Chika menahan gemuruhnya saat Felix adalah orang yang melamarnya. Lebih kesal lagi, dia melihat sahabatnya yang mendampingi.
Elia mengantarkan Chika untuk duduk di antara orang tuanya. Mata Chika terus menatap tajam pada Felix. Rasanya dia ingin sekali memaki pria itu, tetapi dia tidak sekejam itu hingga mempermalukan pria yang dikenalnya dari sahabatnya itu.
Felix menyadari jika tatapan Chika begitu penuh dengan kemarahan. Mungkin terlalu egois, jika dia melamar tanpa bertanya pada yang bersangkutan.
Siapa cepat dia dapat. Itulah yang dia jadi pedoman saat berniat melamar. Antara dia dan Erik, siapa yang cepat mendapatkan Chika, dia yang akan bersamanya.
"Sebenarnya saya sudah sering bertemu Felix sewaktu dia mengantar Chika, tetapi tidak menyangka jika ternyata Felix menyukai Chika," ucap Aland tertawa.
Aland mengingat bagaimana dia mengobrol dengan Felix sewaktu pria itu menjemput Chika atau mengantar Chika. Di matanya Felix adalah pria yang mudah sekali berbaur, karena dia dengan mudah berbagi cerita dengannya.
Karena seringnya Felix ke rumah, saat Chika tidak ada, jadi Alan sering mengobrol dengan Felix. Banyak hal yang diceritakan Felix pada Aland, hingga Aland meyakini jika Felix sebenarnya adalah pria baik yang sedikit tersesat.
Chika merutuki kesalahannya. Selama ini memang dia memang membiarkan Felix mengobrol dengan papanya. Hingga akhirnya membuat Felix dekat dengan papanya.
Berbeda dengan Erik. Chika justru banyak mengobrol dengannya saat Erik datang, dan tidak membiarkan papanya dekat atau mengobrol.
"Syukurlah jika Felix dan Chika sudah saling mengenal, paling tidak mereka bisa melanjutkan ke jenjang pernikahan," ucap Daniel pada Aland. Dua pria itu saling membicarakan hubungan kelanjutan antara Felix dan Chika.
"Ta …." Chika ingin menyanggah ucapan papanya, tetapi papanya sudah memotong pembicaraannya.
"Iya, seperti yang tadi kita sudah bicarakan, mereka akan menikah secepatnya," potong Aland. Dia memegang tangan Chika mengisyaratkan untuk Chika diam.
Chika yang melihat papanya memberikan isyarat membuat Chika tidak berani menjawab. Dia mengingat bagaimana semalam papanya itu berdebat dengannya.
"Chika, besok akan ada pria yang datang melamarmu." Aland yang memanggil Chika ke ruang keluarga dan memberitahu anaknya.
Mata Chika membulat sempurna saat mendengar ucapan papanya. "Melamar?" tanyanya memastikan. "Apa maksudnya, Papa akan menjodohkan Chika?"
"Kalau kamu menganggap begitu, anggap saja begitu," jawab Aland dengan santai.
"Pa, ini sudah jaman modern, kenapa bisa Papa menikahkan dengan cara menjodohkan?" Chika benar-benar kesal karena papanya dengan teganya memaksakan kehendaknya.
"Chika, kakakmu juga dulu menikah karena dijodohkan, dan dia bahagia jadi kenapa tidak sekarang kamu dijodohkan?" Sang mama ikut menimpali ucapan suaminya.
"Akan tetapi Chika mencintai pria lain," sanggah Chika.
"Baiklah, kalau begitu mintalah dia datang kemari dan bersama keluarganya. Jadi agar, papa bisa melihat pria mana yang layak untukmu."
Chika membeku. Dia tidak mungkin meminta Erik tiba-tiba datang, sedangkan Erik sampai detik ini belum menyatakan cinta. Lagi pula Erix besok jelas tidak akan bisa datang ke rumahnya.
Kini di sinilah Chika berada, berhadapan dengan Felix dan keluarga Shea dan Bryan yang ikut mewakilinya.
"Sebaiknya kita lansung saja ke acara inti pernikahan, jadi agar tidak terlalu lama," ucap Daniel.
"Benar, sebaiknya tidak perlu acara pertunangan, langsung saja acara pernikahan saja." Aland setuju dengan ide yang diberikan oleh Daniel.
Chika hanya bisa menelan salivanya saat ternyata dua keluarganya itu tidak akan lama mengadakan pernikahan. Dia benar-benar bingung bagaimana cara agar semua ini gagal.
"Maaf, sebelumnya, saya memang sudah mengenal Felix, tetapi saya belum mengenal dengan baik Felix. Bisakah jika kami melakukan pertunangan dulu dan kemudian enam bulan lagi kami menikah." Chika memberanikan diri untuk mengatakan pada semua yang berada di rumahnya.
Aland menyenggol tubuh Chika. Dia terkejut kenapa putrinya mengatakan akan hal itu. Namun, Chika mengabaikan papanya begitu saja. Dia tidak ada pilihan lain, karena kini dia sudah terjebak.
Anggota keluarga yang lain juga terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Chika. Padahal mereka berharap pernikahan akan segera di gelar. Mereka semua akhirnya memilih diam dan menunggu Papa Chika mengatakan sesuatu.
"Aku juga setuju." Suara Felix terdengar saat keheningan. "Apa yang dikatakan Chika benar. Kami belum terlalu dekat jadi mungkin dengan bertunangan dulu, kami bisa saling lebih mengenal sebelum hari pernikahan tiba," ucapnya menatap Chika.
Felix berpikir mungkin dengan perkenalan lebih dekat, dia bisa membuat Chika jatuh cinta dan menikah karena cinta.
Siapa yang mau benar-benar mengenalmu. Chika hanya bisa mencibir dalam hatinya tentang apa yang dikatakan oleh Felix.
"Felix sudah setuju jadi saya rasa tidak apa jika memang mereka berdua mau bertunangan lebih dulu." Daniel ikut menimpali ucapan Felix dan Chika.
Aland akhirnya setuju juga. Mereka melanjutkan dengan merencanakan kapan acara pesta pertunangan dilaksanakan, dan minggu depan adalah waktu yang mereka pilih, mengingat hanya keluarga saja yang akan datang.
Semua sepakat termasuk Felix dan Chika. Mereka mengakhiri semua perbincangan dengan makan bersama. Saat akan makan, Chika menarik Shea ke dalam kamarnya. Dia ingin mendengar penjelasan dari Shea kenapa bisa Felix melamarnya.
"Kenapa kamu tidak mengatakan jika Felix melamarku?" tanya Chika kesal pada Chika.
"Aku semalam menghubungimu, tetapi ponselmu sibuk," jawab Shea. Kemarin setelah menghubungi Papa Chika, dia menghubungi Chika, tetapi temannya itu sangat sulit dihubungi.
Chika menghela napasnya. Semalaman dia mendengarkan cerita Erik, jadi benar saja Shea tidak bisa menghubunginya. "Lalu kenapa kamu tidak mencegah Felix untuk melamarku?"
Mencegah? tanya Shea dalam hatinya. Justru dialah yang meminta Felix melamar Chika jika pria itu memang benar-benar mencintai.
"Dia mencintaimu, dan waktu aku mengubungi Papamu dan menjelaskan jika ada pria yang akan melamarmu, dia menerima. Jadi aku bisa apa jika keduanya tidak keberatan," jelas Shea.
"Tapi aku keberatan!" ucap Chika tegas. Dia masih belum bisa terima jika Felix akan menikahinya.
"Jika kamu tidak mau, kenapa kamu justru meminta pertunangan?" tanya Shea.
Chika bingung menjelaskan pada Shea keadaannya sekarang. Papanya seolah tidak bisa dibantah sedangkan Erix tidak mungkin bisa tiba-tiba datang bak penolong. "Entahlah."
"Dengarkan aku, aku tahu kamu kecewa, tetapi percayalah Felix orang baik."
"Baik," cibir Chika.
Shea menggeleng. Dia tahu temannya sedang sangat kesal, jadi dia tidak mau menambah kekesalannya. "Dengarkan aku! Terkadang orang yang kelihatan buruk belum tentu benar-benar buruk, dan juga orang yang kelihatannya baik belum tentu baik juga." Dia mengatakan dengan penuh penekanan, agar temannya itu mengerti.
Chika yang masih diliputi dengan kekesalan, mengabaikan omongan Shea. Sampai akhirnya suara ketukan pintu terdengar. Saat pintu dibuka, Elia memberitahu jika anggota keluarga Shea dan Felix akan pulang.
Shea dan Chika keluar dari kamar dan bergabung kembali. Semua anggota keluarga Bryan berpamitan dan menyerahkan semua pada para ibu-ibu yang akan mengurus semua persiapan pertunangan Chika dan Felix.
Sebelum pulang, Felix mengatakan jika besok saat jam istirahat dia akan menjemput Chika untuk membeli cincin pertunangan. Chika hanya menjawab dengan malas permintaan Felix. Entah apa yang akan dia lakukan pada pria itu, karena sebenarnya dia sangat malas.
.
.
.
.
...Jangan lupa like dan koment...
...Berikan juga hadiah ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
gia nasgia
Mom cika kalau sdh kenal pribadi nya papa Felix paling juga klepek "🤭
2024-02-22
0
LENY
Aku selalu LIKE tiap episode 😊
2023-02-24
0
LENY
Chika jgn terlalu sombong blm tentu Erik lebih baik dari Felix.
2023-02-24
0