Kharis fokus pada pintu kedatangan mencari sosok Revy di antara para penumpang yang sudah selesai dengan bagasi mereka dan mulai keluar satu-satu.
Seorang cowok tinggi dengan sebuah koper silver berukuran sedang berhenti tepat di depan Kharis. Berkaos putih ketat membentuk tubuhnya dengan lengan panjang yang digulung sampai siku, bawahan jeans sobek di dengkul dan sebuah waist bag yang diselempangkan di bahu, dan ada kacamata hitam dikaitkan di leher kaosnya.
Kharis yang merasa terhalang berpindah dan kembali fokus masih mencari...
"Ndut..."
"Kak Revy???? Mama... kak Revy..."
Kharis nyaris berteriak menoleh ke arah mama yang berdiri di belakang dekat pilar besar.
"Kak... ganteng banget..."
Kharis melihat kakaknya dari kepala sampai kaki. Dia memeluk kakaknya yang tertawa menyambut pelukan adiknya. Tangannya yang besar dia taruh di belakang kepala adiknya.
Mama mendekat, terlihat sekali di wajah wanita itu kangen bercampur haru. Gantian memeluk anak lelakinya erat. Revy mengusap punggung mamanya masih tertawa haru.
"Thank God, kamu baik-baik saja..."
Mama ngomong melepas pelukan.
"Papa nggak ikut? Kalian dari acara apa, cantik-cantik begini?"
Pertanyaan beruntun dari Revy sambil mulai jalan ke parkiran.
"Nikahan anak teman mama..."
"Papa di mobil..."
Selang beberapa saat di mobil...
"Papa sehat?"
Revy bertanya melirik papa Didi yang duduk di sebelahnya. Sekarang dia yang jadi sopir.
"Sehat."
Papa menjawab seperti biasa pendek saja tapi tangannya menepuk-nepuk pundak Revy, pasti walau tidak terlihat dia juga senang anaknya menyempatkan pulang.
"Kak, gimana ceritanya kak Revy insaf? Sampe pangling kita..."
Kharis mencondongkan badannya di antara dua jok depan itu.
"Insaf?? Ya ampun Ndut memang aku kenapa..."
"Ya... sangat berubah, ganteng, klimis, harum lagi..."
"Emang nggak boleh berubah, bangga kamu pasti jalan sama aku yang ganteng ini..."
"Diiiih... ngelunjak."
"Kamu sendiri yang bilang aku ganteng... hahaha."
Kharis memukul bahu kakaknya kemudian kembali duduk bersandar.
"Pasti ada sesuatu deh... ya nggak ma?"
Masih penasaran ternyata.
Tawa, canda, ledekan terdengar sepanjang perjalanan, cara mereka mengurai rindu. Mama sesekali menimpali menanyakan banyak hal sementara papa seperti biasa tetap diam tapi dengan wajah bersukacita, bahagia bisa berkumpul lengkap...
Jam setengah dua subuh akhirnya Kharis masuk kamar, belum puas berbagi cerita dengan kakak yang sudah bermetamorfosis jadi cowok tampan juga narsis, tapi sudah mengantuk juga. Masih ada hari esok. Dia menghidupkan lampu, menuju kamar mandi berniat membersihkan tubuh terutama bagian muka yang masih tertempel make up sisa pesta. Sempat melirik ponsel yang tidak dibawa karena tidak muat di tas pestanya. Layar menyala... ada pesan masuk. Tersenyum karena menemukan 6 pesan Lewi...
📩 Cinta kamu
📩 💗
📩 Sayang kamu
📩 Rindu kamu
📩 Besok ketemuan ya
📩 Good night sweetheart
✉ Tidur skrng ya ILY sleep well.
Sejenak tertegun setelah menjawab chat... Lewi menunggu dia pulang atau nggak bisa tidur lagi... besok dia akan menanyakannya.
*****
Sarapan yang sangat terlambat karena Kharis bangun telat. Mama papa sudah tidak terlihat demikian juga tante Mince dan Wenny. Hari minggu seperti ini biasanya mereka mengikuti Sunday Fellowship. Kharis sendiri biasa mengikuti Youth Fellowship di sore hari. Hanya ada Revy yang asyik menelpon di ruang keluarga dengan gaya duduk menyamping di single sofa, dengan kedua kaki di ata sandaran tangan.
Kharis mengunyah makanannya sambil membaca chat di grup teman-temannya yang saling mengajak untuk jalan bareng. Banyak yang sudah menikmati libur masing-masing, ada juga yang sudah pulang ke kota asal. Yang meramaikan ruang chat adalah teman-teman yang memang asli orang sini yang mulai bosan di rumah saja.
Kharis tidak memberi komentar meskipun sudah disinggung 'jangan cuma ngintip doang'. Dia kurang suka memang hangout bareng temannya, paling-paling pergi berempat dengan Lucas, Queen, Lanno. Itupun bisa dihitung dan biasanya pas ada momment apa.
Ada pesan masuk dari Lewi yang mengingatkan janji mereka untuk pergi keluar tidak lama lagi. Sejak kemarin Lewi sepertinya ingin sekali bertemu. Kharis hanya menjawab dengan emoticon senyum lebar.
Selesai sarapan Kharis bergabung dengan Revy duduk di depan kakaknya yang baru menutup panggilan. Muka sumrigah dan kelihatan happy, masih memandang ponsel sambil senyum seperti sedang memperhatikan sesuatu. Penasaran Kharis mendekat dan mengintip ke layar ponsel, ada foto seorang gadis di sana, bukan Sendra tapi...
"Kak Revy pacaran sama Nivia? Kapan jadiannya? LDRan yaaa?"
"Kepo... Eh tapi gimana menurut kamu, kan sering ketemu?"
"Baik sih orangnya, nggak macam-macam, di komunitas aku akrabnya cuma Nivi doang. Tapi kayaknya dia deket sama kak Hansel... tapi nggak tahu juga udah dua bulan aku nggak ke sekretariat."
"Hansel udah tunangan, Ndut. Nggak ngikut perkembangan kamu."
"Oh ya... tapi kapan jadiannya kak, kok bisa?"
"Bisa dong... belum sebulan, makanya pulang pengen ketemu, hehehe..."
"Kirain karena dipaksa mama baru mau pulang, pantas berubah banget jadi ngerti fashion ternyata karena punya pacar baru..."
"Bukan seperti itu, ada aturan di kampus aku, harus bersih dan rapih, ya jadi terbiasa rapih lagi."
"Baguslah kak... nggak apa-apa juga kalau berubah demi pacar kan? Ehmm... aku pamit kak, mau pergi sebentar..."
Kharis berdiri mengambil tas dan ponselnya yang tadi dia letakkan di meja makan. Revy sejenak memperhatikan tampilan adiknya yang sudah rapih dengan kulot navy tigaperempat serta atasan blouse katun putih pendek beraksen dua kantong tanpa penutup di bagian dada, lengan pendek bermanset yg diikat membentuk pita.
"Eiiiits, Ndut... sejak kapan gaya kamu jadi feminim begini... pasti punya pacar juga ya...? Adik aku ternyata laku juga."
"Aku cantik kali kak... masa nggak ada yang suka..."
"Cie... cantik..."
Kharis ingin menanyakan sesuatu pada kakaknya tapi ia ragu dan bingung memulai. Ponselnya berbunyi dan akhirnya ia memutuskan untuk menanyakan nanti.
📱
"Ya, kakak..."
Pergi sekarang ya... udah siap-siap?
"Udah siap kok... tunggu sebentar ya.."
Aku udah di mobil.
"Oke, aku keluar sekarang."
Kharis mematikan ponsel dan mengambil sepatu.
"Ndut, kamu bawa mobil mama aja ya, aku juga mau pergi..."
"Aku pergi dengan kak Lewi... tuh sudah nunggu di depan..."
"Lewi siapa?"
"Lewi Andrean..."
Kharis menjawab sambil mengenakan flat shoes warna kuning. Menyelempangkan tas kecil yang juga berwarna kuning.
Revy sudah berdiri dan memandang tajam ke arah adiknya.
"Lewi Andrean itu pacar kamu?"
Suara berubah dan tangannya menunjuk arah rumah Lewi, memastikan Lewi siapa yang Kharis maksud.
"Iya..."
"Kamu pacaran dengan orang brengsek itu, orang yang menghancurkan hubungan aku dengan Sendra. Dia orangnya nggak bener..."
"PUTUSIN DIA, aku nggak suka kamu pacaran dengannya!!!" Muka Revy memerah, emosi karena seorang Lewi Andrean.
.
⚡⚡⚡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Sri Astuti
ternyata oh ternyata... bgt adanya.. aku cinta kak.. gmn dong????
2023-07-17
1
Putri Minwa
mantap thor, tetap semangat ya
2022-11-27
0
Lus Jhei
bisa brabe ni
2022-06-13
0