Jeep putih itu baru saja berhenti di depan rumah Kharis. Dua anak manusia di dalamnya seperti masih enggan untuk turun. Padahal sepanjang hari mereka telah menikmati waktu bersama, singgah di beberapa tempat romantis, mengabadikan banyak foto berdua, saling memanjakan dalam sentuhan dan perhatian.
"Makasih untuk hari ini..."
Kharis bergerak lebih dulu memeluk kekasihnya.
"Hari ini kamu manis sekali... tetap seperti ini ya, jangan berubah."
Lewi menyambut pelukan itu. Bahagia dia karena hari ini gadisnya tidak sungkan untuk bermanja-manja... bersandar, memeluk, pegangan tangan, seperti yang dia harapkan.
Kharis diam namun mempererat dekapan kedua tangannya yang melingkar di tubuh Lewi, kepalanya bersandar di dada Lewi menikmati suara detakan jantung yang masuk di telinganya.
"Makasih juga untuk pemberian kakak buat aku, bagus-bagus semua, aku suka..."
"Iya... aku senang kamu menyukai itu..."
"Mmm... aku turun ya..."
Kharis akhirnya keluar dari pelukan, memandang Lewi dengan tatapan yang dalam, tanpa ragu mendekat dan memberi ciuman di pipi kemudian turun dari mobil itu. Lagi-lagi Lewi tertawa senang kebersamaan hari ini diakhiri dengan manis. Dia memperhatikan gadis itu turun dan menuju rumahnya.
Tadi Kharis tidak mengijinkan dia turun. Sesampai di teras Kharis berbalik memberi syarat dengan tangan untuk Lewi agar tidak usah menunggu lagi. Mobil Lewi terlihat bergerak mundur dan masuk garasi, giliran Kharis mengikuti Lewi dengan pandangannya.
Selesai membersihkan diri, Kharis ke kamar mama. Di ruang tengah ia berpapasan dengan Revy yang baru turun dari lantai atas, kakaknya hanya melengos belum mau bertegur sapa. Hatinya mencelos... sakit, kakaknya berubah memusuhinya.
Sambil mengusap airmata di kedua sudut matanya, ia mengetuk pintu kamar memutar pegangan pintu dan mendorong pintu yang tidak terkunci itu. Mama sementara duduk di depan meja rias sedang melakukan perawatan wajah untuk malam hari. Kharis naik ke tempat tidur tanpa suara dan berbaring sambil meraih remote TV. Mamanya hanya melirik dari cermin.
Beberapa menit berlalu, Kharis yang menghidupkan TV hanya menganti-ganti channel tanpa bermaksud menonton.
"Kamu rutin pakai skin care yang mama beli kemaren kan..."
Suara mama terdengar di antara aktivitas mengoles ini itu.
"Ada... jarang sih..."
Pelan suara Kharis.
"Kebiasaan kamu... dibeliin nggak digunakan sampai produknya expired, sayang uangnya Darling. Rajin- rajin merawat tubuh, setelah seumuran mama kamu akan lihat bedanya. Mama nggak perlu tarik benang, silikon, susuk, oplas... cukup yang alami. Proses menjadi tua tidak bisa dilawan, hanya perlu dirawat saja supaya di usia tua kita tetap menarik..."
Mama panjang lebar... Kharis mengakui mama masih terlihat awet di usia yang sudah 50-an. Mama juga pernah bilang di usia berapa saja wanita punya daya tarik sendiri, yang penting dan yang diperkuat adalah kepribadian. Mama membuktikan itu sejauh yang Kharis bisa lihat, pontang-panting kerja keras tapi tetap ada perhatian bagi suami, anak, tetap cinta Tuhan. Hidup yang terencana dan punya target prioritas, setelah target tercapai dia kembali ke keluarganya. Mama yang kuat dan tangguh tegas tapi penyayang.
Kharis yang melamun tidak memperhatikan mama yang sudah duduk di sampingnya.
"Ada apa..."
Kebiasaan putrinya yang sudah dia hafal, jika sampai masuk kamar orang tuanya berarti masalah yang dia hadapi tidak dapat dia tangani sendiri. Putrinya sejauh ini terbiasa mandiri dan yang membanggakan termasuk putri yang mau mendengarkan nasihat dan berusaha patuh pada orang tua. Mama sering mendengar rekannya mengeluh soal anak-anak mereka, seingatnya Kharis bukan tidak pernah tetapi jarang melanggar apa yang mama papa atur di rumah.
Kharis bangkit dan duduk melihat mamanya sejenak...
"Aku minta ijin ke Smrg besok pagi ke tempat Queen, udah ada tiketnya..."
"Darling... itu bukan minta ijin namanya hanya memberitahu mama..."
"Maaf ma..."
Lirih suara Kharis, dia tertunduk. Perasaan tidak berdaya menyeruak akhirnya membuat gadis itu tak bisa menahan tangis di hadapan mamanya.
"Ada masalah... dengan Lewi??"
"Nggak sih... tapi aku putuskan... mengakhiri hubungan kami."
Semakin lirih dan disertai isakkan.
"Lewi punya pacar lain?
"Nggak... dia baik, dia sayang aku."
"Terus?"
"Ya... aku aku yang nggak bisa..."
"Terus Lewi...?"
"Aku nggak bisa memberitahu langsung, dia pasti menolak... tapi dia pasti akan tahu nanti keputusanku..."
"Kenapa... kamu nggak suka dia?"
"Aku... aku juga sayang dia. Tapi lebih baik tidak bersama."
Mama memandang lama. Anaknya bila sudah memutuskan sesuatu susah untuk berubah. Mama mengambil ponsel di nakas dan memberikan kepada Kharis.
"Telpon Queen, mama ingin bicara..."
Kharis meraih ponsel mamanya dan menekan nomor Queen.
📱
"Halo Queen, tante Melissa ini."
Oh... apa kabar tante?
"Baik. Kharis ternyata mau ke tempat kamu, tante baru tahu..."
Iya, sebetulnya sejak awal liburan aku ajak ke sini, dua hari yang lalu dia akhirnya ngomong mau ke sini.
"Tante boleh bicara dengan ibu kamu, anak tante mau ngerepotin kalian, tante perlu bicara langsung."
Boleh... sebentar tante...
Mama akhirnya berbicara dengan ibunya Queen menitipkan anaknya. Setelah selesai dengan ibunya Queen...
"Jam berapa pesawatnya... suruh Revy yang antar ya, eh... bawa oleh-oleh apa untuk ibunya Queen, masa pergi dengan tangan kosong... kamu sih mendadak begini..."
"Udah ada oleh-oleh, tadi pagi aku minta tolong tante Mince belikan. Ma... boleh diantar papa aja...?"
Mamanya memandang heran dan segera tahu bahwa masalah putrinya ada hubungan dengan putranya. Mama baru menyadari suasana rumah tidak seperti sebelumnya jika kedua anaknya ada di rumah, tidak ada keributan, sepi-sepi saja.
"Kenapa dengan Revy?"
"Nggak apa-apa... pengen diantar papa."
Masih ingin melanjutkan interogasi tetapi putrinya sudah berdiri dan berjalan ke arah walk in wardrobe. Akhirnya mama kembali mengutak-atik ponselnya.
"Aku pake koper mama ya..."
"Iya... mama sudah transfer uang ya... Berapa lama di sana?"
"1 atau 2 minggu, tergantung. Aku udah daftar KKT, tinggal tunggu waktu mengurus KRS dan pengumuman kapan Pembekalan di kampus."
"Gimana mengurusnya kalau kamu pergi..."
"Sekarang online ma, nggak usah ke kampus."
"Hati-hati di tempat orang, yang sopan, bantu-bantu apa di sana, jangan cuma makan tidur..."
"Iya... aku ke kamar ya... mau beberes."
"Ma..." Kharis berhenti sebelum mencapai pintu, berbalik menatap mamanya.
"Jangan kasih tahu kak Lewi aku pergi ke mana."
Tak menunggu jawaban Kharis keluar dan menutup pintu.
*****
Akhirnya pesawat take off tepat jam 6.10 pagi ini. Tadi ke bandara dia diantar mama papanya. Sempat terharu dengan sikap mama yang ekstra care sejak semalam. Mamanya ikut membantu mengatur pakaian di koper, semua perintilan perempuan mamanya yang bereskan termasuk obat dan vitamin.
Memandang keluar jendela pesawat, terlihat langit yang berawan bahkan di kejauhan ada sekumpulan awan yang pekat. Sama seperti hatinya yang kini pekat. Kharis akhirnya mengambil keputusan meninggalkan Lewi. Untuk itu dia harus pergi menghilang tak kuat menghadapi Lewi secara langsung. Sekarang ini saja hatinya sudah berdarah-darah memutuskan cinta pertamanya.
Dia lebih memilih menjaga hubungan persaudaraannya, tidak ingin menentang Revy. Bagi orang lain itu bodoh tapi bagi Kharis itu pilihan terbaik. Dia mencintai Lewi, tapi Lewi orang luar, sementara Revy sudah ada di sepanjang umurnya. Rasa sayang di antara kakak-adik tak akan dapat tergantikan meski dengan cinta seorang Lewi. Kakaknya pernah terluka karena Lewi... semoga ketika dia mengalah luka itu sembuh meski dia sendiri harus tersakiti.
.
🛫🛫🛫
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Sri Astuti
harusnya Revy tak spt itu.. minta kejelasan.. tp ya ga nyalahin juga sih.. gmn rasanya berdampingan dgn seorang saingan
2023-07-17
0
Putri Minwa
Dibalik Kesetiaan Nayla mampir ya thor
2022-11-28
0
Rochyati
kharis hatinya begitu lembut .yg sabar yah klo dah jodoh gk akan kdmana pasti d persatukan lg ma aothor
2021-11-24
0