Pertama kali dalam hidup Kharis merasa sangat sedih dan tidak bersemangat. Rasa nyeri di dada datang saat mengingat Lewi dan itu menyebabkan airmatanya turun. Semakin pedih karena ada Peggy sekarang bersama cowok itu.
Tidak ingin bertemu Lewi, tapi di saat lain rindu juga hadir. Ahhh... apakah ia telah jatuh cinta? Jika ini cinta berarti cinta yang salah. Mengapa dia harus jatuh cinta pada seseorang yang tidak pernah sedikitpun ada perhatian untuknya, seseorang yang sudah memiliki kekasih.
Ada berapa kali tanpa sengaja Kharis bertemu pasangan itu. Melihat kemesraan pasangan mereka membuat hatinya gundah gulana dan tak ada obatnya.
Sabtu pagi...
Tak selamanya mendung itu kelabu nyatanya hari ini... lupa lirik milik siapa, tapi mungkin itu gambaran hati Kharis saat ini. Setelah satu bulan patah hati sebelum jadian, dia tak ingin lagi menangis sia-sia. Hari ini ia mendapat pencerahan setelah bersaat teduh dan menyampaikan keluh-kesahnya kepada Sang Khalik, dia ingin move on.
Kharis menyibak tirai mencari grendel untuk membuka jendela kamarnya. Lama dia tidak melakukannya, dia tidak peduli kondisi kamarnya yang pengap dan tidak rapih seperti hatinya belakangan ini. Saat ini jendela dia buka lebar, dua daun jendela terbuka kiri-kanan.
Dia menggeser tirai membiarkan sinar matahari masuk, matanya mengerjab menghalau silau lembut matahari pagi. Udara fresh pagi hari masuk dan perlahan bau khas kamarnya berganti, semoga demikian juga rasa dihatinya.
Dan sosok yang belakangan dia hindari tertangkap matanya. Lewi sedang memainkan basketnya. Suara bola menyentuh ring terdengar, demikian juga gesekan sepatu sportnya di lantai.
Dulu kombinasi dua suara itu sangat merdu di telinganya dan sangat dinantinya. Jika suara itu muncul berarti Lewi pulang berkunjung. Dan setelah Lewi Wisuda S1 kemudian meneruskan S2nya di sini di universitas yang sama dengannya, suara itu menjadi nyanyian merdu setiap pagi. Menonton dan menghitung berapa banyak bola yang melewati ring, menjadi aktivitas wajib setiap pagi, suporter rahasia dibalik tirai.
"Hai... selamat pagi."
Kharis membeku. Tidak menyangka pagi pertama membuka kembali jendelanya disambut sebuah sapaan yang tak pernah ada sebelumnya. Dulu, berkali-kali dia membuka jendela yang sama, jika telihat lelaki tinggi itu paling-paling hanya melirik sekilas.
Jarak dari jendela kamar Kharis dengan area garasi Lewi mungkin sekitar enam sampai delapan meter, sebuah area terbuka yang ditutupi rumput gajah yang menghampar di masing-masing sisi kedua bangunan rumah. Batas antara rumah mereka hanyalah pagar tananam pendek yang selalu dipangkas rapih oleh petugas taman perumahan ini. Konsep perumahan tanpa pagar tembok, membuat tetangga bisa saling berinteraksi seperti pagi ini...
"Pagi Kharis..."
Tersadar, Kharis mengerjapkan matanya kembali, sosok itu masih ada menatap ke arahnya dan... dia tersenyum. Mata dan telinganya masih normal, dia sudah bangun sepenuhnya karena sebelum membuka jendela dia sudah sikat gigi jadi ini sebuah kenyataan.
"Kak Lewi menyebut namaku dan senyum padaku, tapi..."
Kharis tidak tahu harus bereaksi seperti apa juga bingung menafsirkan perasaannya.
"Pagi Kharis..."
Masih di tempat yang sama dengan senyum yang masih sempurna, nampak jelas sedang menunggu respon. Niat banget dia menunggu jawaban bayangkan sampai tiga kali...
Ahh... apalagi ini Kharis...
"Pagi juga kak..."
Sadar dari bengongnya Kharis menjawab pelan dan segera meninggalkan area favoritnya dulu. Dia tidak peduli apakah Lewi mendengar suaranya tadi yang dia tahu dia harus segera menyingkir. Dia menghela napas beberapa kali kemudian membuka pintu kamarnya.
"Pagi pa, pagi ma..." sapanya saat berada di ruang makan. Orang tuanya setiap sabtu pasti menghabiskan waktu di rumah saja.
"Pagi Darling, ayo sarapan. Udah selesai semedinya..."
"Mama, ihh... siapa yang semedi."
"Kamu lah, tuh liat muka kamu pucat, nggak pernah kena matahari."
Kebiasaan setiap sabtu pagi di rumah, mereka bertiga akan sarapan bersama, banyak cerita akan mengalir di sana. Dan pasti mama Melissa yang menguasai obrolan tanya ini tanya itu, kadang-kadang menginterogasi sang papa Didi, bercanda, video call dengan Revy. Kadang sampai jam makan siang mereka masih di situ, paling-paling bergeser sedikit ke sofa ruang keluarga. Dan Kharis sudah melewatkan kebersamaan hari sabtu berapa kali ya...
"Kenapa kamu, mengurung diri di kamar, cerita jangan disimpan..."
Giliran papa Didi yang bersuara sambil menatap penuh selidik.
"Ada apa Darling... kurusan kamu. Ayo makan yang banyak."
Mama menggeser piring berisi roti yang sudah diolesi coklat ke depan Kharis.
"Minum air putihnya dulu..."
"Ada masalah apa... nggak mungkin nggak ada sebab terus kamu lebih betah di kamar..."
Kharis tidak menjawab. Ia menarik piring roti, setelahnya ia tunduk memohon berkat. Lebih dahulu menghabiskan segelas air putih miliknya kemudian mulai menyantap roti yang sudah dipotong mama tadi tanpa mengangkat kepala.
Mama papanya juga tidak mendesaknya. Mereka hafal benar watak anak perempuan satu-satunya itu. Bila dipaksa malahan tidak mau cerita. Biasanya Kharis akan menceritakan sendiri sama mama beberapa waktu kemudian.
"Kamu nggak pernah bolos kuliah kan..."
"Nggaklah Ma, lagi malas aja di luar, makanya pulang kampus langsung masuk kamar, lagi banyak tugas juga..."
Kharis mencoba tersenyum pada mamanya, dia tahu mama sedang kuatir.
Sedikit takut juga, karena sebenarnya banyak bolos kuliah. Tapi segalau-galaunya Kharis, ia tetap menghitung presentase absen semua mata kuliah yang ia kontrak semester ini biar bisa lulus nanti.
Putus cinta memang dahsyat efeknya. Kharis bercita-cita lulus sarjana dengan predikat Summa Cumlaude, boleh dong bercita-cita, tapi nampaknya semester ini dia tidak bisa mempertahankan IP-nya tetap 4.
Apalagi banyak tugas yang tidak masuk. Nah Kharis tidak mau nilai-nilainya anjlok, makanya hari ini dia pengen hidup normal lagi, minggu depan Ujian Akhir Semester, dia mau belajar sungguh-sungguh supaya bisa mengejar ketertinggalannya.
-Eh, kok putus cinta kan nggak pernah jadian, di sini kasusnya Kharis hanya mencinta sendiri kan???-
"Selesai sarapan mama periksa kamu..."
"Ini... sebentar jangan lupa minum vitaminnya, minum air putih yang banyak..."
"Iya, iya ibu dokterku..."
Kharis meminum segelas coklat panas yang baru saja diletakkan tante Mince si ART centilnya.
"Darling, boleh gak motor kamu mama kasih ke Nurse Lani. Kasihan dia, suaminya lagi sakit, terus kena PHK karena gak masuk kerja karena cuma pegawai kontrak. Motornya udah dijual... katanya nutupin hutang. Kalau kendaraan sendiri kan dia bisa hemat uang transport."
"Nurse Lani, asisten mama di Klinik?"
"Iya... boleh ya, hitung-hitung kamu menolong orang. Soalnya mama perhatikan kamu suka pakai mobil Revy sekarang..."
Ya, Kharis seperti ingin sembunyi dari Lewi, tidak ingin melihat atau terlihat, makanya kalau keluar rumah dia menggunakan mobil kakaknya mumpung nganggur di garasi. Dia ingin menyembunyikan perasaannya sedalam-dalamnya, salah satu caranya, tidak memperlihatkan diri, jadi kalau keluar lebih aman di dalam mobil, semua tertutup rapat. Logis tidak?? Terserah Kharis.
"Darling...." mama menunggu jawaban.
Kharis tidak ragu jika menolong orang, tapi sebenarnya dia lebih nyaman ke mana-mana dengan Maticnya. Ke kampus apalagi, di Fakultasnya slot parkir prioritas buat dosen dan pegawai, slot untuk mahasiswa yang sedikit diperebutkan oleh mahasiswa. Siapa cepat dia dapat. Beberapa kali ia harus parkir jauh banget.
"Iya ma, kasih aja."
Kharis menetapkan hatinya untuk memberi.
"Makasih darling, tapi ikhlas kan? Nggak jadi berkat kalau nggak ikhlas loh...?"
"Iya, aku ikhlas kok..."
Prinsip menolong orang lain memang harus Ikhlas. Kharis ikhlas... seikhlas-ikhlasnya, rela serela-relanya. Sama seperti nasib cinta pertamanya, dia harus melepas rasa itu dengan rela, mengakui cintanya bertepuk sebelah hati eh tangan. Rela aku rela, biar dada ini bisa plong, tidak ingin berlama-lama merana ....
🛵🛵🛵
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Ayu galih wulandari
Semangat tetep optimis klau sdh jodoh sejauh apapun dia melangkah n pergi pasti kembali ke asalnya .😍😍
2024-03-02
0
Sri Astuti
semangat Kharis.. klo jodoh tak kan kemana
2023-07-17
0
Putri Minwa
semoga Kharis yang sabar ya
2022-11-10
0