"Kamu pacaran dengan orang yang menghancurkan hubungan aku dengan Sendra. Dia orangnya nggak bener..."
Suara Revy semakin tinggi.
"Menghancurkan bagaimana? Apa maksud kak Revy?"
"Sendra selingkuh dengan orang itu, aku putus dengan Sendra gara-gara dia. Sekarang malah kamu sama si brengsek itu. PUTUSIN DIA, aku nggak suka kamu pacaran dengannya!!!"
Suara Revy menggelegar, mukanya memerah, marah mengingat masa lalu, marah karena orang yang dia benci jadi pacar adiknya.
"Nggak bisa begitu kak, masa langsung putusin."
"Iya putusin!!! Udah ketahuan dia orangnya seperti apa... jangan buta kamu cuma lihat fisiknya... jangan naif kamu... mau dibodohin orang."
"Kak Rev..."
"Aku nggak mau tahu ya... PU..TU..SIN!!!"
Ia mengatakan kalimat itu sambil menunjuk muka Kharis. Kemudian dia menyambar kunci mobil di atas lemari TV dan dengan langkah yang panjang segera menuju pintu luar. Kharis mengejar sambil mulai menangis...
"Kak... Kak Revy... dengar aku dulu... kak..."
Di depan teras ada Lewi berdiri, Revy mendekat ia menjadi semakin emosi melihat Lewi di situ. Revy mencengkeram kerah kemeja Lewi dengan tangan kanannya, dan jari tangan kirinya menunjuk tepat di wajah Lewi.
"Brengsek lu... tinggalin adik gua... lu mau mainin adik gua... belum cukup lu gua hajar??? Hahhh???"
"Kak Revy... jangan kak... lepasin kak..."
Dengan suara penuh tangis Kharis memegang pinggang Revy dengan kedua tangannya menarik tubuh Revy.
"Kak... demi Kharis, tolong lepasin..."
"Ma..af... Rev, ma..af..."
Terbata-bata Lewi berkata. Dia bukan tidak sanggup melepaskan dirinya, tapi dia memilih menerima perlakuan Revy. Dia punya tujuan yang lebih besar yaitu menjelaskan apa sebenarnya yang terjadi waktu lalu antara dia dengan Sendra. Jika dia melawan dia tidak akan punya kesempatan itu. Lebih dari itu ada hati yang harus dia perjuangkan di sini, ada hubungan yang masih harus dia pertahankan, hubungan yang baru dimulai.
Revy akhirnya melepaskan tangannya, melirik tajam ke arah adiknya kemudian pergi dengan mobilnya masih dengan emosi yang sama.
Kharis berjongkok menutup wajahnya dengan kedua tangannya menyembunyikan kepalanya di lututnya, suara tangisnya semakin keras.
Lewi yang melihat pemandangan itu sesaat tidak tahu harus melakukan apa. Dia sudah mempersiapkan mental untuk menghadapi Revy, tetapi untuk Kharis dia tidak siap. Sejak beberapa hari lalu dia gelisah, bingung bahkan ada perasaan takut Kharis akan tersakiti, dan itu terjadi sekarang...
Perlahan dia mendekat dan ikut berjongkok, ragu dia meletakkan tangannya di pundak yang sementara berguncang karena tangis.
"Riris... sayang... ikut aku ya...?"
Lirih dia mencoba menenangkan Kharis.
Beberapa saat kemudian Kharis mengangkat wajahnya, ada deraian airmata di sana. Seketika perasaan Lewi seperti tertusuk melihat kesedihan yang sangat nyata di wajah gadisnya. Itu ikut menyakitinya, seketika matanya memanas dan kedua ujung matanya pun basah tidak dapat ia tahan. Secepat kilat dia mengeringkan dudut matanya.
"Sayang... maafkan aku... maaf aku membuat kamu seperti ini..."
Lewi mengulurkan kedua ibu jari tangannya mencoba menghapus air mata yang memenuhi seluruh wajah cantik itu. Kharis membiarkan Lewi menyapu seluruh airmatanya. Berusaha untuk menghentikan tangisnya. Hatinya terasa sakit, baru sekarang dia melihat kemarahan kakaknya yang ditujukan kepada, sejak kecil dia tidak pernah melihat Revy seemosi itu. Dan menjadi semakin sakit karena itu berhubungan dengan Lewi.
Dengan lembut Lewi menarik lengan Kharis untuk bangkit, dan perlahan menuntun Kharis menuju mobil yang terparkir tak jauh dari situ, membuka pintu dan menunggu Kharis masuk, setelah itu dia berputar ke bagian kemudi.
Yang ada di pikiran Lewi adalah segera menenangkan Kharis yang kembali terisak ketika mobil sudah bergerak. Akhirnya dia memutuskan singgah di Kafe Bang Billy, tempat depan kompleks yang pernah mereka datangi sebelumnya.
Kafe baru saja dibuka, kemungkinan mereka pelanggan pertama. Lewi menggandeng tangan Kharis masuk berjalan beriringan, sementara Kharis menyembunyikan wajahnya di punggung Lewi. Memahami situasi gadisnya Lewi langsung menunjuk ruang atas kepada pelayan kafe yang menyambut mereka. Dia juga memberi isyarat pelayan itu untuk tidak mengikuti mereka.
Kali ini Lewi mencari tempat yang agak tersembunyi dan menuntun Kharis dengan hati-hati ke tempat itu. Kharis memilih duduk di sebuah single sofa menghindari bersitatap dengan Lewi.
"Riris, aku turun sebentar ya, mau pesan sesuatu untuk kita..."
Lewi berujar sambil mengusap pelan puncak kepala Kharis. Sementara Kharis hanya menggangguk hampir tak terlihat.
Lewi turun dan memesan makanan ringan karena belum waktunya makan siang, serta dua buah es jeruk. Dia juga membooking seluruh tempat di area atas karena dia membutuhkan privasi saat berbicara dengan Kharis nanti.
Kembali ke atas, duduk di kursi yang lain di samping Kharis, Lewi tak melepaskan pandangannya ke wajah Kharis yang tertunduk.
Melihat tangan Kharis mengusap airmata Lewi tak tahan lagi, dia berjongkok di depan gadis itu dan meraih pundaknya dan mendekap sambil berulang-ulang membisikkan kata maafnya.
"Maaf ya... maafkan aku..."
Kharis menarik tubuhnya sekilas menatap Lewi kemudian berkata...
"Apa sebenarnya yang terjadi, kenapa kak Revy begitu marahnya... kasih tahu aku."
Lewi menarik nafas, duduk kembali di kursinya.
"Baik... aku cerita... Aku kenal Sendra saat acara Pisah-Sambut papi dan om Tino, malam hari setelah serah terima jabatan. Ketemu saat aku cari toilet dan dia yang menunjukkan. Aku sempat dikenalkan om Tino dengan Revy juga dan beberapa anak lain."
"Saat itu Sendra meminta no hp aku. Singkatnya dia sering menelpon atau kirim pesan. Aku belum punya teman jadi sering bareng dia selama liburan itu. Aku nggak tahu dia pacarnya Revy karena dia juga ngomong dia single..."
"Kesalahan aku, seperti yang kamu bilang, aku tidak menjaga sikapku saat jalan bersama seorang gadis. Ya pegang tangan, merangkul atau pelukan biasa saja buat aku. Dan Sendra termasuk agresif, kami... kami sering ciuman... ya biasanya dia yang mulai. Dan suatu saat kepergok Revy saat ciuman. Aku baru tahu saat itu ternyata mereka pacaran."
"Sejak itu aku menghindari dan tidak meladeni Sendra tapi dia tetap ngejar aku sampai sekarang. Aku sudah tegasin ke dia aku tidak pernah suka dia, dan kami tidak ada hubungan..."
"Aku pernah meminta maaf pada Revy waktu itu... tapi dia menolak..."
Kharis mencoba mencerna cerita Lewi. Dan dia paham kenapa kakaknya begitu marah dan nampaknya kemarahan itu belum surut sekalipun sudah lebih dari setahun. Hubungannya dengan Sendra bukan hanya sebentar dan hancur karena seorang Lewi. Bahkan kemarahan itu jusru semakin bertambah karena hubungan Lewi dan Kharis.
Kharis gamang... di satu sisi dia bisa mengerti sikap kakaknya tetapi dia sedih kakaknya itu meminta dia putus dengan Lewi. Di sisi lain dia sayang Lewi tidak ingin melepaskan cinta pertamanya, tapi dia juga marah karena Lewi punya kesalahan di sini...
Apa yang harus dia lakukan...
.
🌪🌪🌪
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Ayu galih wulandari
Lanjuuut kak...mkc sdh up
2024-03-02
0
Rini Marlin
cowok gmpngan,,,
mnding type yg cool,,,
gk suka tpi sosir mnyosor,,,
2023-08-28
0
Putri Minwa
yang paling penting, Lewi harus banyak sabar ya
2022-11-27
0