Dua minggu ini si tetangga ganteng sedang ujian dan banyak tugas. Kharis tidak ingin mengganggu, jadinya setiap Lewi mengajak pergi ke mana untuk makan atau sekedar jalan-jalan, dia menolak. Mereka sering adu argumen soal mana yang harus diprioritaskan, dan selalu saja Kharis yang menang, dia sudah pintar mengancam nggak akan mengangkat telpon atau menjawab chat. Maka jadilah dua minggu ini mereka jarang bertemu muka padahal lima langkah doang, Kharis keterlaluan ya...
Dan ini sudah akhir minggu, malam minggu lagi, harusnya mereka pergi bersama seperti janji Lewi kemarin saat menelpon. Tapi tadi Lewi mendadak membatalkan dengan alasan ada acara keluarga.
Giliran Kharis yang merana karena sudah menahan rindu pengen disayang-sayang. Apa daya, akhirnya malam minggunya sepi sendiri padahal punya pacar.
Sekelebat sempat ada rasa curiga jangan-jangan Lewi malam mingguan dengan gadis lain. Tapi tadi Kharis sempat mengintip, Lewi berangkat keluar dengan om Peter dan seorang wanita entah siapa Kharis tidak sempat mengenali karena hanya melihat tubuh bagian belakang yang naik ke mobil.
Sambil berbaring Kharis membuka medsosnya. Dia masuk ke F**b yang termasuk jarang dilihatnya, menaikturunkan beranda, akhirnya dia tertarik dengan sebuah nama, Peggy baru update status ber-caption 'Malam mingguan dengan kesayangan' di bawahnya ada foto dirinya dengan seorang cowok, dan itu melegakan karena bukan Lewi. Jujur Kharis belum sepenuhnya menerima statement Lewi, dan foto itu mengkonfirmasi bahwa Lewi tidak bohong padanya.
Kharis tertidur kemudian, lelah menunggu kekasihnya sekedar mengucapkan selamat tidur, tapi tak ada pesan apapun yang masuk sampai larut malam.
***
Sebuah suara memanggil namanya serta suara ketukan. Kharis membuka mata, mengerjapkan mata dan memindai kamar tidurnya, sedikit cahaya masuk melalui sisi-sisi tirai jendela. Dia baru selesai dengan devosi paginya. Suara ketukan terdengar lagi bersamaan dengan suara tante Mince.
Dia berdiri dari posisinya yang duduk bersandar di headboard tempat tidurnya, mendekat ke dinding di mana tergantung jam dinding. Kharis memperhatikan jarum jam dengan memincingkan mata, baru setengah enam pagi dan tante Mince belum berhenti mengetuk pintu.
"Ada apa tan... pagi-pagi udah gangguin orang..." suara seraknya memprotes si tante Mince.
"Di depan ada bos ganteng nyariin..."
"Hah... ngapain pagi-pagi?"
Kharis masuk lagi ke kamar, langsung ke kamar mandi membilas muka dan gosok gigi. Tanpa menyisir rambut dia keluar karena pintu sudah diketuk lagi.
"Kenapa nggak disuruh masuk aj..."
Tante Mince sudah ke dapur lagi ternyata, Kharis ke teras depan, dan Lewi ada di sana dengan 2 kantong kresek di tangannya, menyambut dengan senyum.
Benar kata lagu soal tetangga, kalau hati sudah rindu langsung nongol depan pintu meskipun masih pagi-pagi. Matahari saja belum terlihat, masih tertutup kabut pagi. Dia sih sudah ganteng maksimal wajah fresh dengan jeans hitam dan kaos polo kuning lembut plus sneakers hitam berbis kuning, tapi Kharis masih dengan tampang kamarnya.
"Hai..."
"Kangen aku, kan..."
Sapa Lewi percaya diri sambil memberikan senyum paling menawan.
Ihhh lebay, siapa yang kangen... eh tapi memang kangen berat, sudah terlalu berat untuk di tahan oleh seorang Kharis yang baru pertama kali pacaran.
Dulu waktu SMP-SMA fokus banget dapat nilai bagus di semua Mapel karena bercita-cita jadi dokter seperti mamanya. Keseringan ikut Olimpiade Science tingkat daerah, nasional, sampai luar negeri, sering bawa pulang medali emas atau perak, makanya nggak ada waktu buat pacaran.
Kebawa sampai mahasiswa, meski batal jadi dokter karena ogah seperti mamanya yang jarang ada waktu di rumah, Kharis jadi terbiasa fokus ke kuliah dari pada ngelirik cowok ganteng, sampai si tetangga datang kemudian, mengalihkan sepenuhnya dunianya, dia tidak dapat menolak lagi dan jatuh pada pesona cowok murah senyum itu.
"Aku bawain nasi kuning dan bubur ayam, tadi beli di Boulevard."
Lewi menyodorkan kantong berisi makanan di tangan. Kharis menerima tanpa suara, dia masih terheran-heran, tidak percaya pagi-pagi kekasih hatinya sudah datang ke rumah.
Lewi terkekeh melihat pemandangan indah di hadapannya, senang rasanya melihat tampilan polos apa adanya dari seorang gadis yang telah membuat dia jatuh cinta, dan pagi ini cinta itu bertambah.
"Cantik..."
"Hahhh?..."
Cantik apanya pagi-pagi dengan piyama plus rambut awut-awutan, di mana ceritanya seperti itu, tampaknya ada yang salah dengan mata dan otaknya, tanpa sadar Kharis cemberut.
"Hehehe, bener kok, senang selalu lihat aslinya kamu..."
Kharis makin cemberut ingat tampilannya sabtu kemaren yang tidak jauh berbeda.
"Senyummm.... menyambut pagi hari, biar diberkati..."
Lewi menjawil pipi gadisnya.
"Terima kasih kak, repot amat pagi-pagi," ujar Kharis sedikit mengangkat kantong di tangannya.
"Nggak, kok. Sekalian tadi beli nasi kuning buat mami, pengen makan itu sebelum pulang lagi..."
"Tante Vero ada?"
"Iya, sejak kamis. Udah mau pulang, ini sebentar lagi mau aku antar ke Bandara. Dimakan ya... belum tau kamu sukanya apa, makanya aku beli aja nasi sama bubur. Ada juga buat om Didi dan tante Melisa."
"Aku pergi ya..."
Lewi menyempatkan mengusap lengan kanan Kharis sambil mengedipkan mata.
"Hati-hati..."
Kharis senyum sumringah, what a wonderful morning. Kangennya sedikit terobati.
Kharis mengangkat tangannya dan melambai ke arah Lewi yang sudah melangkah pergi menuruni tangga teras. Sedikit berbalik sambil tetap berjalan Lewi juga melakukan hal yang sama dan mengatakan sesuatu dengan gerak bibirnya sambil senyum kecil. Oh mama... pagi yang sempurna.
"Cie... yang dapat I love You pagi-pagi...
Kharis berbalik, mama ada di pintu dan tersenyum usil mengangkat kedua alisnya.
"Mamaaa..." Kharis masuk ke rumah dengan muka merah.
"Darling, tolong antarkan klappertart yang di meja itu ke tante Vero, kayaknya udah mau berangkat..."
"Mama aja atau tante Mince, aku malu."
"Sama anaknya nggak malu..."
"Kan anaknya beda..."
"Eh iya juga, mulai sekarang jangan pernah sembarang berkunjung ke situ ya, nggak etis..."
Mama memang sering memberikan oleh-oleh klappertart setiap tante Vero hendak pulang ke kota J. Tante Vero memang pulang-pergi dari kota ini ke kota J, tidak menetap di sini bersama om Peter dan Lewi. Dia tidak bisa meninggalkan usaha mereka di sana katanya. Dulu sebelum Lewi kuliah di sini, om Peterlah yang bolak-balik, sekarang gantian tante Vero yang bolak-balik.
Pernah mama Melissa cerita ke papa, Kharis pas menguping, bahwa tante Vero sebenarnya tidak setuju Lewi terusin S2nya di sini, masih banyak Universitas yang lebih bonafit dan bermutu di kota J atau ke luar negeri sekalian, eh Lewi malahan memilih program magisternya di universitas yang sama dengan Kharis.
Ruarrr biasa punya pacar dekat rumah, kayaknya bisa dimanfaatin besok-besok. Kharis tertawa dengan pikiran usilnya itu.
Lewi suka memberi kejutan manis seperti pagi ini. Pernah dia mengetuk jendela malam-malam hanya untuk memberi Dua batang coklat katanya pas ke minimart ingat Kharis, maka coklatpun jadi cemilan melewati malam sambil belajar. Dan Lewi yang begitu perhatian menempelkan sobekan kertas di belakang bungkus coklat... habiskan tapi jangan lupa sikat gigi...
Kali ini semangkok bubur ayam. Perlahan Kharis makan bubur ayam pemberian sang pujaan hati dengan bahagia, semakin bahagia karena dia merasa disayang dan diperhatikan. Beda ternyata jika perhatian itu datang dari seorang pacar. Sarapannya hari ini lebih awal dari biasanya, walau hanya bubur ayam tapi merupakan sarapan terindahnya sejauh ini, ada bumbu-bumbu kasih sayang ceritanya jadi sarapannya terasa lebih nikmat.
🏡🏡🏡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Sri Astuti
kmarin mkn bubur Manado😄
2023-07-17
0
Putri Minwa
bagi dong RIS,pagi hari makan bubur pemberian kekasih amat menyenangkan
2022-11-18
0
Made Elviani
kalo Kharis d kasih bubur ayam........aku d kasih durian saat mantan pacar pdkt .......baca novel ini berasa jd ABG labil lg........ wkwkwkwk
2021-10-06
0