Malam yang indah di temani suara tadarus dari toa-toa masjid.
Hal yang lumrah di dengar di bulan yang penuh keberkahan ini, Solah turut menghiasi semaraknya bulan suci ramadhan.
Di langit? rembulan muncul separuh, dengan bintang yang turut gemerlapan di sekitarnya.
Menyapa genit para penduduk bantala yang tengah melewati malam mereka. seolah menunjukkan bahwa di langit tidak hanya sang rembulan saja yang indah namun mereka juga.
Sang Maha Pencipta benar-benar luar biasa dengan segala ke Agung-Nya, memberikan hiasan langit yang begitu enak di pandang.
Sehingga langit gelap pun tetap sayang untuk kita lewati begitu saja, sebagai cahaya syahdu bagi para umat manusia.
Hal yang syahdu ini turut dirasakan sepasang kekasih halal yang tengah merebahkan tubuhnya bersebelahan di atas ranjang.
Seraya membaca buku Hadist masa kecil milik Faqih.
Hanya bedanya, mungkin dulu Faqih akan dengan sangat pelitnya menjauhi buku itu dari pandangan Nuha dan melarang Nuha untuk turut membacanya. Sementara saat ini, ia malah justru membebaskan Nuha membuka-buka buku itu dengan sesekali terkekeh saat mengingat tampang sinis Faqih yang melarang Nuha membacanya.
Dengan lengan di jadikan bantalan, Faqih tak henti-hentinya menempelkan hidung dan bibirnya di pangkal Kepala sang istri, serta tangan satunya melingkar di Perut Nuha.
"A'a penyimpan barang yang baik ya, padahal waktu itu aku juga punya buku ini tapi tidak tahu sudah di mana, bahkan sudah hancur gara-gara rebutan dengan kak Rumi." Tutur Nuha. Faqih pun hanya tersenyum, karena sebenarnya buku itu juga sempat tak terurus, bertumpuk dengan buku-buku lawas lainnya. Namun setelah pertemuannya lagi dengan Nuha di rumah Tafiz, buku itu seolah nampak kembali di tumpukan buku yang hendak ia sumbangkan. Dan akhirnya ia membawanya keluar dari gudang saat mengingat gadis kecil menyebalkan itu. Serta menyimpannya di kamar.
"Oh... Iya, besok Umma sama Abi pulang kan?"
"Iya."
"Emmmm, kalau begitu Nuha besok ingin ke fresh market ya belanja bahan makanan."
"Boleh... Mau jam berapa? A'a temani."
"Sehabis Zuhur ya."
"Iya," jawab Faqih kemudian.
"Hmmmm, Umma sama Abi suka masakan apa?"
"Apa saja sih kalau Umma mah, sama halnya dengan Abi, yang penting ada rempeyek. Kalau A'a suka rendang ayam jangan lupa bawang gorengnya juga." Tutur A' Faqih seolah memberikan kode pada Nuha.
"Hehe, Nuha tidak tanya makanan kesukaan A'a tuh."
"Makanya A'a kasih tahu. Kali saja kamu mau tahu juga, tapi malu bertanya." Faqih kembali menciumi pipi Nuha dengan gemasnya, membuat gadis itu terkekeh.
Hingga berujung pada kedua pasangan mata yang saling menatap.
Nuha melihat bibir itu mulai tersenyum kepadanya.
"Neng, masih takut dengan A'a?" Tanya Faqih. Gadis itu pun menggeleng pelan, seolah masih betah melihat wajah tampan A' Faqih. Tangan Nuha pun terangkat Menyentuh wajah itu.
'subhanallah... Suami ku ini ternyata benar-benar tampan. Pantas saja banyak yang mengangumi beliau, kenapa selama ini aku tak menyadari itu.' Nuha menggeleng cepat ia melepaskan tangannya yang langsung di tahan A' Faqih.
"Pegang saja, A'a suka." Titahnya, Nuha pun tersenyum.
"A'a, Nuha boleh bertanya? Sebenarnya apa yang A'a lihat dari Nuha? Sementara Nuha bukan gadis yang santun, dan berpenampilan menarik." Nuha sudah sangat penasaran dengan itu. Kerena kenapa bisa pria yang lebih sering memperlihatkan sisi pendiamnya dan lebih ke hal menyebalkan namun tiba-tiba melamar dan menikahinya, sementara gadis-gadis cantik di rumah Tafiz pun ada banyak yang lebih darinya.
Memang dasar Nuha, yang sama sekali belum memahami. Bahwa sikap jail Faqih selama ini adalah caranya mencari perhatian. Dia pun menunggu Faqih yang masih terdiam untuk menjawab.
"A'a?"
"Iya... Untuk itu A'a pun tidak bisa menjawabnya. Karena hati A'a yang memilih mu." Faqih mengecup pipi Nuha, "selama ini A'a hanya senang dan tersenyum saat melihat neng tengah bersenda gurau dengan teman sesama ustadzah atau mungkin dengan anak didik mu. A'a mengagumi neng saat itu juga."
Nuha tersipu. "Kagum?"
"Iya, mengangumi mu. Wanita yang ku buat kesal saat di rumah Tafiz, namun selalu ku sebut namanya dalam doa, dengan menaruh harap agar gadis pecicilan ini menjadi jodoh ku." Faqih menarik hidung Nuha. "Sudah lah, A'a hanya bicara omong kosong abaikan saja." Ucapnya kemudian merasa malu sendiri dengan kata-katanya itu.
Nuha pun tersenyum. Lalu perlahan memberanikan diri untuk mengecup pipi sang suami dengan malu-malu, yang saat itu pula membuat Faqih mematung. Lalu memeluk tubuh Nuha dengan erat.
"sudah berani mencium A'a nih ceritanya... Senangnya." Ledek A' Faqih senang. Nuha pun tersipu, lalu membalas pelukan A' Faqih.
"Sayang A' Faqih." Gumamnya sangat lirih yang sudah mulai merasakan berdebar-debar.
namun sialnya, ucapan Nuha masih di dengar A' Faqih yang langsung melepaskan pelukannya itu.
"Bilang apa tadi? Coba ucapkan lagi."
"Eng... Nggak, A'a pasti salah dengar."
"Salah dengar bagaimana? Jelas-jelas neng menyebut nama A'a tadi." Menciumi ceruk leher Nuha.
"Hehe, itu.. bukan... Aaaaa." Gadis itu tergelak merasa geli, sama halnya dengan Faqih yang juga turut tertawa. Hingga Senda gurau itu pun berakhir pada aktivitas intim mereka.
***
Di siang harinya...
Ketika hari sudah berganti, sepasang pengantin baru itu tengah berbelanja.
Keduanya sedang berada di stand para daging.
Nuha meraih dua bungkus ayam potong itu lalu menunjukkannya kepada Faqih yang tengah memegangi troli.
"Berapa ya A', Dua cukup?" Tanya Nuha.
"Iya," jawabnya singkat seraya meraih ayam potong dari tangan Nuha lalu meletakkannya ke dalam troli.
"Apa lagi ya? Sayuran sudah, ayam sudah, bahan-bahan makanan lainnya sudah. Buah, ciki." Nuha masih seperti anak kecil yang gemar makan Snack. Dan di troli itu lumayan banyak Snack kemasan kesukaannya, termaksud permen jelly. "Aaahhh, santan." Ucapnya semangat.
Faqih pun tersenyum seraya mengusap pangkal kepala Nuha gemas. Lalu melangkah lah ke-duanya menuju rak santan kemasan.
Yang saat itu pula mereka berpapasan dengan ibu Siti dan Zahra.
Gadis Soleha berpenampilan menarik itu langsung mematung saat melihat Faqih dan Nuha sedang berbelanja bersama.
"MashaAllah Nuha, Faqih." Ummu Hanifah berseru seraya mendekat lalu memeluk Nuha. "Barakallah ketemu pengantin baru di sini."
"Hehehe, Ummu Hani apa kabar?" Nuha membalas pelukannya hangat, iya Ummu Hanifah adalah sapaan Nuha pada beliau yang artinya ibunya Hanifah, karena Hani itu anak nomor empat ibu Siti dan pak Huda, yang sedikit dekat juga dengan Nuha.
"Alhamdulillah sayang, baik... Umma kalian bagaimana? Apa kabar? Lama tidak jumpa."
"Alhamdulillah baik Ummu Hani." Tersenyum ceria.
Sementara di sebelah Ummu Hanifah, ada Zahra yang masih menatap kearah pria yang tengah tersenyum tipis pada Nuha dan Ummu Hanifah itu. Dan sesaat Faqih menoleh, membuat Zahra langsung menelungkup kan kedua telapak tangannya di depan dada, menyapa Faqih dengan salamnya yang lembut itu seraya tersenyum.
Dan Faqih pun hanya membalas senyumnya singkat lalu mengangguk sekali, setelah itu langsung beralih Padang lagi pada Nuha.
"Kak Zahra apa kabar?" Nuha mengulurkan tangannya kepada Zahra, seketika gadis itu langsung tersadar karena pandangannya yang terus terarah kepada Faqih. Ia pun beristighfar lalu tersenyum dan menjabat tangan Nuha serta memeluknya.
"Alhamdulillah baik dek. selamat untuk mu ya, maaf kak Zahra tidak bisa menghadiri pernikahan mu." Tutur Zahra.
"Tidak apa-apa Kak, doanya saja," Jawab Nuha.
'ya Allah, beruntungnya kau Nuha. Bisa di cintai A' Faqih.' batin Zahra masih dalam posisi memeluk Nuha, gadis itu seolah ingin menangis.
Karena ada rasa tidak ikhlas saat tahu pria yang ia kagumi dalam diamnya menikahi Nuha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏
wah ternyata Zahra diam2 menyukai Faqih yaa,
2023-01-03
0
Jeny Juwan Alfa
emang klu novel bagus itu meskipun di baca ulang tetep aja seru🥰👍
2022-10-07
0
ko aku agak sdikit curiga ya tp aku gmau suudzon dlu ya guys
tp menurutku si zahra kyaknya suka deh sm faqih
2022-10-03
0