah. Mendingan aku diem di wc selama setengah jam.” Aku memberikan kembali tanganku kepadanya. Maaf sel darah merah, maaf trombosit.

Ia memainkan jariku layaknya dot bayi. Lidahnya bergerak kesana kemari. Perasaan yang campur aduk sedang kurasakan saat ini—geli, sakit, ngilu, merinding, ketakutan. Tuhan! Berikan aku kekuatan untuk menahan ini! Untuk mengatasi perasaan ini, aku mengunci erat tanganku agar mereda. Mungkin darah yang mengalir akan tersumbat, tetapi tak mengapa. Aku tak ingin pingsan karena kehabisan darah.

Kemudian ia melepaskan mulutnya dari jariku. “Sesi penyerapan selesai. Saatnya sesi penyelarasan.”

“Emangnya ada berapa sesi sih? Mentalku udah ga kuat nahan semua.”

“Tenang saja, hanya ada dua sesi dan ini adalah yang terakhir. Sekarang buka mulutmu.”

Bentar, buka mulut? Oi, jangan bilang mau dicium. Sadar oi aku ini masih bocil umur 16 taun! “Maksudnya apa untuk membuka mulutku?”

“Apalagi? Sekarang waktunya bagimu untuk meminum darahku.”

Phew. Untung cuman minum darah. “O-okelah kalo begitu.” Aku membuka mulutku sesuai arahannya. Tidak terlalu lebar dan tidak terlalu kecil.

Saat ia memberikan darahnya, ia tidak melakukan seperti yang kubayangkan. Entah kenapa mukanya malah mendekatiku. Jangan-jangan beneran mau dicium nih?

Ia menutup matanya dan saat bibirnya dekat sekali denganku, aku spontan membuat silikon melapisi bibirku lalu aku mundur dan melanjutkan proses pembuatan silikon yang membentuk wajah mirip denganku. Aku takutnya dia akan memperlakukan mulutku seperti yang dilakukannya pada jariku. Jadi untuk antisipasi aku membuatkan lidahnya juga dan kerangka bagian dalamnya.

Sepertinya dia telah menyentuhnya. Seperti yang kubayangkan lidahnya menggeliat di dalam mulut. Aku bisa merasakan guncangannya karena wajahku menempel pada silikon untuk mengelabui jaraknya agar dia tidak curiga. Ia tiba-tiba mendekap punggungku dengan erat. Udah woi, cukup! Sesak napas nih! Zack, tolong! Batinku berteriak kesakitan.

Tepat saat dia melepaskan mulutnya, segera aku menghilangkan silikon yang kubuat. Tetapi dia melihat apa yang kulakukan barusan. “Tunggu! Apa kau menggunakan kekuatanmu untuk mengelabuiku?”

“Bu-bukan begi—“ aku ingin menyangkalnya tetapi sudah kelihatan jelas aku mengibulinya. “Hah.... Mau gimana lagi. Aku ini masih remaja. Mana mungkin aku ngelakuin hal gituan.”

“Tapi ini bagian terpenting dari ritualnya. Bagaimana kau bisa mendapat kontrak jika tidak melakukannya?”

Lah? Bukannya minum darah tadi tuh? Keluh batinku. “Kalo gitu, tadi kan kau bilang untuk meminum darahmu. Jika begitu, aku ingin minumnya dengan caraku sendiri.” Mungkin caraku ini merugikan satu pihak tetapi, aku tak peduli. Toh yang rugi bukan aku.

Aku memberi ruang bagi badanku darinya. Lalu kubuat belati kecil. “Bagi aku jarimu.” Kugores jarinya untuk mengambil darahnya. Darah yang menetes kutampung dengan tanganku. Sekiranya cukup banyak, kukepalkan tanganku lalu kuteteskan pada mulutku lewat ibu jari. Setelah kurasa habis darahnya, aku mulai merasa pusing. Badanku mulai sempoyongan. Kakiku melemas dan kemudian jatuh tak sadarkan diri.

...~Π~...

Saat tersadar, aku sudah berada di kamar. Jadi barusan mimpi yah. Aku khawatir mimpi barusan itu kejadian yang baru saja kualami. Aku bangun dari tempat tidur dan melihat jam yang menunjukkan pukul enam.

Segera aku pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka lalu mengmbil gelas berisikan air di dapur dan pergi ke ruang keluarga untuk menonton tv. Merasa sedang diawasi, aku menengok ke samping dan, “Whaa!“ aku kaget ada seorang wanita yang sama di mimpiku sedang duduk di sampingku.

Ia tersenyum ke arahku. “Selamat malam.”

Bentar-bentar! Jadi yang tadi tuh bukan mimpi?!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!