"Hai," sapa Chika dan Felix.
Shea yang sedang memotong steak daging miliknya, menghentikan gerakan tangannya. Matanya menoleh pada suara yang menyapanya. "Kalian di sini juga?" Dia berdiri dan menautkan pipinya pada Chika.
"Iya, kami sedang jalan-jalan." Chika menjawab seraya menerima tautan pipi daru Shea.
Senyum tipis tertarik di sudut bibir Shea. Ada rasa senang saat melihat jika Felix dan Chika pergi berdua. Dia menebak jika temannya itu sudah mulai dekat dengan Felix.
Felix dan Chika duduk bersama Shea dan Bryan. Mereka ikut makan bersama keluarga Bryan. Sesekali Chika menggoda El yang sedang asik bergumam.
"Kalian dari mana tadi?" Di sela-sela makan Shea menanyakan akan hal itu.
"Tadi aku main ice skating." Chika menjawab dengan penuh semangat.
"Apa seru?" Manik mata Shea menatap Chika penuh rasa penasaran. Dia belum pernah menjajal permainan itu, sehingga dia begitu bersemangat juga saat bertanya.
"Iya, seru, kamu haru coba, Se."
Mendengar ucapan Chika, Shea langsung menatap Bryan yang sedang asik menikmati makannya. Tangannya menggoyang-goyangkan tubuh Bryan. "Sayang, aku belum pernah main ice skating."
Pria keturunan Inggris itu hanya bisa mendengus kesal. Matanya menatap tajam pada Felix, karena ide ice skating pasti dari temannya itu.
"Sayang, aku sudah lama tidak main, jadi aku lupa."
Wajah Shea yang tersenyum perlahan surut. Dia merasa kecewa karena suaminya tidak mau mengajarinya.
"Kalau Bryan tidak mau, biar aku saja yang mengajari, Se." Suara Felix terdengar di sela-sela pembicaraan Shea dan Bryan.
"Benarkah?" Shea kembali bersemangat saat mendapatkan tawaran dari Felix.
"Be --"
"Tidak-tidak," elak Bryan langsung memotong ucapan Felix. Matanya menajam menatap Felix. "Yang ada kamu akan memegang Shea nanti."
"Sayang, kenapa kamu berpikir begitu, aku hanya belajar?" Shea yang tidak mau kalah akhirnya menyanggah ucapan Bryan.
"Kalau kamu belajar dengan Felix, kamu akan dipegang-pegang oleh Felix." Jiwa protektif Bryan mulai bergelora. Dia tidak rela jika ada yang memegang istrinya termasuk sahabatnya sendiri.
Shea mencebikkan bibirnya. Dia merasa kesal saat Bryan melarangnya dan memberi alasan yang tidak masuk akal untuknya.
"Kalau kamu tidak percaya, tanya saja Chika, apa Felix memegangnya atau tidak saat belajar ice skating." Bryan menambahi kembali ucapannya. Dia beralih menatap Chika yang sedang duduk di seberangnya.
Chika terkesiap mendengar pertanyaan Felix. Ingatannya kembali pada bagaimana tadi dirinya belajar pada Felix.
Memegang. Kata itu terulang dipikirannya. Sampai akhirnya dia mengingat akan perjanjiannya. Seketika dia merutuki kesalahannya yang dengan bodohnya mengizinkan Felix memegangnya.
Kalau kejadian seperti tadi, aku yang salah. Jadi mana bisa aku menuntut Felix untuk mengakhiri hubungan.
Chika kesal pada dirinya sendiri karena dengan bodohnya mengizinkan Felix memegangnya saat tadi bermain ice skating.
Felix yang melihat perubahan wajah Chika, mengumpat dalam hatinya. Kemudian dia menatap ke arah Bryan penuh dengan kekesalan. Bryan seolah mengingatkan Chika yang lupa jika dirinya sudah memegangnya.
"Ya sudah kalau begitu kamu saja yang ajari." Shea menatap penuh pengharapan pada Bryan. Rasa penasarannya begitu kuat hingga mendorongnya memohon pada suaminya.
"Iya, aku akan mengajarimu." Tak ada yang bisa Bryan lakukan. Sebuah rasa tidak rela membuatnya akhirnya mengalah.
Senyum tergambar di wajah cantik Shea. Dia amat senang saat suaminya akan mengajarinya. Bayangan-bayangan seru sudah menghiasi khayalannya.
Berbanding terbalik dengan Bryan dan Shea yang menemukan solusi untuk masalahnya, Felix dan Chika justru menemukan masalah baru. Chika menemukan kepingan kesalahan yang dia buat dan itu Felix lihat jelas di wajahnya.
"Baiklah, minggu depan kita main ice skating." Shea dengan semangat menjelaskan pada Chika.
Chika terdiam. Dia bingung harus menjawab apa, sedangkan tadi dirinya yang sangat antusias untuk mengajak Shea. "Iya, minggu depan kita main ice skating."
Felix terkesiap. Dia menoleh dan menatap Chika yang duduk di sampingnya. Tadinya, dia berpikir jika Chika akan menolak ajakan Shea, tetapi ternyata wanita itu menerimanya.
Shea begitu senang dan membuat Chika memaksakan senyumannya. Rasanya egois jika sampai dia tidak ikut senang.
Mereka melanjutkan kembali makan mereka. Menikmati sambil berbincang. Melanjutkan kegiatan, mereka memutuskan untuk ke taman yang berada di kawasan mal. Mengajak El yang untuk melihat tumbuhan hijau di taman.
Dengan mendorong stroller Bryan dan Felix berjalan lebih dulu, sedangkan Shea dan Chika berada di belakang mereka.
"Sepertinya hubungan kamu sudah ada peningkatan." Shea yang berjalan beriringan dengan Chika menoleh dan melontarkan pertanyaan. Pertanyaan yang dia simpulkan dari apa yang dia lihat.
"Apa begitu menurutmu?" Chika justru balik bertanya. Terkadang kacamata orang lain saat melihatnya berbeda dengan dirinya.
"Ternyata aku salah, kamu belum membuka hati." Kalimat penuh nada sindiran terdengar saat Shea mendapati pertanyaan Chika.
Sejenak Chika mengingat kalimat yang pernah di ucapan Felix. Jika kamu saja tidak membuka pintu saat aku ketuk, bagaimana aku bisa masuk? Kalimat itu dia ulang dalam hatinya.
"Jika kamu tidak membuka hatimu, kamu tidak akan pernah tahu seperti apa dia." Shea tahu tidak semudah itu mencintai, tetapi memberikan kesempatan tidak ada salahnya.
Chika hanya bisa diam dan memahami setiap kata yang keluar dari Felix dan Shea. Egonya masih sama. Dia ingin Erix bersamanya bukan Felix.
Sampai di taman mereka menikmati suasana taman. Sore hari matahari tidak terlalu menyengat. Ditambah angin yang bertiup membuat suasana menjadi sangat menyenangkan.
"Astaga ada yang harus aku beli." Suara Shea terdengar dan membuat semua mata tertuju padanya. Dia beralih menatap Felix dan Chika. "Bisakah aku titip El sebentar, aku dan Bryan harus membeli sesuatu," ucapnya.
"Memang kamu mau beli apa, Sayang?"
Shea justru mengedipkan matanya pada Bryan. Memberikan kode pada suaminya. "Titipan Kak Selly."
"Kalau begitu kita cari dulu, biarkan El dengan Felix dan Chika," jawab Bryan. Dia beralih pada Felix dan Chika. "Kalian tidak keberatan bukan?" tanyanya.
"Pergilah." Felix menjawab dengan penuh keyakinan.
Bryan dan Shea meninggalkan El bersama Felix dan Chika. Shea berharap, Felix bisa memanfaatkan kesempatan yang Shea berikan.
Benar saja, sesaat setelah Bryan dan Shea pergi El menangis. Dengan lembut Felix mengangkat tubuh kecil El. "Anak pintar kenapa menangis?" tanya Felix menatap El dengan senyuman di wajahnya.
Felix membawa El untuk melihat ikan yang berada di kolam di taman. Seketika El berhenti menangis. Matanya fokus melihat ikan-ikan yang sibuk berenang.
Chika terpaku melihat Felix yang dalam sekejap mata menenangkan El. Dia melihat sisi lain dari Felix, dan itu membuat senyum tipis di wajahnya.
"Ikan-fish," ucap Felix pada El dan membuat El bergumam seolah bertanya. "Iya, kalau digoreng enak," jawab Felix atas gumaman El.
Seketika tawa Chika terdengar saat Felix dengan asal menjawab pertanyaan El. "Apa lagi dibakar," ucap Chika mendekat dan ikut menjawab pertanyaan El.
Felix tersenyum melihat wajah cantik Chika dihiasi senyuman, dan dari kejauhan sepasang suami istri menikmati secangkir kopi sambil melihat anaknya yang sedang bermain dengan Felix dan Chika.
"Kamu mengorbankan anak kita," ucap Bryan kesal.
"Tidak apa, lagi pula El akan senang jika bisa menyatukan Felix dan Chika."
"Sepertinya nanti El akan membuka jasa biro jodoh," gumam Bryan lirih.
Senyum Shea tergambar di wajahnya saat melihat El tertawa lepas dengan Felix dan Chika.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
sakura🇵🇸
senangnya punya sahabat baik seperti mereka yg selalu saling bantu😍
2024-09-29
0
gia nasgia
Mom shea memang yang terbaik 😘😘
2024-02-26
0
Man Cian
Shea mmg pengertian 👏👏👏👍👍👍Shea
2022-05-30
0