Ponsel Kharis berdering, panggilan dari Revy sang kakak.
📱
"Ya... kak."
Ndut, besok aku jam 12 siang dari sini, transit dulu... sampe sana jam 11 malam kayaknya.
"Kenapa ambil penerbangan malam..."
Kharis protes ke Revy.
Kan nggak bisa direct, yang connect ke sana ya jam segitu...
"Kan bisa pilih yang pagi, sore udah nyampe sini..."
Tiketnya udah confirm, Ndut...
"Iya... iya, pesanan aku jangan lupa ya..."
Udah ada... kasih tahu mama ya, bye...
Ada rindu bertemu kakaknya. Setahun ini rumah itu terasa sepi tidak ada suara keributan kakak-adik. Ya bertengkar, bercanda, saling usil. Yang paling sering terjadi adalah omelan Kharis bila kakaknya hendak keluar rumah, mandi sih iya tapi Revy cuek banget dengan penampilannya.
Kalau bicara postur tinggi dan berat proporsional. Wajah menarik dengan hidung bangir bibir sedikit tipis, plus bentuk mata yang bulat dengan alis tidak tebal tetapi bergaris tegas. Revy itu Kharis versi cowok karena wajah mereka memang mirip, hanya penampilannya yang urakan yang sering membuat Kharis ilfeel.
Rambut gondrong sering dikuncir satu di belakang dan kalau lagi aneh dikuncir di ubun-ubun seperti anak TK. Pakai sandal jepit ke mana-mana, kecuali kuliah pake sneakers tapi sudah butut dan bau.
Apalagi soal pakaian, Revy tidak membedakan pakaian mana yang masih pantas untuk digunakan di luar rumah atau bertemu orang. Pakaian untuk tidur, untuk kuliah, untuk pergi-pergi sama aja sudah butek warnanya plus melar sana-sini. Baju baru hanya dibiarkan tersusun rapi dalam lemari. Setiap kali diprotes adiknya atau mamanya selalu dijawab:
"Yang penting itu isi otaknya, bukan bungkusnya..."
Ciri khas anak Teknik kali ya...
Jadi ingat Sendra, jangan-jangan Sendra dan Revy putus karena Sendra sudah bosan dengan gayanya Revy yang jauh dari rapih apalagi modis. Mereka pacaran sejak SMA, dan Revy berubah norak parah sejak kuliah. Bertemu cowok yang stylish dan bening-bening seperti Lewi, hmm jadi goyah imannya... --oww mungkin saja--
Ponsel berdering lagi... Si kesayangan menelpon. Rajiiin banget ngecheck: sudah makan belum, lagi ngapain, mau makan apa, udah mandi, jangan telat makan, et cetera. Kharis sudah mulai hafal, pagi siang sore malam kak Lewinya rajin absen, kalau nggak chat ya telpon langsung.
Sementara dirinya seperti pasif saja menyambut semua keposesifan Lewi. Kadang risih dan suka protes karena merasa bukan anak kecil terlebih Kharis terbiasa mandiri tanpa disuruh urusan tentang dirinya pasti tepat waktu.
📱
"Hai, kakak..."
Barusan telepon dengan siapa?
Mmmm... semakin ke sini semakin posesif ya...
"Kak Revy..."
Oh... Jalan yuukk, cari makan...
"Aku baru selesai makan..."
Ya udah... temenin aku aja. Kangen, seharian nggak ketemu...
"Udah malam, kakak. G*food aja... nanti kapan-kapan kita jalan."
Lewi sudah tahu, Karis tidak bisa didebat soal-soal seperti ini, meskipun jarak cuma lima langkah doang kata lagu, gadisnya punya batas soal frekuensi bertemu. Nggak selamanya punya pacar tetanggaan itu asyik menurut Lewi, dia pengennya sering-sering berdua apalagi lagi liburan seperti ini, tapi sayang gadisnya tergolong makhluk langka. Nggak asyik terlalu sering bertemu jadi tidak merasakan gimana rindu, padahal menurut Lewi baru sejam nggak ketemu udah rindu aja.
Riris... sayang... aku kangen berat ini...
"Kakak lebay deh..."
Beneran... ketemuan ya, ya, ya... ya...
"Ya ampun kakak, manja. Udah mau 28 tahun malu sama anak TK..."
Please... sweetheart...
"Baiklah... ke sini aja, makan di rumah aku, tapi janji selesai makan langsung pulang..."
Ok...
Girang banget dan langsung otw.
Semakin sering bersama semakin ketahuan seperti apa Lewi itu. Tingkah manja Lewi tadi seperti tidak sesuai umur, padahal dengan kakaknya Revy berbeda 3 tahun, Revy baru 25 tahun, nggak pernah dia lihat bermanja-manja, usil iya, entah dengan pacar eh mantan pacar.
Hanya selang dua menit bel berbunyi Kharispun membuka pintu. Pemandangan yang langsung tertangkap mata adalah wajah yang tersenyum lebar plus tangan terentang siap memeluk...
"Eh... nggak ada peluk-peluk, ada mama papa."
"Tega..."
Wajah cemberut tapi langsung mendekat dan mencuri satu kecupan, di bibir pula. Mata Kharis yang bulat semakin bulat...
"Kakak... curang!"
Kharis memukul lengan cowok itu yang tertawa nakal.
Beriringan mereka masuk, di ruang tengah ada mama papa yang siap pergi.
"Selamat malam tante, om..."
"Malam, eh Lewi... apa kabar..."
Mama Melissa merespon, papa Didi hanya mengerling sambil memakai jaket.
"Baik tante. Mau pergi ya..."
Lewi berusaha sopan pada calon mertua.
"Iya, ke tempat praktek."
Mama menyahut tak kalah sopan. Si mama mulai jaim kayaknya, awal-awal kayak antusias mengetahui anaknya ditaksir Lewi. Sekarang mulai pasang wibawa, mungkin sungkan meski pacar anaknya tapi anak bos juga atau naluri seorang ibu yang waspada menjaga anak perempuan. --mama yang lebih tahu bukan author--
"Diantar om Didi?"
Lewi masih basa-basi.
"Iya... tante praktek yang di dekat kantor, jadi om sekalian main catur dengan satpam kantor..."
"Wah... sekali-sekali Lewi pengen coba lawan om deh, papi udah nggak mau, kalah terus..."
Ada yang sedang mengambil hati dan berhasil.
"Boleh-boleh... nanti ya kita cari waktu."
Si papa langsung semangat bertemu lawan tanding yang baru. Di wajah itu ada senyum yang jarang sekali terlihat.
Justru berbeda dengan mama Melissa yang melihat ke wajah anak gadisnya, begitu bertatapan wajah si mama berubah tegas mengisyaratkan sesuatu. Kharis mengerti, artinya jangan lupa waktu, jaga diri, jangan kebablasan, kira-kira seperti itu arti sorot mata mama Melissa. Sejak dia resmi pacaran dengan Lewi mama menjadi lebih protektif, lebih sering kasih wejangan.
"Darling, Revy udah ada kabar kapan datang?"
"Iya... barusan menelpon. Besok malam, ma... jam sebelas katanya."
"Aduuh kenapa malam-malam, anak itu...! Berarti papa mama aja yang jemput, eh kita bertiga aja, nggak boleh kamu sendirian ke airport darling..."
"Iya, ma..."
Lewi yang mendengar informasi soal Revy langsung tegang, dia belum cerita ke Kharis soal dia, Revy dan Sendra. Dia tidak tahu bagaimana sikap Revy jika bertemu dengannya sekarang, terakhir bertemu Lewi kena bogem mentah dari Revy. Bagaimana jika dia tahu Lewi malahan pacaran dengan adiknya.
"Mama pergi, hati-hati di rumah..."
Kata hati-hati itu bagi Kharis bukan basa-basi karena disertai sorot tajam mamanya.
"Kakak, ayo ke ruang makan. Sebentar ya, aku siapin makanannya."
"Iya..."
Pendek saja menjawab karena pikirannya mulai kalut. Menghadapi Revy dia berani, dan dia memang sudah berencana meminta maaf sejak dia putuskan serius meminta Kharis jadi kekasihnya. Tetapi apa reaksi Kharis jika tahu? Waktu itu saat Kharis bertanya soal Sendra dia bisa menolak menjawab untuk menghindari konflik. Dia masih ingin menikmati indahnya kebersamaan mereka yang baru terajut. Tapi Revy pulang otomatis dia tak bisa menghindar.
Lewi kemudian makan tanpa kata. Sebetulnya dia sudah tidak berselera tetapi melihat Kharis yang menyiapkan sendiri semuanya, tidak membiarkan tante Mince yang bersikeras mengatur meja karena sudah jadi tugasnya, Lewi memaksakan diri untuk makan.
Selesai makan...
"Riris... aku pengen ngomong sesuatu..."
"Eits... jangan modus, tadi udah janji sehabis makan langsung pulang..."
"Aku serius, penting..."
"Nggak, kakak... ayo..."
Kharis menarik tangan kanan Lewi dengan kedua tangannya sampai ke pintu depan. Pintu dia buka giliran kedua tangannya mendorong punggung kokoh Lewi. Setelah berada di teras Kharis berjinjit, kedua tangannya berpegang pada bahu Lewi dan secepat kilat mengecup pipi kanan Lewi, kemudian masuk sambil menahan malu menyadari sikapnya sendiri.
"Selamat malam..."
Tubuh ramping itu menghilang di balik pintu.
Lewi yang kaget dengan tindakan spontan pertama dari Kharis, tidak bisa bicara menjawab ucapan selamat malam yang jadi terasa istimewa. Rasa risau pun menguap. Sambil tertawa tanpa suara, ia memegang pipi kanannya dan berjalan ke rumahnya dengan bahagia. Unpredictable girlfriend.
.
🌨🌨🌨
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Sri Astuti
nah kan.. Lewi yg rebut Sendra.. siap" aja kena bogem lagi🤣🤣🤣
2023-07-17
0
Putri Minwa
kita saling dukung ya thor
2022-11-18
1
diky hermawanrieo
suka nih ma mamah melisa
2021-10-15
0