Sampai di toko perhiasan Chika dan Felix memilih beberapa perhiasan. Mata Chika berbinar melihat beberapa perhiasan. Matanya benar-benar dimanjakan dengan kilauan berlian yang berjajar di etalase toko.
"Berikan cincin untuk pertunangan yang terbaik," ucap Felix pada pelayan toko.
Pelayan toko memberikan beberapa perhiasan pada Felix. Tiga perhiasan terbaik tersusun di atas etalase kaca. Kilauannya membuat Chika langsung terpesona.
"Mana yang kamu suka?" tanya Felix pada Chika.
Mendapati pertanyaan Felix, mata Chika langsung berbinar. Dia melihat ketiga cincin yang begitu indah. Ketiganya membuat Chika bingung.
"Yang mana dari ketiga ini yang murah?" tanya Chika beralih menatap pelayan.
"Ini Nona, dengan satu taburan diamond." Pelayan menyodorkan pada Chika cincin yang dia anggap murah. "Ini dua ratus juta." Pelayan melanjutkan menjelaskan.
"Apa?" tanya Chika membulatkan matanya. Dia tidak bisa membayangkan harga yang setara dua tahun gajinya itu. "Kembalikan semuanya, dan berikan aku yang paling murah yang dimiliki toko ini.
Mendengar Chika mencari harga yang paling murah, Felix begitu bingung. "Kenapa cari yang murah?" tanyanya berbisik.
"Aku tidak mau menukar tubuhku dengan cincin mahal," ucap Chika berbisik. Dia berpikir jika bisa saja cincin mahal itu akan dibarter dengan tubuhnya.
Felix hanya bisa menggeleng. Dia menahan diri untuk tidak berdebat dengan Chika. Dia kemudian meminta pelayan memberikan cincin yang diminta oleh Chika.
Akhirnya setelah memilih-milih, Chika mendapati cincin dengan harga yang lebih manusiawi yaitu sepuluh juta. Turun drastis dari cincin yang dilihatnya pertama kali.
Cincin silver tanpa hiasan sedikitpun itu memang tidak indah sekali dipandang mata. Tampilannya sudah seperti cincin imitasi yang dijual di penjual mainan di sekolah Chika dulu. Namun, dia tidak ada pilihan. Dia tidak mau harus membayar mahal untuk sebuah cincin yang akan Felix beli.
Felix membiarkan saja apa yang diinginkan oleh Chika. Baginya cincin apapun asalkah Chika senang tidak masalah.
Mendapatkan cincin yang mereka butuhkan, Felix dan Chika menuju ke rumah Shea. Sepanjang di mobil, Chika memainkan ponselnya. Dia menulis persyaratan apa saja yang akan dia ajukan pada Felix nanti.
"Apa kamu tidak pusing memainkan ponsel di mobil?" Felix yang melihat Chika sibuk menulis di layar ponselnya mencoba menegurnya. Sebenarnya dia penasaran, sedang apa Chika. Dia menebak jika Chika sedang berkirim pesan dengan seseorang.
"Tidak." Tangan Chika tidak berhenti melihat ke layar ponselnya sambil memikirkan syarat apa saja yang akan dia ajukan pada Felix nanti.
Felix memilih diam dan mengabaikan Chika. Dia tidak mau melarang, dan mengakibatkan wanita itu pergi.
Bersamaan dengan mobilnya yang baru saja datang, mobil Bryan juga datang. Felix memang tadi sengaja menghubungi Bryan karena ada yang ingin dia bicarakan.
Mereka bertiga bersama-sama masuk ke dalam rumah. Menemui Shea yang juga sudah menunggu. Shea menyambut suami dan temannya itu. Karena baby El sedang tidur, jadi mereka lebih leluasa untuk saling bercerita.
"Apa yang ingin kalian bicarakan?" tanya Bryan yang penasaran. Felix menghubunginya dan memintanya untuk pulang, karena ada yang ingin dibicarakan.
"Sebenarnya begini Pak Bryan …." Chika mencoba menjelaskan.
"Panggil Bryan saja jika di luar," potong Bryan.
"Aku benar-benar terkejut karena Felix tiba-tiba datang dan melamar. Karena aku masih belum yakin, jadi aku akan mengajukan beberapa syarat."
Bryan dan Shea akhirnya mengerti tujuan Chika dan Felix datang. "Apa ini semacam perjanjian sebelum pernikahan?" Shea bertanya seraya melirik Bryan, mengingat bagaimana dulu suaminya itu mengajukan perjanjian pernikahan.
"Aku tidak tahu istilah yang tepat, tetapi karena ini hanya secara lisan dan bukan secara hukum, jadi aku meminta kalian untuk jadi saksi."
"Kalau kamu mau persyaratan yang kamu ajukan kuat secara hukum, aku bisa menghubungi pengacara untuk mengurusnya." Felix yang dari tadi diam, menawarkan pada Chika.
"Tidak-tidak. Aku rasa tidak perlu. Yang terpenting kamu akan memenuhi saja, sudah cukup," elak Chika. Dia tidak mau berurusan dengan hukum yang akan membuatnya susah dikemudian hari.
Felix mengangguk. Dia mengikuti apa saja yang akan diajukan oleh Chika. Bryan dan Shea juga ikut penasaran apa saja syarat yang diajukan oleh Chika.
"Pertama aku tidak mau sampai Felix menyentuhku sampai hari pernikahan tiba." Chika mulai menjelaskan syarat yang diajukan oleh Chika.
Bryan langsung tertawa, dan Shea langsung menyenggol dengan sikunya. "Aku rasa Felix akan benar-benar tersiksa," bisik Bryan pada Shea.
Felix tersenyum mendapati syarat pertama yang diajukan oleh Chika. Baginya syarat itu memang tidak mudah, tetapi dia akan berusaha. "Baiklah," jawab Felix.
Chika merasa lega karena ternyata Felix menerima. "Kedua, tidak boleh mencampuri urusan masing-masing. Termasuk dengan siapa kita, apa yang kita lakukan dan kemana kita pergi," lanjutnya menjelaskan lagi.
"Oke," jawab Felix seraya mengangguk-anggukan kepalanya.
"Ketiga, jika semua itu dilanggar, kamu harus membatalkan pernikahan," ucap Chika pada Felix. Tatapannya menajam penuh dengan ancaman.
"Lalu jika Felix tidak sadar melakukannya hingga membuat kamu hamil bagaimana?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Bryan begitu saja.
Shea membulatkan matanya mendengar pertanyaan konyol pada Chika. "Kenapa kamu bertanya seperti itu?" tanya Shea berbisik.
"Aku hanya berjaga-jaga saja, siapa tahu Felix khilaf," balas Bryan berbisik.
"Seumur hidupku aku tidak akan memaafkannya, seumur hidupku tidak akan aku sudi menganggapnya dia ayah dari anakku," jawab Chika seraya menatap Felix. Dia seolah sudah menanamkan kebencian di dalam hatinya.
Matilah kamu Felix, kamu harus berjuang lebih keras.
Bryan membatin dan menelan salivanya saat mendengar jawaban Chika. Beruntunglah dia, karena Shea selalu memandang dari sudut pandangan yang baik, sehingga dia tidak kesulitan meluluhkannya.
Felix memaksakan senyumnya. Dia tahu jika tidak akan mudah mendapatkan Chika. Lagipula tidak sulit baginya, jika tidak ada Chika yang benar-benar di depan matanya. Jadi kemungkinan untuk tidak menyentuh Chika pasti akan mudah.
"Satu lagi, karena aku belum mengenal kamu dengan baik, maka aku akan tinggal bersamamu sampai hari pernikahan tiba."
Bryan, Shea dan Felix membulatkan matanya sempurna. Mereka terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Chika.
"Apa dia sedang menyerahkan diri pada macan yang lapar?" tanya Bryan berbisik pada Shea. Dia tidak habis pikir, bagaimana bisa Chika minta untuk tinggal bersama setelah dia mengancam jika Felix menyentuhnya dia akan membencinya.
"Maksud aku bukan dalam artian sesungguhnya tinggal bersama," elak Chika yang melihat tatapan orang-orang di depannya begitu terkejut.
"Lalu?" tanya Shea yang juga penasaran.
"Jadi aku akan menyewa apartemen di samping Felix, jadi kami bisa saling dekat." Dengan ragu-ragu Chika menjelaskan.
Sebenarnya Chika juga takut saat mengambil keputusan ini. Jika salah langkah dan Felix benar-benar menidurinya, entah apa yang akan dia perbuat. Namun, ini jalan satu-satunya yang dia ambil agar Felix tergoda dan menyentuhnya sedikit. Sedikit saja sentuhan Felix, dia akan terbebas dari pria itu.
Felix menelisik dalam maksud dan tujuan Chika. Tanpa ada keraguan dia pun menyetujuinya. "Baiklah, aku setuju semua syarat yang kamu ajukan," jawabnya.
Chika merasa lega. Dia tinggal melancarkan aksinya nanti saat dia tinggal dekat dengan Felix. Tak lupa dia berdoa, jika tidak akan ada hal buruk menimpanya nanti.
Bryan dan Shea hanya menggeleng. Mereka bingung menanggapi apa. Kehadiran mereka hanya saksi. Jadi mereka mengikuti saja kesepakatan yang sepasang calon suami istri itu buat.
.
.
.
...Jangan lupa like...
...Sedih ich like-nya dikit banget....
...Berikan juga vote dan hadiah ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
sakura🇵🇸
semua wanita sama🤭 seemosi apapun akan aklah dengan kilau emas permata😅
seketika lupa menguap kemana emosinya
2024-09-29
0
gia nasgia
Benar "menguji iman papa Felix 🤣🤣🤣
2024-02-22
0
Lia Rochmatuz
Wah ngajak perang nih chika. sengaja pegin tinggal berdekatan untuk Uji Nyali rupanya
2022-06-14
1