Merasa waktu yang diberikan sudah cukup, Shea dan Bryan kembali menghampiri Felix dan Chika. Kemudian mereka berpamitan, dan membuat janji untuk kembali bertemu minggu depan.
Mengendarai motor, Felix dan Chika kembali ke apartemen. Jalanan ibu kota cukup padat pada sore hari, membuat Felix harus menyelip di antara mobil-mobil.
Motor yang berbelok secara tiba-tiba saat ada celah jalan, membuat Chika mau tidak mau berpegangan pada Felix. Dia tidak mau sampai harus jatuh dan mencium aspal yang nanti akan membuatnya punya luka.
Felix merasakan tangan Chika yang ada di pinggangnya. Walaupun tidak memeluk, tetapi itu sudah cukup baginya. Apalagi di saat Chika mengeratkan cengkeramannya karena takut terjatuh, rasanya membuat debaran di hatinya semakin kencang.
Motor terus melaju hingga akhirnya sampai di apartemen. Memarkirkan motor, mereka menuju ke apartemen kemudian. Di dalam lift Chika akhirnya memberanikan diri bertanya. "Sejak kapan kamu bisa mengurus anak kecil?" Dari apa yang dilihatnya tadi, Felix begitu lihai.
"Bryan yang mengajari aku, karena beberapa waktu yang lalu dia sempat membawa El ke kantor."
Walaupun belajar, tetap saja jika tidak ada naluri, pasti akan susah. Chika tahu betul bagaimana mengurus anak kecil, karena dirinya juga sering mengurus anak kakaknya.
"Aku bersiap untuk anak kita nanti," ucap Felix mengedipkan matanya dan berlalu keluar saat pintu lift terbuka.
Chika membulatkan matanya mendengar ucapan Felix. Menelan salivanya, dia tidak bisa membayangkan akan memiliki anak dengan Felix.
Membayangkan menikah saja aku tidak bisa, apalagi membayangkan punya anak.
Chika melangkah keluar dari lift. Pipinya menghangat sesaat membahas anak dengan Felix.
Felix tersenyum melihat wajah Chika yang merona. Akhirnya dia memilih mengalihkan pembicaraan. "Besok pagi aku akan joging di taman apartemen. Kalau kamu mau, kamu bisa ikut." Sebelum Chika masuk ke dalam apartemennya, Felix memberitahu rencana apa yang akan dia lakukan besok untuk mengisi liburnya.
"Aku akan ikut besok." Chika menatap Felix sejenak sebelum akhirnya dia masuk ke dalam apartemen.
Satu tempat yang dituju adalah kamar. Dia ingin merebahkan tubuhnya yang lelah karena duduk tegak di motor.
"Kalau dengan pria yang aku sukai, mungkin aku akan memeluknya dan tidak akan membuat pinggangku sakit." Chika menggerutu sambil meluruskan tubuhnya di atas tempat tidur. Sesekali dia memijat pinggangnya yang terasa pegal.
Saat menikmati memijat pinggangnya, suara ponselnya berdering. Tangan Chika langsung meraih tas yang ada di sampingnya untuk mengambil ponselnya.
Matanya membulat sempurna saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Karena senang, dia berbalik dan tengkurap. Dia seolah lupa jika dia masih merasakan pegal di pinggangnya.
Menerima panggilan telepon dan menempelkannya di telinga, Chika langsung menyapa seseorang yang berada di sambungan telepon.
"Hari libur ini apa yang kamu kerjakan?"
Chika selalu terpesona dengan suara lembut Erix, seolah menghipnotisnya. "Aku tadi pergi ...." Dia menghentikan ucapannya saat mengingat ke mana saja dia pergi. Karena seharian dia bersama Felix, tidak mungkin dia mengatakan jika tadi dia pergi bersama pria itu.
"Pergi ke mana?" Erix yang mendengar suara yang terjeda kembali bertanya.
"Pergi bersama Shea dan baby El." Akhirnya jawaban itu yang Chika pilih. Dia tidak mau Erix mengetahui kebenarannya.
"Wah … pasti sangat seru pergi bersama bayi kecil itu?"
"Iya, sangat seru." Chika menjawab dengan tersenyum kecut. Dia merasa sangat bersalah selalu berbohong pada Erix dan juga melibatkan Felix.
Mereka berdua melanjutkan bercerita banyak hal. Erik menceritakan tentang kegiatannya di Rumah sakit kecil tempatnya bekerja. Menceritakan lingkungannya. Dia juga menceritakan wanita aneh yang tinggal di samping kos miliknya. Wanita itu terus mengajaknya bicara dan dia tidak suka.
Chika yang mendengar cerita mencoba tenang dan menangapi dengan tawa bagaimana kesalnya Erix karena tetangga kosnya itu. Dia sangat yakin Erix sedang sangat fokus pada pekerjaannya. Jadi tidak mungkin Erix akan tergoda.
Puas bertukar suara, Chika mematikan sambungan teleponnya. Dia langsung berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Sepanjang mandi dia memikirkan banyak hal. Yang pertama adalah bagaimana dirinya bisa lepas diri Felix, karena dengan begitu dia bisa memancing Erix tetang perasaannya selama ini. Karena jika dia memancing perasaan Erix di saat statusnya masih bersama Felix, itu justru akan membuatnya dalam masalah.
"Apa Erix suka denganku?" gumamnya. Dia masih merutuki kebodohannya, karena terlalu percaya diri. Namun, perasaan sukanya pada Erix tidak bisa dia elakan.
"Aku akan selesaikan satu persatu dulu." Pikiran Chika hanya satu yaitu mengakhiri hubungan pertunangannya dengan Felix.
***
Pepohonan yang berjajar sepanjang jalan yang dilalui membuat udara begitu bersih. Di tambah matahari yang memberikan sinarnya membuat tubuh menghangat.
Chika dan Felix terus berlari mengitari taman. Menikmati olahraga pagi yang sudah mereka rencanakan kemarin.
"Boleh aku bicara?" Dengan masih berlari kecil, Chika menoleh pada Felix.
Felix ikut menoleh mendapati tunangannya ingin berbicara. Dia merasa aneh kenapa tiba-tiba Chika harus izin saat bicara. "Bicaralah."
"Aku ingin mengenalmu, membuka pintu agar kamu masuk."
Felix langsung menghentikan langkahnya. Dia terkejut dengan ucapan Chika. "Kamu —"
"Iya, aku ingin mengenalmu lebih dalam," potong Chika cepat. Dia ikut menghentikan langkahnya dan menatap Felix.
Entah mimpi apa Felix semalam, hingga tiba-tiba saja Chika ingin mengetahui tentang dirinya. "Baiklah." Senyuman di wajah Felix menandakan jika dia benar-benar senang.
"Karena itu aku ingin tahu segalanya tentangmu, tentang kehidupanmu dan tentang semuanya yang ada di dirimu."
Jika mungkin Felix bisa berteriak, dia akan berteriak sekencang-kencangnya karena senang. Dia tidak menyangka jika akan secepat ini Chika membuka hati. "Apa yang ingin kamu tahu lebih dulu?" tanyanya.
"Aku ingin tahu kehidupan malammu."
Dahi Felix berkerut dalam. Dia merasa bingung dengan ucapan Chika. "Maksudnya?"
"Jadi aku ingin kamu membawaku ke klub biasa di mana kamu suka ke sana. Menceritakan apa saja yang kamu lakukan." Chika menjelaskan apa yang ingin dia tahu.
Felix benar-benar terkejut dengan ucapan Chika. Mengajak Chika ke klub dan menceritakan semua pada Chika seperti dirinya akan membuat pengakuan dosa.
"Maksudku, kita akan mulai semua dengan baik, jadi aku pun ingin tahu apa yang tidak baik di dirimu. Dengan begitu ke depan aku tidak akan mengungkit hal buruk itu lagi." Melihat Felix yang kebingungan Chika mencoba menjelaskan lagi.
Felix baru mengerti ke mana arah pembicaraannya. "Baiklah, aku akan mengajakmu dan akan menunjukanmu."
"Nanti malam," jawab Chika penuh semangat.
"Besok kita harus bekerja, jadi tidak untuk nanti malam." Felix tidak mau ambil resiko dengan mengajak Chika ke club menjelang weekday.
"Ayolah, aku ingin nanti malam. Aku janji tidak akan kesiangan." Chika menatap Felix dengan penuh pengharapan.
Tatapan Chika benar-benar membuat Felix tak berdaya. "Baiklah." Akhirnya dia mengalah dan akan mengajak Chika untuk ke club malam nanti.
Chika tersenyum menyeringai. Dia sangat puas mendapat jawaban Felix. Dia sudah tidak sabar melancarkan aksinya.
.
.
.
.
Buat kalian yang ingin masuk GC, bisa masukan clue makanan apa yang buat Bryan alergi. Pastiin juga ada komentar kalian di tiga novel ya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
sakura🇵🇸
chika lagi membuat kubangannya sendiri😅 dan tentunya menguntungkan felix
2024-09-29
0
gia nasgia
Chika benar"🤦
2024-02-26
0
LENY
chika jgn sampai melepas Felix ternyata Erik cuma menganggap teman biasa
2023-02-25
0