Tangan Chika dengan lincahnya memindahkan baju dari lemari ke dalam koper. Menyusunnya hingga mampu menampung banyak baju. Pikirannya memikirkan apa yang dia lupakan dan belum dia bawa.
"Sudah?" Suara dari balik pintu yang terbuka, terdengar tiba-tiba.
"Sudah, Ma," jawab Chika seraya menutup resleting koper.
Ella memandangi anaknya. Masih ada terselip rasa takut di dalam hatinya saat melepas anaknya untuk tinggal sendiri. "Ingat, harus hati-hati." Hanya kalimat itu yang mampu keluar dari mulutnya.
Seketika ucapan mamanya menghentikan aktifitas Chika yang bersiap. Dia duduk di samping mamanya dan tersenyum. "Chika hanya minta mama percaya," ucapnya menatap mamanya dengan tatapan penuh pengharapan.
"Mama tidak menyangka anak Mama sudah besar." Ella memeluk tubuh Chika. Mungkin ini yang dirasakan orang tuanya dulu, pikir Ella yang melepas anak gadisnya untuk tinggal sendiri.
"Bukannya aku diberi makan, jadi aku tumbuh besar." Chika menyelipkan tawanya saat menjawab ucapan mamanya.
Ella balas tertawa dan melepas pelukannya. Dia meminta putrinya untuk melanjutkan bersiap lagi dan dia keluar dari kamar. Tepat saat keluar dari kamar, sayup-sayup dia mendengar suara obrolan dari ruang tamu. Dia sudah menduga jika itu adalah Felix.
"Kamu sudah datang," ucapnya seraya duduk tepat di samping suaminya.
Felix menyalami Ella. "Iya Bi …."
"Panggil mama saja, seperti Chika memangil," potong Ella. Ini adalah tanda sebagai penerimaan atas Felix untuk putrinya. Seperti apa yang dikatakan suaminya, Felix adalah pria baik dan yakin jika dia akan menjaga anaknya.
"Iya, Ma." Perasaan Felix begitu senang. Penerimaan keluarga Chika ternyata tidak sesulit yang dibayangkan. Dia mengingat dengan jelas bagaimana dulu dirinya dengan polosnya menceritakan kebobrokannya pada Aland-Papa Chika. Padahal jelas-jelas dia dulu sedang mendekati anaknya. Namun, kini Felix menyadari jika mungkin itu yang menjadi pertimbangan Aland, dan Felix berjanji pada dirinya sendiri jika dia tidak akan menyianyiakan kesempatan itu.
"Ayo." Suara Chika terdengar. Dengan menarik kopernya dia menghampiri Felix yang sedang berbincang dengan kedua orang tuanya.
Felix mengangguk. Berdiri dia meraih koper Chika dan membawanya untuk ditaruh di bagasi. Chika beralih pada kedua orang tuanya untuk berpamitan. Meyakinkan pada mereka jika dia akan baik-baik saja. Kedua orang tuanya berusaha untuk melepas anak gadisnya yang sedang ingin tinggal mandiri.
Sesaat setelah masuk ke dalam mobil, Felix melajukan mobilnya. Mata Felix sesekali melirik ke arah Chika yang tampak sedih. Dia menyadari jika tunangannya itu masih berat untuk tinggal di apartemen.
"Jika kamu berat kenapa memilih tinggal di apartemen?" Tanpa menoleh dan fokus pada jalanan yang dia lalui Felix bertanya.
Chika menoleh pada Felix saat suara tunangannya itu terdengar bertanya.
Aku melakukan semua hanya ingin membatalkan pernikahan kita, jadi berat atau tidak aku akan kerjakan.
"Bukannya aku sudah bilang, jika aku ini mencoba dekat denganmu," jawab Chika ketus. Dia berusaha menutupi alasan sesungguhnya.
"Baiklah." Felix memilih untuk mengalah. Lagi pula ini sangat menguntungkannya, karena tanpa bersusah payah Chika mau dekat dengannya.
Chika yang malas membuang muka ke arah jalanan di sampingnya. Bersabar adalah hal yang akan dia tanamkan menanti enam bulan yang dia jalani.
"Apa kamu tidak lupa janjimu padaku?" Felix menoleh sejenak pada Chika dan melayangkan pertanyaan.
Janji? Dahi Chika berkerut. Dia memikirkan janji apa yang dia punya. Mencari kepingan ingatannya dia akhirnya menemukan janji yang dia berikan pada Felix. Makan malam di hari pertama kepindahan itu janji yang diingat Chika.
"Kita mampir supermarket kalau begitu." Akhirnya Chika menuruti permintaan Felix.
Senyum terselip di sudut bibir Felix. Dia puas karena ternyata Chika menepati janjinya untuk memasak di hari pertama kepindahannya. Memutar stir mobilnya, dia menuju ke supermarket.
Di supermarket dengan setia Felix menemani Chika untuk membeli bahan yang akan dimasaknya nanti.
"Apa kamu punya alergi?" tanya Chika memastikan.
"Tidak, aku tidak punya alergi. Aku bisa makan apa saja."
Chika mengangguk mendengar jawaban Felix. Karena tidak ada alergi apapun, dia akan mudah memasak tanpa ketakutan. Akhirnya dia memilih untuk memasak salmon grill. Dia membeli beberapa bahan dan memasukannya ke dalam troli yang dibawa oleh Felix.
"Karena di apartemen milikmu tidak ada peralatan untuk memasak jadi kamu memasak di apartemenku saja." Sambil mendorong troli, Felix menjelaskan pada Chika.
Chika melirik tajam pada Felix. Otaknya mulai memikirkan sesuatu keuntungan yang didapat jika dirinya masak di apartemen Felix.
Di film-film itu sering sekali aku melihat adegan romantis di dapur. Jadi aku akan membuat Felix tergoda dan dia akan menyentuhku.
Ide Chika mulai muncul. Dia akan mengunakan moment memasak di apartemen Felix, agar pria itu gagal menikah dengannya. "Baiklah," jawabnya tersenyum.
Felix menelisik dalam arti senyuman dari Chika. Apa yang direncanakannya? batin Felix bertanya-tanya. Sebenarnya dari awal Chika meminta untuk tinggal di dekat apartemennya, Felix sudah menaruh curiga. Karena dengan tinggal berdekatan bisa saja dirinya akan tergoda.
Kini Felix akan lebih waspada dengan tunangannya itu. Dia tidak mau karena hasratnya, rencana pernikahan akana gagal.
***
Sampai di depan unit apartemennya, Chika membuka dengan menggunakan access card yang diberikan oleh Felix. Pemandangan kota yang terlihat adalah hal yang pertama dia lihat saat masuk ke dalam apartemen.
"Berapa harga sewa apartemen ini ?" tanya Chika yang ingin tahu. Dia memang berencana untuk mengganti uang sewa apartemen yang akan dia tinggali.
"Ini milik Bryan, dia meminjamkan pada dirimu cuma-cuma." Felix menarik koper yang berada ditangannya dan meletakkannya di sudut ruangan.
"Oh … jadi ini punya Bryan," jawab Chika mengangguk-anggukan kepalanya. Dia bersyukur ternyata suami temannya itu berbaik hati meminjami apartemen ini padanya.
Paling tidak uang tabunganku tidak akan habis. Aku sudah membayangkan untuk rencana besar ini, aku harus merelakan uang tabunganku.
Chika masih saja memandangi pemandangan kota yang terlihat dari jendela besar di apartemennya. Bangunan menjulang tinggi dan beberapa rumah kecil di sekitarnya, terlihat kontras sekali jika dilihat.
"Aku akan meletakan bahan makanan ini ke apartemen. Kamu rapikan saja dulu barang milikmu." Felix memutar tubuhnya dan keluar dari apartemen Chika.
Mata Chika memandang punggung Felix yang perlahan hilang dari pandangannya. Senyum terselip di sudut bibirnya. Dia tidak menyangka senekat ini mengambil langkah.
"Jika saja Papa tidak menyukai Felix, aku tidak akan sesulit ini," gerutunya.
Karena tidak mau berlama-lama Chika menarik kopernya ke dalam kamar. Kemudian dia memasukkan bajunya ke dalam lemari dan menyusunnya dengan rapi. Baju yang dibawanya memang hanya sedikit, karena dia yakin jika nanti dia tidak akan sampai enam bulan membuat hubungannya dengan Felix berakhir.
.
.
.
...Berikan Like dan Komentar...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
sakura🇵🇸
chika terlalu polos buat ngibulin suhu kayak felix😅 kena jebakan sendiri deh jadinya
2024-09-29
0
gia nasgia
kita lihat saja nanti siapa yang bertekuk lutut 😂
2024-02-22
0
Yanti Sutianti
hati2 Chika nanti senjata makan tuan🤣🤣🤣
2021-09-29
2