Waktu

Langit mulai mengulum senja.

memukau para insan dengan segala deburan ombak yang berpadu dengan nuansa biru dan jingga yang cantik.

Di teras rumah, Nuha menatap langit senja itu dengan sendu.

Semua itu seperti masa kanak-kanak, dipandang dengan takjub bukan hanya karena indah, tetapi karena cepat berlalu.

Sama seperti dirinya, andaikata bisa menghentikan waktu. Ia tetap ingin menjadi seorang anak-anak agar bisa tetap bersama orang tua dan saudara kembarnya.

Ia pun mengusap air matanya, kini pandangannya tertuju pada mobil yang berada di depan.

Terlihat Faqih tengah memasukan koper Nuha ke dalam mobil itu. Di temani sang Abi dan juga kak Rumi sembari mengajaknya mengobrol.

Sepertinya hatinya kembali galau. Ia masih belum mau meninggalkan rumah ini.

Tempat dimana dia belajar bicara, belajar merangkak, belajar berdiri. Dan semuanya.

Pandangan Nuha pun berkelana, memburu setiap sudut taman yang tertata rapi karena Abinya memang suka berkebun.

Tempatnya berlarian kesana-kemari sejak kecil bersama saudara kembarnya, bermain sepeda, hingga bermain gelembung sabun, atau mungkin piknik sederhana, bersama Abi dan Umma.

"Sudah neng, Mau jalan sekarang?" A' Faqih menawarkan. Air mata Nuha kembali menetes. Saat bibir itu harus tersenyum, lalu menoleh ke arah Ummanya yang kini turut menangis.

"Umma, Dede pamit ya. Dede harus ikut suami Dede." Ucap Nuha seperti berat saja mengatakan itu. Sementara sang ibu hanya memeluk.

"Pokoknya, Dede harus sering-sering ke rumah ini loh." Isak Rahma seraya membelai lembut pangkal kepala Nuha yang tertutup kain hijannya. Gadis itu pun mengangguk lalu mengecup pundak Umma Rahma seraya mempererat pelukannya.

Kini Abi Irsyad mendekati Nuha dan turut memeluk keduanya.

Terlihat suasana yang benar-benar membuat Faqih merasa kasian terhadap istrinya.

Mungkinkah keputusan menikahi Nuha sudah membuat gadis itu seolah seperti terenggut segala-galanya? Ia pun menghela nafas.

Hingga saat Rumi menepuk pundaknya Sehingga membuatnya menoleh. Dan setelahnya Rumi mengajaknya berpelukan.

"Titip Dede ya A'.... sayangi dan bahagiakan dia."

"Iya... Akan ku usahakan. Untuk melindungi dan membahagiakan Nuha." Tersenyum. Rumi pun sama.

Setelah itu Rumi mendekati Nuha lalu memeluknya.

"Hiks kak Rumi. Dede pergi ya." Membalas pelukan Rumi.

"Iya dek. Jadi istri yang baik ya, kakak juga pamit, besok kakak balik ke Bandung soalnya."

"Iya kak Rumi, hati-hati juga untuk kak Rumi." Melepas pelukannya. Lalu berjalan masuk kedalam mobil milik ustadz Rahmat yang sengaja di tinggal beliau untuk kendaraan Faqih saat membawa Nuha pulang ke kediamannya.

Setelah bersalaman dan mengucap salam Faqih pun masuk kedalam kemudinya, dan mobil pun melaju keluar dari pelataran itu. Menyisakan tiga orang yang hanya diam mengamati sampai mobil itu menghilang di balik pagar.

Rahma yang di sana menghela nafas, lalu menoleh ke arah Rumi. "Anak Umma, satu di bawa suaminya. Tinggal Rumi."

Rumi pun terkekeh. Lalu memeluk Ummanya. "Rumi mau jagain Umma dulu, sama Abi lah."

"Apaan, kamu saja di Bandung kok. Umma sepi sendirian ini." Merengek.

"Ya... Kan Rumi sering balik Umma. Hehehe. Sayang Umma..." Mengecup kening Ummanya.

"Huhuhu, jangan buru-buru nikah kamu ya, pokoknya lulus harus di Jakarta lagi."

"Nggak janji juga Umma, kan jodoh kita nggak ada yang tahu."

"Hiks, masa mau ninggalin Umma semua sih." Rahma semakin mempererat pelukannya kepada sang anak. Sehingga membuat Rumi terkekeh.

Ustadz Irsyad pun geleng-geleng kepala seraya tersenyum kecut, beliau hanya masuk tanpa berucap apapun. Seperti separuh hatinya pergi, beliau memutuskan untuk menyendiri di tempat solat. Melakukan solat sunnah lalu berzikir di sana.

Benar... Sebagian besar dari seorang ayah yang anaknya menikah pasti akan menjadi hari patah hatinya.

Namun itulah kehidupan, yang ada di hadapan kita adalah sebuah titipan yang mungkin akan bisa berpindah tangan atau mungkin kembali pada sang pemiliknya.

Saat ini anak-anak kita masih kecil, masih berlarian. Bahkan kita pun membiarkan dia dengan kesibukan kita sendiri. Tanpa menyadari waktu terus berlalu, hingga tiba saatnya anak-anak kita menjadi milik pasangan mereka, dan meninggalkan kita. Selaku cinta pertamanya.

Ustadz Irsyad menyeka air matanya, bibirnya semakin bergetar menahan tangis seraya mengucap zikir mengikuti laju butiran tasbih di tangannya.

Bahkan satu tangannya pun Menyentuh bagian dadanya, mengingat bahwa dia benar-benar sangat mencintai gadis kecilnya itu. Yang masih sama tidak berubah, seperti Nuha kecil. Itulah yang ada di pandangan seorang ayah pada putrinya, walaupun dia sudah dewasa sekalipun.

ya... Kita harus menyadari bahwasanya di dunia ini, semua yang pergi pasti akan kembali. Hanya satu yang akan terus datang namun tidak akan mungkin bisa kembali. yaitu...

'Waktu'.

Kau bisa bertemu waktu itu, namun kau tidak akan bisa memutarnya apalagi menghentikannya. Hingga kau sadar di setiap pergantiannya itu, bahwa kita hanya melakukan hal sia-sia yang akan menjadi penyesalan karena kita tak mengukir hal baik di setiap detiknya.

***

Di rumah Ustadz Rahmat...

Mobil itu terparkir di depan rumah yang berpagar keliling tak begitu tinggi. Nuha pun keluar, di lihat rumah itu nampak sepi.

Ia pun menoleh ke arah sang suami yang sedang mengeluarkan koper miliknya, lalu menutup pintunya lagi.

"A' keliatannya sepi? Apa tidak ada orang?" Tanya Nuha. Faqih pun mendekati Nuha dan menggandeng tangannya.

"Abi sama Umma lagi ke Sukabumi, berangkat tadi siang. Mungkin nanti malam baru pulang, atau mungkin besok." Jawabnya seraya mengajak Nuha jalan mendekati pintu rumah. Terlihat Faqih sedikit menyibak tanaman hias, dan meraih sesuatu sebuah kunci rumah.

Beliau pun memasukan kunci itu ke lubang kunci, dan pintu pun terbuka.

"Assalamualaikum." Ucap Faqih, lalu menoleh ke arah Nuha.

"Masuk neng." Titahnya, Nuha pun masuk lebih dulu setelah mengucap salam. Barulah Faqih menyusul sembari menutup pintu itu.

Nuha berdiri di ruang tamu yang cukup besar. Pandangannya memburu keseluruh penjuru.

"Kau masih ingat, kapan terakhir kali ke rumah ini?" Tanya Faqih. Mendekati Nuha.

"Sepertinya Waktu kecil sih, dan saat dewasa seringnya tidak pernah ikut, kalau ustadz Rahmat mengundang Abi sama Umma ke sini." Jawab Nuha. Faqih pun tersenyum tanpa sepengetahuan Nuha.

"Ada yang berubah tidak menurut mu?" Tanya Faqih. Nuha terdiam sejenak. Lalu menggeleng pelan.

"Nggak ada sih kayanya."

"Ada kok." Jawab Faqih semakin mendekati Nuha dan berdiri di belakangnya.

"Apanya yang berubah? Sepertinya sama saja, sofa, bufet kaca ini..."

"Kamu." Faqih melingkari tangannya di bagian bahu dan dada Nuha. "Karena ada kamu di sini. Itu yang membuat rumah ini berubah." Sambungnya.

"Emmm...anu... Puasa A'... Jangan peluk-peluk." Nuha berusaha melepaskan, karena dia merasa belum nyaman.

"Neng.."

"Tunggu deh, kenapa A'a manggil neng terus sih?"

"Kenapa? Suka saja manggil kamu neng."

"Tapi aneh A', jangan neng... Dede saja."

"Nggak... Maunya Neng." Mempererat pelukannya.

"Serah lah." Gumam Nuha, yang tidak bisa menolak lagi. A' Faqih tersenyum, ia mulai memperlihatkan sisi manisnya.

Mungkin benar kata Umma, ketakutan itu hanya sesaat selebihnya kita akan nyaman dengan pasangan kita. Seperti saat ini, Nuha mulai merasa nyaman jika di peluk A' Faqih.

Namun karena waktu sudah semakin senja dan Keduanya pun harus mengakhiri adegan romansa mereka, guna meletakkan kembali tas ke dalam kamar. Lalu memutuskan untuk membatalkan puasa pertama mereka di luar, karena di rumah itu tidak ada makanan.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Yayuk Bunda Idza

Yayuk Bunda Idza

betul sekali, sebenarnya duluan seorang ibu kehilangan anaknya ketika merantau untuk pergi belajar, sedang kan ayah baru kehilangan ketika sang anak menikah

2023-01-26

0

𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏

𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏

Jadi ngebayangin gimna sedih nya ustadz Irsyad,,, 😢

2023-01-03

0

Erma Wahyudi

Erma Wahyudi

sampai sini sih suka cerita nya egk berbelit, sedih seneng nya campur aduk semoga sampai selesai egk bikin bosen 😀😀😀 biar kata tentang Islam egk monoton ada nasihat yg tersirat itu menurut ku 😱😱😱

2022-12-19

0

lihat semua
Episodes
1 prolog
2 belum ingin menikah
3 cara terakhir Nuha.
4 ke khawatiran Rahma
5 ijab Qabul
6 obrolan di atas ranjang.
7 jin jail ustadz Irsyad
8 ketika dua cinta hadir untuk satu insan
9 sahur terakhir di rumah Abi Irsyad
10 sebaik-baiknya teman hidup
11 cinta sang pangeran Es.
12 Waktu
13 awal cinta itu datang.
14 awal cinta itu datang 2
15 hukuman dari A'a
16 cinta si Sunda dan si Jawa
17 kemuliaan seorang istri.
18 menantu salih
19 bertemu Kak Zahra
20 janji di hati A' Faqih
21 kembalinya orang tua A' Faqih.
22 Adab bertutur kata untuk Umma Hasna
23 cerita A'Faqih
24 gara-gara angin segar, rotan berbicara
25 niatan di hati A'a untuk Nuha.
26 perkenalan Debora dengan Shafa.
27 Izin ke Bogor tanpa Nuha.
28 Nuha juga bisa cemburu?
29 Praha di dapur
30 Antara Ibu dan istri ku
31 sikap yang tak sebenarnya jahat.
32 patung Semar
33 hijab pemberian kak Rumi
34 Takdir hidup tak pernah salah.
35 kegigihan A' Faqih
36 duka di balik senyum
37 Senjata makan tuan
38 bahagia bersama mu
39 jadi ke Bogor
40 perjalanan ke Bogor
41 beliau ibu mertua ku yang baik.
42 Cintai aku secukupnya, tapi cintai ibu mu sepenuhnya.
43 kenyataan yang baru di ketahui Nuha.
44 tetap mencintai mu kekasih ku
45 aku mencintaimu
46 kekaguman yang harus di hilangkan
47 A' Faqih marah.
48 Cinta yang akan membelenggu pasangan mu.
49 Cinta berlebihan sang Hafizh.
50 kajian ustadz Rahmat.
51 belanja Baju
52 mukenah untuk Umma Hasna
53 teguran untuk Zahra.
54 terpaksa
55 kekecewaan Rumi
56 kesakitan yang semakin menjadi
57 mengetahui penyakit Nuha
58 tidak ada yang perlu di salahkan.
59 sebuah hikmah
60 kedatangan Abi dan Umma
61 gara-gara buang gas
62 keinginan Rahma
63 cinta haram Zahra.
64 hal yang di ketahui Umma Rahma
65 teguran mas Irsyad untuk Rahma
66 percakapan Rahma dan Hasna
67 Dering surga di pagi hari.
68 mengetahui rahasia A'a
69 tawakal
70 selamat jalan Ziya
71 nama Ziya
72 hati yang mulai terbuka
73 Ya Hilwah (Manis ku)
74 lahirnya seorang bayi laki-laki.
75 si wanita malang Qori
76 kesayangan.
77 pulang ke rumah
78 obrolan di balkon kamar
79 ku beri nama pada bayi mu, Agam.
80 permintaan pak Lukman
81 kebahagiaan Nuha.
82 Ikrar cinta Farhat
83 cinta luar biasa.
84 pengumuman authornya mau fokus menyambut hari raya idul Fitri dulu.
85 cinta di usia senja
86 Gara-gara bercumbu
87 cium aku seratus kali
88 antara dua bunga.
89 dia yang kau sebut
90 pertanyaan yang menyinggung A'a
91 perjalanan ke Bogor yang sempat tertunda
92 aku bukan jodoh yang salah
93 mengharap cinta suami (qori & Farhat)
94 kecupan lembut dari mas Farhat. (Qori & Farhat)
95 masuk angin
96 bayi besar yang manja
97 akang cilok sih...!
98 cinta yang menghangatkan di tengah hujan. (Qori dan Farhat.)
99 ratu ku (Qori dan Farhat)
100 kabar bahagia (final episode)
101 makan ketoprak (extra part)
102 hal buruk di tengah-tengah kebahagiaan. (extra part)
103 selamatkan Umma kami (extra part)
104 kekasih yang tetap akan pergi (extra part)
105 berharap (extra part)
106 hukuman ayah Qori (extra part)
107 berakhirnya kisah Qori (extra part)
108 hadirnya malaikat kecil (Extra part)
109 menjauhi suul khatimah (extra part)
110 cinta luar biasa sang Hafizh (final Extra part)
111 terimakasih banyak teman-teman
112 pengumuman Novel Rumi.
113 promosi novel religi
114 promosi Novel
115 promosi Novel terbaru
116 info novel baru
Episodes

Updated 116 Episodes

1
prolog
2
belum ingin menikah
3
cara terakhir Nuha.
4
ke khawatiran Rahma
5
ijab Qabul
6
obrolan di atas ranjang.
7
jin jail ustadz Irsyad
8
ketika dua cinta hadir untuk satu insan
9
sahur terakhir di rumah Abi Irsyad
10
sebaik-baiknya teman hidup
11
cinta sang pangeran Es.
12
Waktu
13
awal cinta itu datang.
14
awal cinta itu datang 2
15
hukuman dari A'a
16
cinta si Sunda dan si Jawa
17
kemuliaan seorang istri.
18
menantu salih
19
bertemu Kak Zahra
20
janji di hati A' Faqih
21
kembalinya orang tua A' Faqih.
22
Adab bertutur kata untuk Umma Hasna
23
cerita A'Faqih
24
gara-gara angin segar, rotan berbicara
25
niatan di hati A'a untuk Nuha.
26
perkenalan Debora dengan Shafa.
27
Izin ke Bogor tanpa Nuha.
28
Nuha juga bisa cemburu?
29
Praha di dapur
30
Antara Ibu dan istri ku
31
sikap yang tak sebenarnya jahat.
32
patung Semar
33
hijab pemberian kak Rumi
34
Takdir hidup tak pernah salah.
35
kegigihan A' Faqih
36
duka di balik senyum
37
Senjata makan tuan
38
bahagia bersama mu
39
jadi ke Bogor
40
perjalanan ke Bogor
41
beliau ibu mertua ku yang baik.
42
Cintai aku secukupnya, tapi cintai ibu mu sepenuhnya.
43
kenyataan yang baru di ketahui Nuha.
44
tetap mencintai mu kekasih ku
45
aku mencintaimu
46
kekaguman yang harus di hilangkan
47
A' Faqih marah.
48
Cinta yang akan membelenggu pasangan mu.
49
Cinta berlebihan sang Hafizh.
50
kajian ustadz Rahmat.
51
belanja Baju
52
mukenah untuk Umma Hasna
53
teguran untuk Zahra.
54
terpaksa
55
kekecewaan Rumi
56
kesakitan yang semakin menjadi
57
mengetahui penyakit Nuha
58
tidak ada yang perlu di salahkan.
59
sebuah hikmah
60
kedatangan Abi dan Umma
61
gara-gara buang gas
62
keinginan Rahma
63
cinta haram Zahra.
64
hal yang di ketahui Umma Rahma
65
teguran mas Irsyad untuk Rahma
66
percakapan Rahma dan Hasna
67
Dering surga di pagi hari.
68
mengetahui rahasia A'a
69
tawakal
70
selamat jalan Ziya
71
nama Ziya
72
hati yang mulai terbuka
73
Ya Hilwah (Manis ku)
74
lahirnya seorang bayi laki-laki.
75
si wanita malang Qori
76
kesayangan.
77
pulang ke rumah
78
obrolan di balkon kamar
79
ku beri nama pada bayi mu, Agam.
80
permintaan pak Lukman
81
kebahagiaan Nuha.
82
Ikrar cinta Farhat
83
cinta luar biasa.
84
pengumuman authornya mau fokus menyambut hari raya idul Fitri dulu.
85
cinta di usia senja
86
Gara-gara bercumbu
87
cium aku seratus kali
88
antara dua bunga.
89
dia yang kau sebut
90
pertanyaan yang menyinggung A'a
91
perjalanan ke Bogor yang sempat tertunda
92
aku bukan jodoh yang salah
93
mengharap cinta suami (qori & Farhat)
94
kecupan lembut dari mas Farhat. (Qori & Farhat)
95
masuk angin
96
bayi besar yang manja
97
akang cilok sih...!
98
cinta yang menghangatkan di tengah hujan. (Qori dan Farhat.)
99
ratu ku (Qori dan Farhat)
100
kabar bahagia (final episode)
101
makan ketoprak (extra part)
102
hal buruk di tengah-tengah kebahagiaan. (extra part)
103
selamatkan Umma kami (extra part)
104
kekasih yang tetap akan pergi (extra part)
105
berharap (extra part)
106
hukuman ayah Qori (extra part)
107
berakhirnya kisah Qori (extra part)
108
hadirnya malaikat kecil (Extra part)
109
menjauhi suul khatimah (extra part)
110
cinta luar biasa sang Hafizh (final Extra part)
111
terimakasih banyak teman-teman
112
pengumuman Novel Rumi.
113
promosi novel religi
114
promosi Novel
115
promosi Novel terbaru
116
info novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!