Chika menelan salivanya saat ternyata dia salah berucap. Dengan apa yang baru saja dia ucapkan, bisa saja Felix akan tahu jika dia sengaja melakukannya.
"Em …." Chika bingung memikirkan apa yang bisa dia katakan pada Felix. "Karena baju renang itu di rumah, dan yang terbawa olehku yang kemarin aku pakai." Akhirnya Chika menemukan alasan yang tepat untuk diberikan pada Felix.
Felix menatap dalam kedua bola mata Chika. Memastikan jika Chika tidak sedang berbohong.
Dilihat oleh Felix, Chika merasa bingung. Dia tidak mau jika Felix tahu dia sedang berbohong. "Karena baju renang itu di rumah, jadi aku akan beli saja," ucap Chika seraya meraih baju yang dibawa oleh Felix.
Menghindari Felix, dia buru-buru menuju ke kasir. Namun, dia dikejutkan dengan harga yang harus dia bayar.
Apa tidak salah untuk satu baju renang itu tiga juta? Itu sepuluh kali harga baju renang milikku.
Chika memikirkan baju renang yang harus dia bayar. Dengan harga semahal itu, dia merasa keberatan.
"Kenapa?" tanya Felix yang melihat Chika diam saja. Dia menduga jika Chika sedang memikirkan sesuatu.
"Ini mahal sekali," bisik Chika pada Felix.
Felix tersenyum mendapati jawaban Chika. "Pakai kartu yang kemarin aku berikan." Dia balas berbisik pada Chika.
"Aku tidak mau." Chika dengan tegas menolak akan hal itu.
"Lalu apa kita akan membatalkan membeli ini?"
"Iya," jawab Chika. Dia langsung beralih pada kasir. "Maaf sepertinya saya tidak jadi membelinya."
Mata Felix membulat sempurna. Dia tidak menyangka jika tunangannya itu benar-benar membatalkannya.
Kasir benar-benar terkejut. Dari tadi dia menunggu sepasang kekasih berbisik, dan akhirnya mendapati jika mereka membatalkan pembelian baju renang. Kasir itu pun menerima walaupun sebenarnya kesal.
Chika langsung pergi meninggalkan toko, dan meninggalkan Felix yang masih diam di depan kasir.
Karena tidak mau malu, akhirnya Felix membayarnya saat Chika pergi. Dia memberikan kartu namanya agar barang dikirim ke alamatnya. Setelah transaksi selesai, dia menyusul Chika yang asik melihat-lihat toko lain.
"Kenapa lama?" tanya Chika pada Felix.
"Aku harus meminta maaf karena kamu membatalkan pembelian." Felix memberikan alasan yang tepat untuk Chika.
"Bukannya tadi aku sudah minta maaf." Chika menatap penuh curiga apa yang tadi dilakukan Felix.
"Iya, tetapi aku belum, " jawab Felix asal. Karena tidak mau Chika curiga, akhirnya Felix mengajak Chika untuk ke lantai atas. Dia melangkah meninggalkan Chika sekaligus menghindari kontak mata dengan Chika.
Dengan langkah malas, Chika mengikuti Felix ke lantai atas mal. Sampai di atas, dia melihat ternyata ada tempat ski di dalam mal. "Aku baru tahu ada tempat ini di sini," ucapnya. Matanya melihat ke arah orang-orang yang sedang asik main ice skating.
"Mau coba?" Melihat Chika yang memandangi dengan antusias, dia menawarinya.
"Aku tidak bisa," jawab Chika menatap Felix dan memanyunkan bibirnya.
Mendengar Chika tidak bisa mau ice skating Felix berpikir ini adalah kesempatannya. Beralasan mengajari, secara tidak langsung dia akan memegangi Chika.
"Aku akan mengajarimu." Dengan semangat Felix menawarkan diri.
Chika yang sangat ingin mencoba, merasa bimbang, antara menerima atau tidak tawaran Felix.
"Kalau tidak mau, ayo kita jalan lagi." Felix melangkah meninggalkan Chika.
"Aku mau." Jawaban Chika menghentikan langkah Felix.
Felix berbalik dan melihat ke arah Chika. Senyuman tipis di ujung bibirnya menunjukan jika dia sangat puas dengan jawaban Chika. "Baiklah, ayo." Dia melangkah menuju ke skyrink ice skating.
Mereka meminjam sepatu untuk meluncur di skyrink ice skating. Sepatu dengan besi di bawa itu membuat Chika kesulitan berjalan. Akhirnya mau tidak mau dia berpegangan pada Felix.
Mata Felix melihat kearah tangan Chika yang berada di lengannya. Dia senang, karena ternyata tanpa Chika sadari dia memegangnya.
"Aku takut jatuh," ucap Chika yang terus memegangi lengan Felix.
"Tenang saja jangan takut." Felix menuntun Chika sampai di skyrink ice skating. Lantai es membuat Chika semakin takut karena sangat licin. Dia semakin mencengkram erat lengan Felix.
"Aku akan memegangi tanganmu." Felix melepas cengkraman tangan Chika di lengannya. Dia kemudian beralih menautkan jari jemarinya. Memegangi Chika agar tidak terjadi.
"Felix, aku takut." Chika mengeratkan genggaman tangan Felix karena takut terjatuh. Tanpa dia sadari jika tangannya yang saling bertautan membuat kedekatan dengan Felix terjalin.
Perlahan Felix membantu Chika meluncur. Dia berusaha menopang tubuh Chika agar tidak terjatuh. Selain memegangi, dia juga berjaga-jaga jika tiba-tiba tubuh Chika sampai oleng.
"Aku bisa,"ucap Chika yang senang saat dia bisa meluncur di atas lantai es.
Senyum Felix mengembang di sudut wajahnya. Dia begitu senang melihat Chika yang senang. Senyum di wajah cantik Chika adalah hal terindah yang akhirnya dia lihat.
Chika terus meluncur perlahan. Merasa euforia kebahagiaannya bisa menikmati permainan ice skating. Namun, kebahagiaanya tidak bertahan lama. Tubuhnya limbung dan membuatnya terjatuh.
Untung Felix yang siap sedia langsung menangkup tubuh Chika. Menopang dengan kedua tangannya. Saat tubuh Chika berada di tangannya, Felix menatapnya dengan penuh ketakutan. Takut wanita yang sekarang jadi tunangannya itu terjatuh dan akan terluka.
Chika yang terkejut merasa bersyukur masih ada Felix yang menopang tubuhnya dengan tangannya, Sehingga dia tidak jatuh. Matanya tanpa sadar menatap mata Felix, dan membuat kedua saling mengunci pandangan.
Tatapan penuh cinta yang Felix berikan membuat Chika terpaku, dan membuat debaran aneh di hati Chika. Ini untuk pertama kalinya, dia menatap mata seorang laki-laki dengan dalam.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Felix yang khawatir.
Pertanyaan Felix membuyarkan pikiran aneh yang tiba-tiba merasukinya. "Tidak," jawab Chika. Dia mencoba bangun kembali, menegakan tubuhnya.
"Ayo, semangat," ucap Felix tersenyum memberikan ucapan selamat pada Chika.
"Ini, juga aku semangat." Chika kembali perlahan meluncur. Dibantu Felix akhirnya dia bisa meluncur.
Perlahan Felix melepaskan genggaman tangannya, dan memberikan waktu pada Chika untuk meluncur sendiri. Namun, tetap saja dia berjaga-jaga, agar saat tubuh Chika terjatuh dia bisa menerimanya.
Felix senang karena Chika lupa dengan semua persyaratan yang sudah dia ajukan. Padahal dengan jelas tangan Felix memegangi tubuh Chika. Kini dia tahu, bagaimana mengambil kesempatan dalam kesempitan.
Chika terus berusaha meluncur, hingga akhirnya dia sedikit bisa, walaupun tidak benar-benar bisa.
"Ayo," ajak Felix mengulurkan tangannya. Membantu Chika meluncur lebih jauh.
Karena terlalu senang bisa meluncur Chika menerima dengan senang uluran tangan Felix. Mereka bersama-sama menikmati ice skating. Mengelilingi area skyrink ice skating.
Chika begitu riang, saat dia bisa meluncur. Dia merasa usahanya tidak sia-sia saat bisa menikmati berselancar.
Cukup lama mereka menikmati semuanya. Hingga akhirnya hawa dingin mulai menembus masuk ke dalam tulang. Mereka memutuskan untuk mengakhiri permainan, sebelum mereka akan beku di dalam ruangan dingin itu.
"Lain kali kita siapkan dulu semua alatnya, baru nanti kita kembali lagi ke sini," ucap Felix seraya melepas sepatunya.
"Benarkah?" tanya Chika antusias.
Felix melihat sosok lain saat Chika bertanya dengan penuh semangat khas anak kecil yang sedang diberikan janji oleh orang tuanya. "Iya," jawab Felix disertai anggukan.
Chika tersenyum senang. Dia membayangkan jika akan kembali bermain ice skating lagi, dan dia akan berusaha lebih keras lagi.
Mereka berdua keluar dan melanjutkan kembali berjalan-jalan di mal. Felix mengajak Chika untuk makan terlebih dahulu sebelum pulang.
Masuk ke dalam salah satu restoran, Chika dan Felix melihat Bryan, Shea dan El yang berada di dalam stroller. "Ayo, ikut bergabung dengan mereka," ajak Felix.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
gia nasgia
cieee ada yang menang byk rupanya 💃
2024-02-26
0
rista_su
jackpot 😁
2022-06-03
0
Anisatul Azizah
licik dibalas licik donk😍
2022-01-17
0