Wedding Project
Di sudut restoran, seorang pria duduk, memantau dari kejauhan. Dengan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya dan mengenakan topi, dia menutupi penampilannya. Majalah yang sengaja dia bawa, dia gunakan untuk menutupi wajahnya.
Sesekali dia melihat seorang wanita dan pria yang sedang asik mengobrol serius. Dia teramat penasaran dengan apa yang sedang mereka bicarakan. Namun, karena jarak tempat duduknya cukup jauh, dia tidak dapat mendengarkannya.
"Mau pesan apa, Pak?" tanya pelayan.
"Espreso coffee," jawabnya.
Pelayan mencatat pesanan dan meninggalkan pria aneh yang menjadi tamu di restoran. Pelayan langsung memberikan kertas pada barista.
Pria aneh itu adalah Felix Julian, pria 26 tahun, yang bekerja sebagai asisten CEO di Adion Company. Pria tampan dengan kulit putih dan tubuh kekar itu adalah magnet bagi para wanita.
Predikat cassanova kedua disematkan padanya, setelah predikat pertama dipegang oleh CEO tempatnya bekerja.
Sama dengan sang CEO, dia pun juga pemain wanita. Namun, dia hanya melakukan hal intim pada kekasihnya. Dasar cinta menjadikannya alasan, untuk merengkuh kenikmatan bersama kekasihnya.
Namun, semenjak diselingkuhi, dia menjadi pria kesepian. Tak ada wanita yang singgah di hidupnya ataupun di ranjangnya.
Di tempat inilah dia berada. Memantau wanita yang akan dia bawa ke kehidupannya. Akan tetapi nyalinya ciut saat yang dihadapinya adalah wanita baik-baik, dan yang pasti wanita itu akan mencari pria baik-baik juga.
Dengan keteguhan hati, dia tetap berusaha mendekati sang wanita, walaupun harus bersaing dengan pria yang mungkin jauh lebih baik dari dirinya.
Dari kejauhan, dia memantau wanita yang dia sukai itu. Wanita yang bisa menggetarkan hatinya, dan mampu membuatnya berjuang.
Matanya terus dia arahkan kemana wanita itu berada. Sampai saat wanita itu berdiri dan pergi dari meja restoran.
"Maaf," ucap Chika saat menabrak salah satu pelayan restoran.
Chika Anastasya, gadis 24 tahun yang bekerja sebagai sekertaris di Maxton Company. Dengan tinggi 160 cm dan memiliki tubuh ramping, membuat penampilannya begitu sempurna. Kulitnya yang putih mulus, menambah nilai plus dari kecantikannya.
"Tidak apa-apa," jawab pelayan.
Chika melanjutkan langkahnya menuju ke toilet. Meninggalkan sang pria yang bersamanya duduk sendirian.
Felix melayangkan tatapan tajam yang sebenarnya tidak tampak karena tertutup kacamata. Dia teramat kesal dengan pria yang sekarang duduk sendirian itu. Pria itu adalah lawannya, dan teramat sulit saat harus berhadapan dengannya.
Sesaat kemudian, Chika keluar dari toilet. Dia menghampiri kembali pria yang bersamanya. Mereka berdua berbincang kembali.
Pelayan datang memberikan kopi pesanan Felix. Menikmati kopinya, matanya tak lepas memandang Chika dari kejauhan.
Sejam berlalu. Chika dan pria yang bersamanya memutuskan untuk pulang, karena sudah cukup berbincang.
Felix terus saja mengikuti Chika dan pria yang bersamanya. Menaiki mobilnya, dia mengikuti mobil yang membawa Chika. Felix benar-benar tampak seperti penguntit, karena dia terus saja mengikuti Chika.
Mobil di depannya, berhenti di depan rumah Chika, dan Felix memilih untuk memarkirkan mobilnya agak jauh, agar tidak menimbulkan kecurigaan.
Rasanya Felix, tidak rela saat wanita yang disukainya pergi dengan pria lain, tetapi dia tidak punya alasan kuat untuk melarangnya.
Saat sudah memastikan jika Chika sudah masuk ke dalam rumah, Felix pun ikut meninggalkan rumah Chika.
Dalam suasana galau seperti sekarang, Felix merasa membutuhkan teman. Hingga satu tempat yang melintas pikirannya adalah rumah Bryan-atasan sekaligus temannya.
Sesampainya di rumah Bryan, Felix memarkirkan mobilnya dan turun sesaat kemudian. Menekan bel rumah, dia menunggu sesaat kemudian.
"Kenapa kemari?" Pertanyaan pertama yang dilontarkan Bryan saat melihat temannya datang. Di hari libur seperti ini adalah waktunya berkumpul dengan anak dan istrinya, jadi dia tidak mau diganggu.
"Aku sedang malas, berdebat denganmu." Felix mengabaikan Bryan dan masuk begitu saja ke dalam rumah.
"Hai, Om Felix," sapa Shea seraya melambaikan tangan baby El.
"Ternyata istri dan anakmu lebih ramah ya," ucap Felix mencibir Bryan.
Bryan berdecih saat temannya datang dan merusak suasana hatinya itu. Dia meraih tubuh El dari Shea dan menggendongnya.
"Hai, El, Sayang, nanti jika kamu besar jangan mirip dengan daddy-mu," ucap Felix menggoda El.
Bayi kecil itu tertawa mendengar pria yang menjadi teman daddy-nya, menggodanya. Sejak di kantor tempo hari, bayi kecil itu menjadi sangat suka dengan Felix.
"Apa kamu kemarin hanya ingin mencari ribut?" Bryan yang kesal langsung melayangkan protesnya.
"Sayang … " tegur Shea. Dia yang melihat suaminya begitu kasar memperingatkannya. Berlalu ke dapur, Shea membuatkan minum untuk Felix.
"Dengarkan itu!" Felix menimpali ucapan Shea. Dia tahu temannya itu tidak akan berkutik dengan istrinya.
Bryan yang malas langsung meninggalkan Felix, dan duduk di playmat. Dia bermain dengan baby El yang makin hari makin mengemaskan.
Felix ikut duduk bersama dengan Bryan, dan ikut melihat mantan cassanova itu menjaga anaknya.
"Silakan diminum," ucap Shea seraya meletakkan secangkir teh di atas meja.
"Terima kasih, Se." Felix tersenyum pada Shea.
"Sebenarnya dari mana kamu?" tanya Bryan yang penasaran.
"Aku tadi membututi Chika bersama Erix," jelas Felix malas.
Erix adalah pria yang bersama dengan Chika tadi. Dokter muda yang usianya sama dengannya itu memang sedang dekat dengan Chika.
"Jadi kamu kesal karena itu?" tanya Bryan tertawa.
Felix memutar bola matanya malas. Temannya itu bukannya menghiburnya, tetapi justru mengejeknya.
Sebenarnya Felix tidak hanya kesal, tapi dia sangat bingung karena lawannya mendapatkan Chika adalah dokter muda dan baik impian semua wanita.
"Apa belum ada perkembangan setelah aku memintamu mengantarkan Chika waktu itu?" Shea mengingat seusai pesta ulang tahun pernikahan, dia meminta Felix mengantarkan Chika.
Felix menggeleng.
"Apa kamu tidak bisa berusaha lebih keras?" Bryan tidak habis pikir dengan temannya itu, padahal istrinya sudah membantunya.
Felix mengingat, jika Chika seolah menutup jalan dirinya untuk masuk ke dalam hidupnya. Sepanjang mengantarkan Chika pulang juga tidak banyak yang dibicarakannya.
"Lalu bagaimana? Apa kalian ada ide lain?" tanya Felix polos.
Bryan dan Shea memikirkan ide untuk membuat Felix bisa mendapatkan Chika.
"Bagaimana jika kamu memperkosa Chika seperti apa yang aku lakukan? Dengan begitu dia tidak ada pilihan." Bryan dengan polosnya memberikan ide itu pada Felix.
Shea spontan langsung memukul lengan Bryan. Dia melayangkan tatapan tajam pada suaminya itu.
"Maaf," ucap Bryan tersenyum memamerkan deretan giginya.
"Jangan pakai cara seperti Bryan," ucap Shea seraya melirik tajam pada Bryan.
Nyali Bryan langsung ciut saat idenya ditolak mentah-mentah oleh Shea. Dia pun akhirnya menutup mulutnya.
"Cara yang Bryan pakai, bisa saja berbeda akhirnya jika kamu yang melakukan. Bisa saja Chika justru membencimu." Shea melanjutkan ucapannya.
"Lalu aku harus pakai cara apa?" Felix sudah tampak frustrasi memikirkan caranya.
"Gunakan cara yang baik," ucap Shea.
Felix dan Bryan saling pandang. Mereka tidak tahu cara baik apa yang dimaksud oleh Shea. "Cara apa?" tanya Felix.
...----------------...
...Selamat datang di cerita ke lima di Noveltoon. Untuk lihat visual kalian bisa mampir ke Instagram Myafa16...
...Jangan lupa like dan beri komentar...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
sakura🇵🇸
setelah berkali2 baca daddy bryan,tiba2 rindu dengan kisah papa felix😍😍😍
2024-09-29
0
Griselda Nirbita
aku mampir lagi kak di karyamu yg lain
2024-06-19
0
gia nasgia
Tetap nggak bisa move on dari Brain and Felix 😍😍
2024-02-22
0