"Tolong itu diletakkan di meja sebelah sana," ucap Ella seraya menunjuk ke salah satu meja. Dia meminta beberapa petugas catering meletakan makanan yang dibawanya.
Suasana begitu ramai. Lalu lalang orang menyiapkan acara pertunangan yang akan di adakan sekitar jam sepuluh nanti. Semua orang sibuk, termasuk Ella dan Aland yang mengarahkan beberapa orang untuk merapikan dan menyiapkan segala hal.
Berbeda dengan di luar di dalam kamar terasa sangat sepi. Chika yang dirias oleh penata rias memilih diam saja. Tak ada senyum bahagia di wajahnya.
Ingin rasanya dia lari dan menghindari pertunangan bak film-film yang sering dia tonton, tetapi sepertinya dia tidak akan setega itu membuat kedua orang tuanya malu. Lagi pula siapa yang akan menggantikannya nanti jika dirinya pergi, karena dia tidak memiliki saudara yang belum menikah.
"Sudah selesai," ucap penata rias.
Chika yang dari tadi memilih memejamkan matanya, membuka matanya perlahan. Melihat wajahnya dari pantulan cermin, membuatnya terkejut. "Apa ini aku?" tanyanya polos dan membuat penata rias tersenyum.
Melihat dari pantulan cermin, Chika melihat wajahnya dengan riasan make up. Sapuan blush on di pipinya, membuat wajahnya begitu segar. Polesan lipstik pink pun membuat wajahnya lebih berwarna. Berbeda sekali dengan tampilan sehari-hari dirinya.
Ternyata aku tidak bermimpi.
Chika yang melihat wajahnya dari pantulan cermin, merasa jika semua yang sedang dijalaninya adalah kenyataan.
Pintu dibuka dan membuat Chika menoleh. Dari balik pintu terlihat sang kakak yang menyembulkan kepalanya untuk mengintip Chika yang sedang dirias. "Apa sudah selesai?" tanyanya.
Penata rias mengangguk dan membuat Elia masuk ke dalam kamar. Dia menghampiri adiknya yang duduk di depan cermin. "Kamu cantik sekali," ucapnya memuji.
"Terima kasih," jawab Chika. Menghela napasnya dia berusaha untuk kuat menjalani takdir hidupnya.
"Dengarkan aku, terkadang kita merasa keadaan tak berpihak pada kita, memaksa kita untuk menjalani semua. Namun, percayalah jika suatu hari kamu akan merasa berterima kasih pada takdir yang memaksamu, karena kamu akan mendapatkan sesuatu yang berharga entah itu pengalaman atau pun cinta. " Elia sadar jika adiknya masih belum bisa menerima kenyataan jika dia akan menikah dengan Felix.
"Aku harap begitu," jawab Chika.
Elia tersenyum pada adiknya. Dia keluar dari kamar Chika sesaat kemudian, dan ikut menyambut kedatangan Felix dan keluarga.
Felix datang ditemani mamanya, Bryan, Shea, Regan, Selly, kedua orang tua Bryan dan kedua orang tua Regan. Beberapa hantaran tampak dibawakan oleh beberapa orang dan diletakan sesuai dengan tempat yang sudah disediakan.
Felix tampak gugup saat masuk ke dalam rumah Chika. Ini adalah pengalaman pertamanya, dan semoga menjadi pengalaman terakhirnya.
Aland dan Liana menyambut kedatangan Felix dan keluarga. Mereka mempersilakan masuk ke dalam rumah. Kemudian dia meminta Elia untuk memanggil Chika yang sudah menunggu di kamar.
Elia pergi ke kamar untuk memanggil adiknya. Chika yang sedari tadi sudah menunggu, mengikuti kakaknya untuk keluar. Perasaannya berdebar-debar saat melihat dari Felix dan keluarganya dari kejauhan.
Acara dimulai. Dari pihak keluarga Felix, mengungkapkan niatan mereka datang untuk melamar Chika. Dari pihak keluarga Chika menerima ke datangan mereka yang datang untuk melamar putri mereka.
Felix sendiri meminta Chika untuk mau menikah dengannya kelak. "Hari ini aku datang kemari dengan segenap keberanianku untuk melamarmu, sebagai bukti sebesar apa aku mencintaimu," ucapnya pada Chika.
Chika memaksakan senyumnya di hadapan keluarga dan para tamu. Senyum yang terasa berat karena sebenarnya hatinya menjerit.
"Maukah kamu bersama denganku sampai di hari bahagia kita. Saling mengenal satu dengan yang lain untuk menciptakan cinta yang akan membawa kita dalam kebahagiaan nanti?" tanya Felix.
Cinta? Satu kata yang dia ucap kembali di dalam hatinya. Satu kata yang sulit dia berikan karena cinta itu sudah diisi dengan nama pria lain. Akan tetapi dia tak dapat mengungkapkan akan hal itu. Akhirnya dia pun mengangguk menjawab pertanyaan Felix.
Mendapati jawaban anggukan, Felix menyematkan cincin di jari Chika, dan sebaliknya Chika menyematkan cincin di jari Felix. Sebuah foto diabadikan untuk yang akan menjadi kenangan indah kelak.
Para tamu bertepuk tangan dan merasakan bahagia akan acara yang diadakan. Para tamu mengucapkan selamat untuk Felix dan Chika.
"Kamu cantik sekali," ucap Felix di sela-sela dia menyalami tamu yang menyalami memberikan ucapan selamat.
Chika melirik Felix. "Jika aku tidak cantik, kamu tidak akan jatuh cinta padaku," ucapnya malas.
Felix tersenyum mendengar jawaban Chika. "Kamu benar, dan itulah yang membuat aku tergila-gila."
"Dan aku semakin gila saat kamu masuk ke dalam hidupku," jawab Chika ketus. Dia menyalami para tamu yang memberikannya ucapan selamat.
"Aku rasa kita berdua akan cocok karena sama-sama gila," jawab Felix tersenyum penuh kemenangan.
Chika berdecih mendengar ucapan Felix. Ingin rasanya dia cakar wajah Felix yang tampak menyebalkan itu.
"Selamat ya," ucap Shea yang menautkan pipi pada Chika.
"Terima kasih," jawab Chika malas.
"Apa kamu tahu apa yang kurang dari kecantikan di wajahmu?" tanya Felix berbisik dan membuat Chika menoleh seolah ingin tahu apa yang kurang. "Senyuman," ucap Felix menjawab pertanyaannya sendiri.
Mendengar ucap Felix Chika langsung tersenyum. Dia juga sedari tadi tidak menyadari jika tidak ada senyuman di wajahnya.
Bryan dan Shea yang melihat Felix dan Chika, ikut tersenyum. "Apa kira-kira yang mereka bisikan? Apa mereka sedang membahas menghabiskan malam di apartemen baru?" tanya Bryan berbisik.
Belum sempat Shea menjawab suara Selly terdengar. "Apa kalian sedang lomba berbisik?" tanyanya yang melihat dua pasangan itu saling berbisik.
Bryan, Felix, Shea, dan Chika saling berpandangan. Mereka baru menyadari apa yang baru saja mereka lakukan. Tawa mereka berempat pecah secara bersamaan.
Felix melihat jelas wajah Chika yang tertawa. Tampak begitu lebih cantik dari sebelumnya. Dia merasa senang karena Chika akhirnya ikut bahagia. Dia berharap Chika bisa menerimanya dan menikah dengannya enam bulan lagi.
Acara melangsung dengan meriah. Tawa keluarga terdengar hingga membuat Chika pun ikut dalam kebahagiaan mereka.
Acara berakhir. Felix dan keluarga berpamitan. Sebelum pulang, Felix menyempatkan diri berbicara dengan Chika.
"Ini access card apartemen, besok aku akan menjemputmu," ucap Felix seraya memberikan access card pada Chika.
Chika bersyukur, Felix menyiapkan semuanya untuknya. Walaupun sebenarnya syarat-syarat itu dirinya yang memintanya, tetapi Felix tidak keberatan menyiapkan. "Terima kasih," ucapnya.
"Sama-sama." Senyum terselip di wajah Felix.
"Sudah ayo pulang." Suara Bryan terdengar menganggu Felix yang sedang asik berbicara dengan Chika.
Felix mendengus mendengar temannya itu menganggu. Akhirnya Felix berpamitan dan meninggalkan rumah Chika. Dia sudah tidak sabar menunggu esok, bertemu dengan wanita yang dicintainya itu.
.
.
.
.
...Wajib Like & beri komentar...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
sakura🇵🇸
daddy bry kumat😅 huhu....seneng banget baca versi mereka muda
2024-09-29
0
gia nasgia
kata"nya papa Felix bikin gagal fokus 🤭
2024-02-22
0
Zuliet
😂sama " gila
2023-05-22
0