Sore itu Kharis terbangun oleh suara ketukan keras di pintu serta suara mamanya yang berteriak di luar. Dengan malas ia bangkit dan berjalan sedikit limbung mencapai pintu. Dia memutar anak kunci dan membuka asal pintu kamar lalu kembali ke tempat tidur kemudian berbaring lagi dengan posisi telungkup. Dia benar-benar menikmati liburan semester beberapa hari ini di tempat tidur saja setelah menuntaskan semua tugasnya.
Mama Melissa masuk sesaat kemudian menuju sisi kiri tempat tidur, menggoyang pelan lengan kiri anaknya.
"Ya ampun... darling sudah hampir gelap ini, nggak baik tidur terlalu lama sore hari, nggak baik untuk kesehatan, bangun... ayo..."
"Sebentar lagi, Ma..."
Kharis enggan membuka mata.
"Kalau nggak bangun sekarang tambah lemas kamu, ayo... ada yang nyari tuch..."
"Bilang aja aku sakit..."
"Eh... nggak sakit bilang sakit, ayo. Yang nyari ganteng banget, loh..."
"Siapa...?"
Kharis membalikkan tubuhnya.
"Hehehe penasaran sama yang ganteng ya... lihat sendiri..."
"Temen aku?"
Mamanya mengangkat bahu kemudian berdiri menuju pintu.
"Jangan lama-lama..."
"Iya... iya."
Benar kata mamanya, tubuhnya seperti baru selesai melakukan pekerjaan berat, lemes banget. Dengan langkah malas dia keluar dari kamar. Masih setengah mengantuk dia menyeret langkah ke area meja makan, mengambil gelas yang ditangkupkan di atas sebuah wadah bermaksud hendak minum.
Belum sempat dia menuangkan air suara percakapan mamanya dengan seseorang tertangkap telinga. Dia menoleh, mama masuk dari arah ruang tamu bersama Lewi yang terlihat menenteng kantong kresek putih. Lewi tersenyum simpul melihat Kharis yang berdiri bengong, dia melambaikan tangannya yang bebas menyapa Kharis.
"Astaga... darling. Penampilan kamu masa kayak gitu, nggak malu apa ada Lewi, ganti baju dulu..."
Kharis melihat dirinya dengan celana tidur panjang dan kaos longgar, sedikit kusut untung sopan. Mungkin rambut pendeknya juga kusut mukanya juga muka lecek. Salah tingkah, dia meneruskan menuang air dan langsung menghabiskan tanpa jedah. Sambil berjalan ke kamar dia cemberut menatap mama yang tersenyum jenaka seraya mengedipkan mata. Kharis tersenyum jengah ke arah Lewi kemudian masuk kamar berniat mandi.
Memilih jeans biru pudar selutut dan t-shirt sedikit kebesaran dengan warna senada, dia memperhatikan dirinya di cermin. Rambut sudah disisir rapi, sejak SMA dia suka dengan potongan sebahu tanpa poni, selalu mengaitkan rambut bagian depan di belakang telinga. Dia hanya memakai bedak bayi di wajahnya dan sentuhan lipgloss di bibir mungilnya. Simple saja, toch bukan bertemu pacar, hanya tetangga, bukan kencan.
Tapi inikan malam minggu, ya... jangan-jangan Kharis lupa karena nggak pernah malam mingguan.
Apa maksud Lewi datang ke rumah sebenarnya sudah bisa dia baca. Intens menghubungi lewat chat dan panggilan telepon yang tidak dia gubris. Empat hari ini ada puluhan chat dan belasan panggilan tak terjawab. Kharis sengaja tidak merespon. Sehabis kejadian diantar Lewi ke kampus dia tidak ingin dan takut berjalan lebih jauh. Ada hati yang harus dia jaga, hatinya dan hati pacar Lewi. Dan dia harus tegaskan itu karena dia juga tidak mau terganggu dan mengganggu orang.
Di ruang tengah Lewi terlihat sedang bercakap dengan papa Didi. Kharis mendekat. Bunyi langkahnya membuat kedua lelaki beda usia itu menoleh. Lewi berdiri.
"Om... Lewi ijin ajak Kharis keluar..."
Papa Didi hanya mengangguk-angguk langsung berdiri dan berpindah ke ruang makan.
Sedikit shock Kharis mengernyitkan dahinya dan menatap lelaki bertubuh atletis itu. Dia tidak menyangka Lewi bertindak sendiri seperti itu, tidak menanyakan lebih dulu kesediaannya. Perasaan jengkel menyeruak.
"Lewi sudah minta ijin ke mama juga. Nikmati waktu kalian, pas malam minggu kan yang penting jangan neko-neko, pulang jangan terlalu malam."
Mama Melissa datang ikut mendukung keinginan Lewi.
"Darling... jangan manyun, jelek. Udah... ikut aja, niat baik jangan ditolak."
Apaan niat baik. Kharis menarik tangan mama ke arah kamar mama yang pas bersebelahan dengan ruangan itu.
"Mama apa-apaan sih, masa aku disuruh ikut kak Lewi, dia sudah punya pacar, masa aku pergi malam malam begini dengan pacar orang..."
"Kak Lewi-mu belum punya pacar... jangan menghindar kayak orang bodoh..."
"Aku nggak bodoh, lagian mama tau apa..."
"Mama tau banyak, mama tau kamu jadi aneh akhir-akhir ini karena dia... udah... kasian dia nunggu dari tadi."
Menilik raut wajahnya, Kharis tahu mama Melissa tidak ingin dibantah. Dengan berat hati Kharis keluar kamar, menuju tempat sepatu mengambil dan mengenakan sneakers putihnya. Mama menyusul dan mengedipkan mata ke arah Lewi tanpa diketahui Kharis.
"Makasih ya Lewi... tante dibawain buah..."
"Sama-sama, tante..."
"Berangkat sekarang, Ris?"
Lewi berujar dengan wajah tersenyum lembut.
"Iya..."
Kharis menjawab pendek, bergerak ke arah pintu depan. Dia hanya pamit ke papanya, masih kesel sama mamanya. Dia mengikuti Lewi ke mobil yang sudah terparkir di depan rumahnya.
Sepanjang perjalanan Kharis hanya membisu. Emosi kembali mempermainkan hatinya dan sumbernya ada di sebelah kanannya. Sesekali dia menarik napas dan menghembuskannya mengontrol dirinya sendiri. Kalau bukan karena mamanya, dia pasti nggak mau berada di sini.
Baiklah, seperti kata mama dia tidak boleh bersikap bodoh, terus menghindar tanpa kejelasan. Mungkin malam inilah waktu yang tepat untuk menuntaskan biar jelas semuanya, ya tentang maksud Lewi yang intens mendekatinya beberapa hari ini, tentang sikapnya yang tidak mau menjadi perusak hubungan orang.
Tak tahan dalam kebisuan, Lewi pun bersuara.
"Kita cari makan ya... Ris. Kamu pengen makan apa?"
"Terserah... "
Kharis menjawab tanpa menoleh.
"Ris... kamu marah ya..."
Lama... tidak ada jawaban.
"Ris... Riris... maaf."
Kharis akhirnya menoleh.
"Berhenti... kita bicara dulu."
Lewi kemudian menepi memarkir mobilnya di sisi jalan yang terlihat lapang. Dia kemudian menggeser tubuh bersandar di pintu mobil biar leluasa memandang Kharis.
Kharis yang tidak ingin berlama-lama, tanpa memandang Lewi langsung berkata...
"Kharis marah, kakak bertindak seenaknya, Kharis tidak mau dipaksa-paksa melakukan sesuatu. Apa hak kakak mengatur Kharis..."
"Aku benar-benar minta maaf. Mungkin aku keterlaluan menurutmu seperti memaksa kamu untuk pergi bersamaku malam ini. Sejak hari selasa, kamu nggak mau baca chat aku, aku telpon kamu nggak jawab. Sorry ambil jalan seperti ini untuk bertemu kamu..."
"Kita nggak punya urusan apa-apa kan sehingga harus ketemu, Kharis juga nggak punyak kewajiban untuk menjawab chat dan telpon kakak, kita tidak terlalu dekat untuk melakukan itu. Kharis berterima kasih untuk kebaikan kakak hari selasa itu, tapi jangan jadikan alasan untuk menuntut Kharis melakukan apa yang kakak mau."
Kharis menjawab dengan suara bergetar, emosi yang sejak tadi bahkan sejak waktu-waktu yang lalu, apa yang mengganggu pikiran hati dan jiwanya keluar semua.
"Maaf jika kamu merasa seperti itu, tapi niatku hanya satu Ris, aku ingin hubungan kita menjadi lebih baik..."
"Apa maksud kakak...? Kharis menoleh...
"Aku, aku suka kamu, Ris. Aku sayang kamu..."
Suara yang sendu, dengan sorot mata yang dalam, Lewi menyatakan perasaanya.
🌝🌝🌝
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Sri Astuti
wow..dulunya silent.. tiba" bgt mendesak dan katakan sayang... oh😄
2023-07-17
0
Putri Minwa
kenapa di tolak RIS, jangan - jangan kakak itu punya niat jahat ya
2022-11-18
0
yeyeh pahriah
Sweet banget dah si Lewi.
2021-11-07
1