"Seoang gadis adalah milik keluarganya, jadi mintalah pada keluarganya." Shea menjelaskan pada Felix.
"Maksudmu melamarnya?" Felix memastikan pada Shea.
Shea mengangguk. Dia berpikir hanya cara itu yang dapat Felix gunakan, karena mendekati Chika secara personal terlalu sulit. Lagipula, meminta pada keluarganya adalah hal baik yang bisa dilakukan.
"Apa dia akan menerima?" Felix benar-benar ragu dengan pilihan saran dari Shea.
"Tidak ada salahnya dicoba," jawab Shea.
Bryan yang mendengar ucapan Shea tak bisa berkata apa-apa, dirinya sendiri saja tidak dengan baik mendapatkan Shea.
Felix mengangguk. Dia merasa itulah pilihan yang pilihan tepat. Mungkin sedikit memaksakan, tetapi demi mendapatkan wanita yang dia cintai apa salahnya.
Setelah mendapatkan saran dari Shea dan mendengarkan beberapa hal yang harus disiapkan, akhirnya Felix memilih untuk pulang. Karena tidak mau berlama-lama, dia segera menemui mamanya.
Mobil Felix sampai di rumahnya. Dia memilih diam di dalam mobil memandangi rumah besar pemberian papanya yang sekarang ditinggali oleh mamanya.
Sejak kuliah dia memutuskan untuk tinggal sendiri, dan jarang sekali dia pulang. Mamanya yang justru sering datang ke apartemen, sekedar mengantarkan makanan atau mengecek keadaan Felix.
Dengan penuh keyakinan Felix turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Menekan bel, dia menuggu sejenak pintu rumahnya dibuka.
"Anak Mama," ucap Liana terkejut saat membuka pintu. Dia langsung memeluk anaknya yang baru saja datang.
Felix membalas pelukan mamanya. Sebenarnya dia juga merindukan mamanya, tetapi dia terlalu malu untuk mengatakannya.
"Apa aku tidak diajak masuk?" tanya Felix saat mamanya tidak berhenti memeluknya.
Liana melepaskan pelukannya dan menatap putra semata wayangnya yang begitu dia sayang.
"Apa kamu tamu yang harus dipersilakan masuk?" Liana memukul lengan anaknya karena kesal. "Auch … " teriak Liana saat merasakan tangannya sakit. "Apa kamu memasang plat besi di lengan?"
Felix tertawa mendengar pertanyaan konyol mamanya itu. Mamanya tidak pernah berubah selalu saja bisa membuatnya tertawa.
"Iya, dan akan aku jual nanti jika sudah aku lepas." Felix merangkul tubuh Liana dan melangkah masuk ke dalam rumah.
"Mana laku?" tanya Liana dengan nada menyindir.
"Laku di tukang loak," jawab Felix tersenyum dan menaikan alisnya.
Liana yang gemas mencubit perut Felix. Akan tetapi, perut dengan enam kotak itu tampak keras dan sulit untuk dicubit.
Tawa keduanya terdengar mengisi keheningan rumah. Rumah besar yang hanya dihuni mamanya dan asisten rumah tangga itu memang tampak sepi.
Mereka berdua menuju ke meja makan. Tempat favorite Felix dan mamanya saat berbincang. Karena di meja makan, mereka bisa makan sambil bercerita banyak hal.
"Mau minum apa?" Liana menuju ke lemari pendingin dan membukanya. Dia mencari minuman dingin untuk diberikan pada anaknya.
"Bir atau whisky," jawab Felix.
Liana langsung menatap tajam pada anaknya saat mendengar apa yang diinginkan anaknya. Felix yang mendapati tatapan tajam, membalas senyuman di wajahnya.
Mengambil minuman soda, Liana menghampiri Felix yang duduk di meja makan. "Apa kamu belum berhenti minum?" tanyanya seraya memberikan minuman soda pada Felix.
"Em … sedikit," jawab Felix. Dia membuka kaleng soda dan meminumnya.
"Kapan kamu akan berhenti?" Liana tahu jika anaknya adalah pecandu minuman. Setiap dia ke apartemen di hari libur, selalu mendapati anaknya tidur seusai mabuk.
"Nanti setelah aku menikah." Felix menjawab dengan santai pertanyaan mamanya.
"Wanita mana yang mau denganmu?" Liana melayangkan pertanyaan dengan nada sindiran. Dia sudah banyak mendapat infomasi jika wanita yang didekati anaknya adalah wanita yang ditemui di bar.
"Ada, jika Mama mau melamarkannya."
Liana yang juga sedang minum langsung tersedak. Dia benar-benar terkejut dengan ucapan anaknya.
"Apa kamu menghamili kekasihmu?" tanya Liana menatap tajam pada Felix.
Felix berdecih, dia merasa mamanya benar-benar menyebalkan, karena menuduh anaknya seenaknya saja.
"Apa aku harus menikah karena menghamili seorang wanita?" Felix memutar bola matanya malas.
"Lalu?" Liana ingin tahu alasan anaknya. Perlahan dia mulai tahu untuk apa anaknya pulang dan menemuinya. Dia menduga, jika anaknya itu pulang dengan maksud tertentu.
"Aku kemari untuk meminta Mama melamarkan seorang gadis?" Felix memberanikan menjelaskan pada mamanya.
"Gadis?" tanya Liana memastikan pada Felix. Dia mendekatkan tubuhnya untuk mendengar jawaban dari anaknya.
Felix menghela napasnya, menahan kesabarannya. Mamanya itu selalu bisa membuatnya mati kutu. Gadis yang dimaksud mamanya adalah seorang wanita yang masih perawan dan belum pernah melakukan hubungan suami istri.
"Gadis," jawab Felix malas.
"Wah …." Liana merasa kagum saat mendengarkan jawaban anaknya. "Kapan?" Dia tidak mau kehilangan momen berharga itu.
"Besok."
Liana benar-benar terkejut mendengar acara yang begitu mendadak. Menyiapkan semua secara mendadak pasti sangat membutuhkan waktu, apalagi harus ada yang dibawa untuk melamar seseorang.
"Baiklah." Liana tidak mau kehilangan kesempatan saat anaknya memintanya dengan sungguh-sungguh. Dia berharap anaknya bisa berubah setelah menikah dan bisa hidup bahagia.
***
Tiga mobil sedan berwarna hitam yang melaju beriringan, menuju ke rumah Chika. Satu mobil diisi oleh Shea dan Bryan, satu mobil diisi oleh Felix dan mamanya, sedangkan satu mobil lagi diisi oleh Melisa dan Daniel.
Sampai di depan rumah Chika, Felix merasakan jantungnya berdebar, dia benar-benar merasakan takut jika sampai keluarga Chika menolak.
Shea menepuk bahu Felix. Dia mencoba menenangkan teman suaminya itu. Kemarin Shea sudah menghubungi Paman Aland- Papa Chika. Shea menjelaskan, jika ada seorang pria yang menyukai Chika dan ingin melamarnya.
Aland merasa senang saat Shea yang menghubungi dan menjelaskan niatan pria yang menyukai Chika. Sebagai seorang ayah, mendengar ada pria dengan berani langsung melamar, membuatnya kagum. Dia pun mengizinkan untuk Shea membawa pria itu datang.
Mereka semua masuk ke dalam rumah Chika untuk menemui orang tua Chika. Saat mereka datang, ternyata keluarga Chika sudah menunggu. Aland dan Ella-istrinya menyambut baik kedatangan Felix dan keluarga.
Satu persatu dari mereka yang datang memperkenalkan diri, termasuk Felix-pria yang datang untuk melamar.
Keluarga Chika juga memperkenalkan anggota keluarga masing-masing. Elia-Kakak Chika bersama suaminya David memperkenalkan diri setelah sang mama dan papa. Anaknya berusia lima tahun bernama Kay anak dari Elia dan David tak kalah antusias memperkenalkan diri juga.
Selesai saling mengenal, Aland meminta Elia untuk memanggil Chika. Elia menuju ke kamar adiknya untuk meminta adiknya keluar.
"Apa kamu sudah siap?" tanya Elia sesaat membuka pintu.
"Sudah," jawab Chika malas.
Elia menemani Chika untuk keluar dari kamarnya menuju ke ruang tamu untuk menemui keluarga yang datang melamarnya. Karena malas, Chika memilih menundukkan kepalnya.
"Ini anak kami Chika," ucap Aland pada kelurga Felix.
"Tegakkan kepalamu," bisik Elia pada adiknya.
Chika menegakkan kepalanya untuk melihat keluarga yang datang. Namun, dia dikejutkan dengan orang-orang yang datang ke rumahnya. Dia jelas mengenal semua orang yang datang.
Mengedarkan padangan, dia mencari siapa pria yang datang melamarnya. "Felix," gumamnya menebak pria itu.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
nobita
ya ampun udh gak sabar Felix utk mendapatkan Chika... langsung aja sekalian keluarga besar ikut... melamar...
2024-06-19
0
gia nasgia
Gercep aja bang Felix 😂👍
2024-02-22
0
Roseanne
Felix koq mrip ma cwok gw ujug2 langsung ngelamar kermh pdhal mlm nya gw dah mnta pts tpi mlah gk me diptsin😫
2023-06-30
0