"Maaf jika kamu merasa seperti itu, tapi niatku hanya satu Ris, aku ingin hubungan kita menjadi lebih baik..."
"Apa maksud kakak...? Kharis menoleh.
"Aku, aku suka kamu, Ris. Aku sayang kamu..."
Suara yang sendu, dengan sorot mata yang dalam, Lewi menyatakan perasaannya.
"Aku sayang kamu..."
Lewi mengulangi tanpa melepaskan pandangannya. Sejenak mereka berdua terkunci dalam pandangan yang penuh arti, ingin mengungkapkan dan menyelami rasa masing-masing.
Kharis tidak terkejut dengan apa yang dia dengar. Sejak melihat perubahan sikap Lewi, matanya juga turut menangkap sorot berbeda saat mereka bertatapan. Meskipun tidak pernah berhubungan dekat dengan lawan jenis, dia bukan cewek polos yang tidak bisa memahami itu. Dia menarik tatapannya beralih menatap lurus ke depan.
"Kakak jangan pernah permainkan perasaan seseorang..."
"Aku bersungguh-sungguh, tidak ada niat mempermainkan kamu..."
"Bukan Kharis... tapi pacar kakak."
"Siapa... aku tidak punya pacar."
Kharis melirik dan sempat menangkap kernyitan di dahi.
"Laki-laki ya suka nggak ngaku punya pacar, suka obral perasaan sayang. Udah mesra-mesraan bilang bukan pacar. Mama juga bilang kalau kak Lewi nggak punya pacar, mungkin waktu mereka ngobrol Lewi mengakunya seperti itu. Apa dia bohong juga ke mama...?"
"Peggy... kakak mau kemanain..."
"Aku tidak pernah pacaran dengannya, kata siapa Peggy pacar aku..."
"Ya Peggy lah... Kharis juga lihat sendiri, kalian berdua suka mesra di depan Kharis..."
Beberapa kali, bukan hanya sekali Kharis harus menyingkir atau pura-pura tidak melihat ketika mereka ketawa berdua, pegangan tangan, makan semeja di restoran, berdua di mobil, masa nggak pacaran? Apa definisi pacar dong menurut Lewi. Banyak tanya muncul di pikirannya, tapi Kharis malas untuk menyampaikan. Dia kembali melihat ke sisi jendela.
Lewi tak berusaha menyanggah apa yang Kharis sampaikan, dia tidak tahu seperti apa mesra yang disebutkan Kharis itu, baginya yang penting sekarang adalah membuat Kharis tahu isi hati dan kerinduannya.
Dia tak ingin menunggu lagi untuk mendapatkan hati gadis manis ini yang telah mencuri hatinya sejak pertama melihat seorang gadis duduk di atas Matic putih sedang mengenakan helmnya, saat dia tahu gadis yang sama suka mengintip di balik jendela saat dia memainkan basketnya.
"Riris, lihat aku......"
Lewi sedikit menegakkan tubuhnya yang tadi bersandar di pintu dan meletakkan tangan kanannya di setir mobil, tubuhnya masih miring menghadap Kharis. Dia menunggu Kharis menatapnya. Karena Kharis tidak juga berpaling dari kaca jendela, tangan kirinya mencengkeram lembut lengan kanan Kharis mencoba menarik perhatian Kharis... dan gadis itu akhirnya menoleh.
"Peggy bukan pacar aku, tidak pernah ada hubungan itu, kamu boleh memastikan sendiri padanya, kami hanya teman..."
"Tapi... kalian sering..."
"Tidak, Riris. Aku tidak pernah tertarik pada Peggy, tidak pernah punya rasa apapun dan tidak pernah menyatakan apapun. Soal dia punya perasaan padaku itu urusan dia."
Lewi menarik pelan tangan kurus itu dan kemudian menggenggam hangat dengan kedua tangannya seperti mau menyalurkan seluruh rasa yang ada di hatinya mencoba meyakinkan gadis di hadapannya ini tentang kesungguhannya.
"Aku hanya suka kamu, Meylia Kharis Angela... aku sayang kamu sejak lama..."
Kharis tergugu... tak mampu berucap apapun. Pernyataan indah pertama dalam hidupnya keluar dari mulut seseorang yang juga dia suka, si tetangga tampan yang telah merebut tempat di sanubarinya. Ada debar dan rasa hangat yang bersamaan menjalar memenuhi dadanya.
"Ris... mau jadi kekasih aku..."
Suara Lewi sedikit bergetar juga penuh harap.
"Kharis... nggak yakin kak..."
Suara Kharis sama bergetarnya, menahan gejolak di dada yang semakin membuncah.
"Kenapa, Ris... apa yang membuat kamu tidak yakin..."
"Kharis nggak tau..."
Lirih, Kharis memalingkan muka dan berusaha melepaskan tangannya. Tapi Lewi tetap menahan tangan mungilnya. Justru dia membawa tangan mungil itu ke dadanya, dan menempelkan telapak tangan itu dan menutup dengan dua tangannya yang besar. Detak jantung Lewi terasa getarnya di telapak tangan Kharis.
"Riris... sudah lama aku simpan perasaan ini, tetapi sekarang aku ingin menunjukkan bahwa hanya kamu satu-satunya wanita di sini... di hatiku. Mau ya... menjalani hari-hari ke depan bersamaku..."
"Kalau memang suka, kenapa selama ini bersikap acuh, seolah nggak kenal..."
Pelan Kharis menjawab.
"Aku punya alasan untuk sikapku... maaf ya. Nanti aku cerita. Sekarang jawab dulu..."
Kembali Kharis fokus ke mata Lewi, dalam remang cahaya lampu jalan yang tembus ke dalam mobil, Kharis masih bisa menemukan binar cinta dari mata hitam legam itu.
Entah kapan gejolak di hatinya berganti perasaan nyaman dan bahagia, terlebih saat tahu ternyata Lewi juga suka padanya bahkan sejak lama, mungkin sejak mereka sering bersama dalam kegiatan-kegiatan baksos, ia ingin menanyakan nanti, sekarang keinginan yang mendominasi hati dan pikirannya adalah menyambut tawaran cinta Lewi. Dia kemudian meyakinkan hatinya.
"Iya..."
Menjawab dengan malu, Kharis segera memalingkan mukanya yang mungkin sudah memerah.
"Riris... jawab lagi sambil lihat aku."
"Apaan, kak... udah dijawab kan... Ayo jalan lagi, aku lapar..."
Kharis menarik tangannya. Lewi tertawa sambil mengusap puncak kepala gadis yang baru saja resmi jadi miliknya.
"Jadi... ini date kita yang pertama ya..."
Dengan senyum sumringah, Lewi kemudian melajukan kembali J*zznya. Perjalanan cinta mereka baru dimulai...
***
Kharis baru selesai membersihkan diri, mengganti baju dengan celana piyama dan kaos longgar. Dia merebahkan dirinya di tempat tidur. Melintas moment beberapa waktu sebelumnya. Senyum menghias wajahnya. Tak pernah membayangkan sebelumnya akan sampai ke tahap ini, menjadi kekasih seseorang, tetangganya sendiri. Rasanya belum pernah dia sebahagia sekarang.
Kharis jadi ingat sepenggal lirik lagu yang sering dia dengar setiap lewat pos penjagaan di portal ujung jalan depan, lagu apa ya, pacarku memang dekat, lima langkah dari rumah, tidak usah di telpon, nggak pake SMSan....
Dan bunyi ponselnya terdengar, nama yang muncul... astaga, tetangga yang ini tidak termasuk rupanya, baru sejam berpisah udah telpon aja, panggilan video lagi.
"Iya, kak..."
Kharis sedikit bersembunyi di balik gulingnya. Dia sengaja menarik gulingnya tadi, belum terbiasa dengan perlakuan yang lebih intim seperti saat ini, berhadapan muka meski lewat layar hp. Tawa di seberang terdengar.
"Kenapa mukanya ditutup, geser gulingnya...,"
"Nggak apa-apa... udah siap tidur."
"Udah ngantuk, sayang..."
Wuiiih, gerak cepat dia, langsung merubah panggilan.
"Iya..."
Lagi-lagi menjawab pendek, semakin grogi mendengar Lewi memanggilnya sayang. Semua yang judulnya pertama memang bikin grogi.
"Udah ya..."
"Tunggu... aku pengen lihat seluruh wajah kamu sebelum tidur..."
"Selamat malam."
Kharis mengangkat ponselnya menunjukkan wajahnya, melambai dan segera mematikan telpon tanpa menunggu jawaban kekasihnya sejak beberapa jam lalu.
Sementara di sebuah kamar di rumah sebelah, Lewi tertawa gemas mendapatkan reaksi imut Kharis. Kenapa tidak dari dulu aja dia mengejar gadis itu... memegang dadanya....
"Ternyata sebahagia ini memiliki dia di sini..."
🏀🏀🏀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Sri Astuti
cuma batasan pagar itu🤣🤣🤣
2023-07-17
0
Putri Minwa
mantap thor lanjut
2022-11-18
0
Miah Restiana
pacar 5.langkah ya thor.. semangat
2021-11-01
1