Ara tersenyum senang menatap bunga itu.
“Jack kalau kau normal seperti orang lain pada umumnya, mungkin aku akan jatuh cinta padamu,” ucapnya lalu mencium bunga itu. Siapa gadisnya yang tidak suka diberi bunga oleh pria setampan dan sekaya Jack, seandainya dia tidak sakit, seandainya…
Tiba-tiba terdengar ketukan dipintu berkali-kali, Ara penasaran siapa lagi yang datang. Diapun membuka pintunya.
Ternyata Pak Beni sudah berdiri disana.
“Ada apa?” tanya Ara menatap pria itu.
Pak Beni melihat pada bunga itu, Ara langsung menyembunyikannya ke belakang tubuhnya.
“Dari Jack,” ucapnya dengan wajah sedikit memberengut dan wajahnya memerah.
Pak Beni tersenyum.
“Tuan dan Nyonya sudah ditunggu di meja makan,” kata Pak Beni.
“Jangan memanggilku Nyonya, aku merasa risih,” kata Ara.
“Sudah seharusnya Nyonya. Pemilik rumah ini adalah Tuan Delmar,” kata Pak Beni.
Ara terkejut mendengarnya, dia fikir ini rumahnya Ny.Inez dan Tn.Ferdi.
Ara menatap Pak Beni.
“Pak Beni, sepertinya aku harus bicara denganmu,” kata Ara.
Pak Benipun diam.
“Ikut aku,” ucap Ara, sambil masuk kedalam kamar, lalu menuju Balkon kamar diikuti Pak Beni.
Ara menoleh kedalam kamar sebentar, jangan sampai Jack tahu dia bicara dengan Pak Beni.
“Aku ingin tahu apakah sakit Jack sangat parah?” tanya Ara.
Pak Beni terdiam.
“Jujur saja aku takut pada Jack, aku takut aku menikahi pria dengan gangguan kejiwaan,” kata Ara.
Pak Beni menatap Ara yang juga menatapnya.
“Tuan Delmar tidak pernah menyakiti orang,” kata Pak Beni.
Mendengarnya benar-benar membuat Ara lega.
“Tapi dia semalam seperti itu, dia mengamuk juga menyakiti dirinya sendiri. Kau lihat tadi? Dia berenang tanpa rasa sakit ditangannya, apa dia gila? Oh maaf, dia memang tidak normal,” ucap Ara.
Pak Beni menatap Ara lagi.
“Tuan Delmar dirawat di RSJ waktu kecil, di Perancis. Tuan baru pulang kesini sebulan yang lalu,” jawab Pak Beni, semakin membuat Ara terkejut.
“Dia dirawat di RSJ waktu kecil? Kenapa dia sampai mengalami hal seberat itu?” tanya Ara.
“Tuan Delmar menyebabkan ayah dan teman kecilnya, Arum, tenggelam di laut, semua orang menyalahkannya dan itu membuatnya depresi,” jawab Pak Beni.
Ara semakin terkejut mendengarnya.
“Jadi Jack depresi karena itu? Dan Arum itu teman kecilnya Jack? Dia memanggilku Arum, apa aku mirip dengan Arum?” tanya Ara.
“Saya tidak tahu pasti, karena waktu itu Arum masih kecil,” jawab Pak Beni.
“Kasihan sekali Jack, dia pasti sangat tertekan, karena dia pasti tidak sengaja melakukannya, kasihan juga ayahnya dan Arum,” gumam Ara.
Pak Beni pun diam.
“Aku sebenarnya takut Pak Beni, seharusnya kau mengatakannya dari awal,” kata Ara.
“Selama minum obat teratur, Tuan Delmar baik-baik saja,” kata Pak Beni.
“Tapi tetap saja itu artinya dia belum benar-benar sembuh. Dia belum bisa mengendalikan emosinya, dia belum bisa bersikap tenang,” ucap Ara.
Pak Beni pun kembali diam.
Ara mendekati Pak Beni lalu mendekatkan kepalanya, membuat Pak Beni terkejut, ternyata Ara berbisik ketelinganya Pak Beni.
“Ngomong-ngomong kenapa tubuh Jack sangat keren?” tanyanya.
Pak Beni semakin terkejut mendengarnya.
Ara kembali menjauhkan kepalanya, sambil matanya melirik kedalam kamar itu jangan sampai Jack mendengar.
“Tuan Delmar suka berolahraga,” jawab Pak Beni.
“Benar begitu? Sangat aneh, ternyata dia mengerti berolahraga?” tanya Ara.
“Disini ada ruangan untuk ngegym,” ucap Pak Beni.
“Benarkah? Apa bisa untuk wanita? Perutku ingin langsing juga,”ucap Ara bersemangat, sambil memegang perutnya.
“Nyonya bisa minta Tuan Delmar untuk membelikan alat-alatnya, nanti saya yang mengurusnya,” kata Pak Beni.
“Apa Jack akan membelikannya?” tanya Ara.
Pak Beni mengangguk, lalu matanya tertuju pada bunga di tangannya Ara.
“Dia sangat romantis,” ucap Ara, menatap bunga itu.
“Tuan Delmar, sedang jatuh cinta,” jawab Pak Beni.
“Apa?” Ara menatap Pak Beni.
“Tuan Delmar baru mengalami jatuh cinta dan ingin menikah,” jawab Pak Beni.
Arapun terdiam beberapa saat.
“Jadi itu dia tiba-tiba melamarku?” tanya Ara.
Pak Beni mengganguk.
“Pria itu sekali bertemu langsung mengajak menikah,” keluh Ara.
Pak Beni mengangguk lagi.
“Tetap saja aku merasa takut. Dia mengamuk hanya karena ada barang yang hilang, “ keluh Ara.
“Semua benda yang didalam ruangan itu pembelian dari ayahnya, Tn.Constantin Delmar,” jawab Pak Beni.
“Oh pantas. Jack sangat kehilangan ayahnya,” ucap Ara.
“Saya sudah mengunci ruangan itu. Karena ternyata sekarang dirumah ini tidak aman,” kata Pak Beni lalu mengeluarkan sesuatu disakunya dan diberikan pada Ara.
“Apa ini?” tanya Ara, menatap sebuah kunci ditangannya.
“Kunci ruangan itu, Nyonya yang akan bertanggung jawab memegangnya,” jawab Pak Beni.
“Kenapa aku?” tanya Ara.
“Karena Nyonya istrinya Tn.Delmar. Saya harap Nyonya juga mau membantu menjaga Tuan Delmar,” kata Pak Beni.
“Pria yang harus menjaga wanita bukan wanita yang menjaga pria,” keluh Ara.
Pak Benipun terdiam. Ara juga menghela nafas panjang, lalu menatap Pak Beni.
“Apakah aku harus menjalani pernikahan ini?” tanyanya.
“Menikahlah sekali untuk seumur hidup,” ucap Pak Beni.
Ara kembali menunduk menatap bunga-bunga itu. Menikah sekali seumur hidup, apa dia akan hidup selamanya dengan Jack?
“Apa ada kemungkinan Jack bisa sembuh 100 persen? Maksudku tidak bergantung lagi pada obat-obatan itu?” tanya Ara.
“Iya,” ajwab Pak Beni.
“Syukurlah kalau ada kemungkinan begitu, aku harus bertemu Dokternya, siapa Dokternya?” tanya Ara.
“Dokter Mia,” jawab Pak Beni.
Ara kembali menghela nafas panjang dan menatap Pak Beni.
“Aku takut dia menyakitiku,” ucapnya, dengan pandangan frustasi.
“Sudah saya katakan tadi, selama ini Tn.Delmar tidak pernah menyakiti orang,” kata Pak Beni.
Ara tidak bicara lagi. Tiba-tiba terdengar suara kamar mandi di buka.
Terdengar langkah Jack memasuki kamar dan berhenti ditengah ruangan itu, dilihatnya ada Pak Beni di balkon luar.
“Pak Beni, apa kau melihat istriku?” tanya Jack.
“Aku disini Jack,” jawab Ara, muncul di balik tembok.
Jack melihat bunga yang ada di tangan Ara.
Ara menatap pria itu yang memakai piyama handuk dengan rembutnya yang masih basah, pria itu terlihat ****.
“Kau suka bunganya?” tanya Jack.
“Iya aku suka bunganya, terimakasih,” jawab Ara, mencoba bersikap tenang menghadapi Jack.
Jack menoleh pada Pak Beni.
“Tuan dan Nyonya ditunggu di ruang makan,” kata Pak Beni.
“Saya permisi,” lanjut Pak Beni, lalu meninggalkan kamar itu.
Jack tampak mengerutkan dahinya melihat pada Pak Beni yang pergi lalu pada Ara yang menatapnya.
“Aku mau mandi,” ucap Ara, lalu menyimpan bunga itu diatas tempat tidur dan buru-buru pergi dari kamar itu, mau ke kamar mandi.
Jack tidak bicara apa-apa, dia pun pergi ke ruangan lain untuk berganti pakaian.
Setelah Ara mandi ternyata Jack tidak ada dikamarnya. Diapun segera berganti pakaian, berdandan lalu keluar kamar.
Ara melihat seisi rumah yang sangat luas itu dengan perabotannya yang mewah tapi sangat sunyi senyap seperti tidak ada orang. Sepertinya kalau dia berteriak akan mengeluarkan gema diruangan itu.
“Dimana ya ruang makannya? “ gumam Ara, celingukan saking banyaknya ruangan itu.
“Kenapa Jack tidak menungguku?” keluhnya.
Setelah dicari-cari, didengarnya ada suara suara di sebuah ruangan, diapun menuju kesana dan ternyata itu adalah ruang makan.
Dilihatnya ada Jack juga Ny.Inez, Tn. Ferdi dan Bastian.
Saat dia masuk keruangan itu, seorang pelayan langsung mengeluarkan kursi di samping Jack.
“Maaf aku terlambat,” ucap Ara pada semua orang.
“Makanlah,” ucap Ny. Inez, menatap Ara sebentar kemudian makan lagi.
Arapun duduk lalu menoleh pada Jack, dan diapun membelakkan matanya saking terkejutnya. Melihat cara makan Jack yang cepat dengan suapan disendoknya yang penuh, dan mangukuk-mangkuk disekitar piringnya sebagian sudah kosong.
Seketika Ara ingin muntah melihatnya. Bagaimana bisa perut serata itu tapi makan sedemikian banyak? Kemana makanan itu? Dia merasa seperti melihat film Samson ditelevisi.
Dia jadi ingat kata orang, pada orang yang mengalami gangguan kejiwaan itu ada jin yang bersarang dalam tubuhnya. Apakah Jin-jin itu yang makan-makanannya Jack?
Ara menggelengkan kepalanya menghilangkan fikiran buruknya. Diapun menoleh pada Bastian yang sedang menatapnya sambil tersenyum mengejek. Adik Jack itu sedang menertawakannya.
Ara menghela nafas panjang mencoba bersikap tenang, satu hal yang diyakininya, dia sekarang istrinya Jack, dia harus menerima keadaan Jack dan memperhatikannya juga membantunya untuk sembuh.
“Jack, kau bisa makan pelan-pelan,” kata Ara.
Mendengar Ara bicara, Jack menghentikan makannya.
Ara menggeserkan tubuhnya lebih dekat pada Jack, mengambil serbet dan melap makanan yang menempel dimulutnya Jack.
Jask hanya diam menatap istrinya itu.
“Kau makan pelan-pelan,” ucap Ara, membalas tatapan Jack.
Dengan ragu, tangannya sedikit gemetar menyentuh tangan kanan Jack yang memegang sendok yang penuh makanan. Ditumpahkannya lagi isi didalam sendok itu, lalu melapaskannya.
“Kau makan sedikit-sedikit,” ucap Ara, menganggukkan kepalanya.
Jack mulai makan dari sendok itu.
“Bagus,” ucap Ara.
Tapi kemudian Jack mengambil lagi makanan dengan siukan yang penuh dan bertumpahan, lalu dimakannya dengan cepat.
“Bukan begitu,” ucap Ara, dengan hati yang merasa sedih, melihat seperti ini jelas menunjukkan kalau Jack sakit.
“Percuma kau mengajarkan dia cara makan, dia makannya memang begitu,” kata Bastian sambil tertawa.
Ara memberengut menatap Bastian yang malah menertawakannya.
“Aku sudah selesai makan, aku berangkat,” kata Tn,Ferdi bangun dari duduknya.
“Iya sayang, hati-hati dijalan,” ucap Ny.Inez.
Tn.Fredi pun meninggalkan ruangan itu tanpa menyapa yang lainnya.
Ara hanya menatap kepergian pria itu, lalu menoleh pada Ny.Inez yang juga menghabiskan makannya.
“Kau urus suamimu yang benar,” ucap Ny.Inez, lalu beranjak pergi meninggalkan ruangan itu.
“Selamat menikmati hari-harimu dengan kakakku yang…” Bastian tidak melanjutkan bicaranya, hanya tersenyum mengejek, lalu pergi meninggalkan ruangan itu.
Ara terdiam. Apakah semua orang tidak peduli pada Jack? Diapun tidak bicara lagi, Ara mulai makan makanan dipiringnya. Sesekali melihat Jack yang sibuk dengan makanannya yang banyak.
Matanya Ara mulai berkaca-kaca dan butiran airmata menetas dipipinya. Dia menyadari hari-hari bersama Jack akan sangat berat dan dia harus kuat menjalaninya.
*************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
Mama cantik😘💖
semoga kau jadi obat penyembuh bagi Jack,Ara😛
2024-07-13
0
Justme
😂
2022-07-29
0
siti yanti
ayo Ara semangat yg sabar jangan putus asa Jack suami butuh perhatian dan dukungan mu sebagai istrinya
2022-07-23
0