Kharis baru saja mengumpulkan kertas jawaban ujian mata kuliah terakhir. Ini juga hari terakhir UAS. Lega rasanya karena merasa telah mengusahakan yang paling baik, telah belajar mati-matian, semoga hasilnya baik pula.
Dengan wajah tenang Kharis keluar dari ruangan dan tak lupa memberi kode ke arah Queen bahwa dia akan menunggu di luar. Kharis menuruni beberapa anak tangga dan duduk di salah satu bangku beton di selasar bangunan FISIP itu, menunggu tiga sahabatnya menyelesaikan ujian.
Sambil menunggu ia membuka aplikasi chat hijau, melihat pesan di grup angkatannya, tadi sepintas dia membaca bahwa limit akhir pemasukkan tugas ditambah yaitu sampai hari senin, dia pengen tahu mata kuliah apa saja itu.
Ternyata ada tiga mata kuliah, wahh... dia masih punya kesempatan ternyata. Senyum di wajahnya langsung mengembang, sungguh sebuah kebaikan yang patut disyukuri, dia pengen mencium tangan bu dosen dan pak dosen pengampu yang baik hati tersebut. Tidak menunggu lama Queen dan Delanno muncul masing-masing dengan ekspresi yang berbeda.
"Gimana... bisa ngejawab kan?"
"Bisa dong, nggak tau ni cowok..."
Queen menjawab sambil mengangkat dagu ke arah Lanno.
"Nggak yakin sih... asal jangan patah aja,"
Lanno menjawab pasrah. Patah itu istilah anak-anak sini untuk nilai E alias tidak lulus.
"Ya udah, masukkan tugas, kan masih bisa sampai hari senin, biar nilainya keangkat," Kharis sambil senyum.
"Tugas untuk mata kuliahnya Pak Martin nggak bisa lagi ya, Queen," lanjut Kharis.
"Coba aja, siapa tahu hatinya lagi seluas samudra, penuh kasih dan kemurahan, hehehe..."
"Nggak mungkin sih... dosen killer itu gak kenal kata toleransi. Tapi coba buat aja kali ya..."
"Iya... hati orang siapa yang tau. siapa tau dia luluh waktu lihat wajah kamu..." Queen senyum jahil.
"Ya udah... ayo makan siang, di kantin tante Lis aja ya..."
Kharis menarik tangan Queen dan berjalan ke arah kantin yang ada di belakang bangunan baru seberang jalan.
"Aku pengen makan di Ichiban, Khar... Semalam udah menghayal abis ujian mau makan sampe puas..." Lanno menyusul.
"Simpan dulu keinginan itu, kalau ke Mall kita bisa lupa waktu, selesaikan tugas dulu... ok?"
"Ayolah, Khar... Lucas udah setuju juga," Lanno coba membujuk Kharis."
"Nanti aja Lanno. Wa ke Lucas kita tunggu dia di kantin," pungkas Kharis.
Lanno cemberut tapi tidak membantah, dia tahu Kharis teguh banget kalau menyangkut kuliah.
*****
Kharis memarkir Y*ris silver yang sekarang menjadi tunggangannya ke mana-mana. Di garasi sudah terparkir mobil papa mama. Papa Didi setiap hari jumat sering pulang lebih awal, tapi kalau mama Melissa tumben sudah di rumah jam segini. Kharis memilih parkir di tepi jalan, mengambil tasnya kemudian bergerak turun. Ekor matanya menangkap sebuah mobil putih parkir tepat dibelakang mobilnya.
"*K*ak Lewi."
"Kharis... hai. Baru pulang?"
Punya kebiasaan baru dia, hmm... patut dipertanyakan!!!
"Iya, kak... Kharis masuk ya..."
Kharis ngin cepat-cepat berlalu. Kharis melempar sedikit senyum dan memutar arah tubuhnya.
"Ris... Riris..."
Eh... ada apa ini, sembarangan mengubah nama orang. Kharis batal melanjutkan langkah. Terkejut dengan sebuah fenomena baru dalam interaksi mereka. Tapi hatinya sudah terkontrol dengan baik, kerja otak memang sungguh menakjubkan; kumpulan fakta masa lalu plus pikiran logis tentang masa depan menjadi stimulus yang baik bagi emosi jiwa, tidak ada getar-getar aneh lagi, bener, serius!!
"Iya..."
Pendek dan kaku menjawab dan memberanikan diri menatap Lewi, agak lama... rekor baru biasanya dia tak mampu bertatapan dengan Lewi, paling-paling dua second.
"Emm..."
Lewi salah tingkah menerima tatapan Kharis. Dunia terbalik sekarang kayaknya, yang kuat yang menang. Kali ini hati Kharis sedang full power menolak pesona lelaki di depannya. Sementara lelaki itu siapa yang tahu apa yang ada di hatinya, dan mengapa mendadak ia kehilangan kata.
Akhirnya setelah jedah...
"Nanti sore anak-anak kumpul di sekretariat ada pembicaraan untuk baksos lagi, datang ya..."
"Kharis nggak bisa, banyak tugas kuliah deadlinenya hari senin. Lain kali deh..."
"Kamu keluar dari wa group, aku invite lagi ya, nomor belum diganti kan?"
Lewi mengambil hp di saku kiri celananya Lewi senyum, manis sekali. Oemji... kalau saja itu terjadi berbulan-bulan yang lalu Kharis pasti sudah terangkat terbang ke langit kamarnya.
In this present time, Kharis ada di luar kamar, di depan rumah, yang ada pohon mangga mini karena cangkokan milik tetangga depan, gak mungkin terbang ke atasnya. --Lebay kan--
"Iya invite aja, Kharis buru-buru. Mari kak..."
Tegas dan datar, langsung melangkah tak perlu melambaikan tangan atau menoleh lagi, memang dia siapa dia, lagi pula hati jangan diberi kesempatan untuk berkhianat.
Sepertinya dia berubah, apa dan mengapa Kharis tidak tergoda untuk penasaran haha... karena dia juga sudah berubah. Hmm benarkah??
***
Keluar dari kamar mandi setelah membersihkan tubuhnya yang gerah dari kampus, telinga Kharis mendengar bunyi notifikasi pesan berdenting. Kharis meraih hpnya di atas kasur, membuka aplikasi pesan itu, ada puluhan pesan di group, langsung diinvite ternyata.
Ada juga chat dari nomor yang dia hafal, nomor yang tidak dia simpan tapi melekat di memori, ada angka 2 di bulatan hijau. Kharis meletakkan hp di kasur, hati kecilnya penasaran tapi logikanya memilih mengabaikan chat dari Lewi.
Sekarang dia fokus pada tugas-tugasnya. Ada banyak ide telah berputar-putar di kepalanya saat mandi tadi, dan harus segera ia tuangkan ke laptop sebelum buyar. Ia kemudian duduk di depan meja dan mengeluarkan laptop dari tas, siap tempur untuk beberapa hari ke depan, tekadnya bulat untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Semangaaaat.
Ada ketukan di pintu, ceklek, mama Melissa masuk sudah dengan pakaian kebesarannya di rumah, daster bunga-bunga, kali ini tanpa lengan.
"Sudah pulang... kok mama nggak lihat kamu masuk..."
"Mama asyik nonton tv, salam aku nggak dijawab."
"Lagi apa..."
"Mau kerjain tugas... mama sexy deh," Kharis menggoda sang mama.
"Hush... anak kecil dilarang punya kata itu."
"Aku udah gede kali Ma, udah bisa produksi bayi malah..."
"Eh ngomong apa kamu, lulus kuliah dulu kerja dulu, punya pacar terus menikah, baru boleh. Mama nggak suka ya kamu bergaul bebas, nggak boleh free sex. Jangan meniru teman-teman kamu yang nggak bermoral, nggak ada etikanya. Ada aturannya, darling... hidup masa muda harus dijaga dengan baik. Mama sudah sering kasih tahu kan, apa yang boleh dan tidak boleh, anak gadis mama harus tahu menjaga diri..."
Mama Melissa memang selalu kasih 'ceramah' soal moral dan akhlak, tapi Kharis tetap hormat dan sayang, tidak mengeluh meskipun kadang 'ceramahnya' panjang banget. Kharis justru bersyukur karena sesibuk-sibuk mamanya, ia merasa tidak diabaikan. Mama Melissa memang the best, banyak cinta untuk mama.
"Jangan kuatir, Ma... aku tahu kok."
"Kamu belum cerita ke mama, kenapa kemaren itu kamu murung, lesu, nggak bersemangat. Hasil lab kamu bagus, normal semua berarti kamu sehat..."
"Nggak ada apa-apa, Ma. Siklus hidup aku kali lagi seperti itu..."
"Apa ada hubungannya dengan menantu masa depan mama?"
Mulai ada nada interogasi.
"Apaan... aku belum mikirin cowok, ihh mama... udah mama keluar aja, mama mengganggu konsentrasi aku."
Kharis menarik kedua tangan mamanya dan mendorong lembut tubuh setinggi dirinya yang masih terjaga bentuknya ke arah pintu. Mama Melissa tertawa tapi tidak menolak tindakan anaknya tersebut.
Pintu terbuka lagi... hanya bagian kepala yang terlihat, dengan senyum menggoda mamanya ngomong...
"Pasti ada hubungan sama Lewi Andrean, kan?"
Haaaah???
"Tadi mama ngobrol dengannya..."
Ceglek, pintu tertutup rapat, tapi mulut Kharis terbuka mendengar kesimpulan mamanya. Ihh mereka ngobrol tentang apa sih....
👩⚕️👩⚕️👩⚕️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Sri Astuti
wah..apa itu... ayo deadline tugas lbh penting Kharis
2023-07-17
0
Putri Minwa
teganya mempermainkan perasaan
2022-11-10
0
diky hermawanrieo
mungkin sebenarnya lewi tw klo kharis merhatiin dy
2021-10-14
0