Ara mengajak Jack dan Pak Beni masuk ke ruangannya dan mempersilahkan mereka duduk.
Jack tidak langsung duduk, dia melihat ke sekeliling ruangan . Ara menatap pria itu dengan bingung, sebingung bingungnya dan dia juga menjadi gugup karena Jack tahu-tahu melamarnya didepan banyak orang.
Kini Jack menatap Ara. Setiap menatap gadis itu, dia merasakan nyaman dalam hatinya, tapi dia bingung kenapa dia merasa seperti itu.
Setiap Jack yang menatapnya seperti itu, setiap kali juga Ara seperti akan dikuliti karena tatapannya itu tidak cepat beralih.
“Tuan Jack, Silahan duduk,” ucap Ara, sambil tersenyum berusaha ramah, padahal kepalanya sudah sangat pusing menghadapi pria yang aneh ini.
Akhirnya Jack duduk setelah melihat Ara duduk duluan, sedangkan Pak Beni sudah duduk lebih dulu.
“Maaf, sebenarnya saya sangat bingung, jadi kalian datang ke kantorku ada keperluan apa?” tanya Ara, menatap Pak Beni lalu menatap Jack. Lagi-lagi dia merasa risih dengan tatapannya itu.
“Aku ingin menikah denganmu,” jawab Jack.
Arapun tersenyum.
“Tuan Jack ini sangat lucu, kau datang ke kantorku dan tiba-tiba saja mengajakku menikah. Melamar itu tidak bisa disembarang tempat, Tn.Jack,” ucap Ara, berhenti sebentar lalu bicara lagi.
“Melamar itu kau harus datang ke rumah orang tua wanita, datang dengan keluargamu, sambil membawa hadiah, kemudian minta restu pada orang tua wanita, begitu umumnya orang melamar,” kata Ara, dia merasa gerah dengan sikapya Jack, yang difikirnya seperti main-main saja.
“Datang ke rumah, membawa hadiah dan minta restu pada orang tua wanita,” ulang Jack, bukan bertanya, dia mengulang perkataannya Ara.
“Iya seperti itu, itu namanya melamar,” kata Ara.
Jack tidak bicara lagi.
Ara menoleh pada Pak Beni.
“Maaf Pak, saya bingung dengan semua ini. Masalahnya ini dikantor, saya juga banyak pekerjaan. Jadi tolong dipersingkat saja, ada apa sebenarnya?” tanya Ara.
Pak Beni akan menjawab, tapi Jack mendahului.
“Aku ingin menikah denganmu!” Jack yang menjawab.
Pak Beni menatap pada Tuannya itu, yang begitu bersikeras mengajak Ara menikah, dia khawatir sikap Jack akan diluar jalur dan membuat keributan lalu membuat Ara takut, kalau sudah seperti itu dia bingung harus bersikap apa.
Ara menatap Jack.
“Tuan Jack, tadi saya sudah bilang kau tidak bisa begitu saja melamar wanita, ada etika yang harus kau lakukan,” kata Ara, kepalanya langsung pusing saja dengan sikap pria ini.
“Kita pulang,” ajak Jack tiba-tiba, lalu bangun.
Ara terkejut, benar-benar tidak mengerti dengan sikapnya.
Pak Beni juga cepat bangun, dari pada tiba-tiba Jack mengamuk, lebih baik mereka pulang saja.
“Bu Ara, kami permisi,” ujar Pak Beni.
Ara mengangguk dengan bingung. Jadi keperluan pria ini datang ke kantornya hanya untuk mengatakan ingin menikah dengannya? Aneh.
“Iya Pak, Selamat siang,” ucap Ara. Dia sangat bingung, lebih baik mereka pulang saja, dia juga tidak mau memperpanjang masalah.
Pak Beni dan Jack keluar ruangan itu. Lagi-lagi semua orang memperhatikannya saat mereka melewati ruangan itu menuju pintu kelaur. Ara hanya mengantarnya sampai ruangan itu.
Setelah Jack dan Pak Beni keluar, kini orang-orang itu menatapnya, membuat Ara bingung saja, diapun kembali masuk keruangannya. Hari yang aneh, fikirnya.
“Bu, Ibu memanggil saya?” seorang pria menghampirinya.
“Iya Pak Dimas, minta tolong data-data ini saya tidak mengerti,” jawab Ara, diapun kembali sibuk dengan pekerjaannya.
Jack sudah berada didalam mobilnya dengan Pak Beni.
“Pak Ben, persiapkan lamaran seperti yang Ara katakan tadi,” kata Jack.
“Maksud Tuan, datang kerumahnya, minta retsu pada orang tuanya?” tanya Pak Beni, terkejut.
“Iya, membawa hadiah,” jawab Jack.
“Kau serius Tuan? Tuan tidak bertanya padanya apakah dia mau menjadi istri Tuan? Biasanya begitu Tuan,” kata Pak Beni, dengan fikiran yang bingung.
“Ara tidak minta aku harus menanyakan itu. Kau siapkan saja,” ujar Jack.
“Apa kita akan meminta Nyonya juga untuk datang?” tanya Pak Beni.
“Ara minta datang dengan keluargaku, jadi Ibu juga Bastian juga pria itu,” jawab Jack.
“Tuan Ferdi?” tanya Pak Beni.
Jack tidak menjawab, matanya lurus kedepan.
“Hadiah,” ucap Jack kemudian.
“Hadiah?” tanya Pak Beni.
“Iya, hadiah, kata Ara membawa hadiah,” jawab Jack.
“Tuan ingin membawa hadiah apa?” tanya Pak Beni.
“Ara tidak mengatakannya,” jawab Jack.
“Berarti hadiahnya bisa apa saja,” kata Pak Beni.
Jack tampak berfikir kemudian dia bicara.
“Jendral 9 nyawa,” jawab Jack.
“Jendrla 9 nyawa? Tuan akan memberikan hadiah Jendral 9 nyawa?” tanya Pak Beni.
Jack mengangguk. Pak Beni menghela nafas panjang dan menatapnya, ternyata Jack kembali kedunia masa kecilnya, ada banyak mainan miniature prajurit dirumahnya yang sangat disukai Jack.
“Tuan, melamar gadis hadiahnya bukan itu,” kata Pak Beni.
“Apa?” tanya Jack.
“Nanti akan saya siapkan,” jawab Pak Beni.
Jack tidak bicara lagi, begitu juga Pak Beni, dia mengeluarkan ponselnya dan menelpon seseorang.
Jack menurunkan sedikit tubuhnya dan bersandar.
“Dia cantik,” ucapnya, membuat Pak Beni menoleh dan menghentikan pembicaraan ditelponnya.
“Dia cantik,” ulang Jack.
Pak Beni tersenyum mendengarnya.
“Tuan menyukainya?” tanya Pak Beni.
“Dia cantik,” ulang Jack.
“Iya, dia cantik,” jawab Pak Beni sambil tersenyum.
“Aku ingin tidur, Pak,” ucap Jack kemudian, sikap yang biasa di lakukan kalau berfikir terlalu keras dia akan meminta tidur, seakan merasa lelah.
“Ya Tuan bisa tidur,” jawab Pak Beni, sambil merubah posisi kursinya Jack supaya lebih rendah. Pria itu pun memejamkan matanya, mulai tertidur.
Pak Beni menatapnya, lebih dari 20 tahun dia mengikuti pria ini. Menengoknya setiap hari di RSJ, mengikuti setiap perkembangan mentalnya, pendidikannya, karirnya, meskipun majikannya, Ny.Inez tidak pernah menjenguknya. Dia tetap merawat Jack dengan kasih sayang dan kesetiaannya karena dia sudah lama bekerja bersama ayahnya Jack.
Ny.Inez hanya akan mengirimnya sejumlah uang yang banyak untuk keperluannya dan Jack di Perancis tiap bulannya.
Ayahnya Jack, Tuan Constantine Delmar meninggalkan warisan yang banyak di Perancis buat Jack, yang tentunya karena Jack masih kecil waktu itu, semua kekayaannya di kelola oleh Ny. Inez.
Dia sudah begitu sangat menyayangi Jack. Dia tidak berani membantah apapun keinginan Jack, karena banyak kebahagiaan dari Jack yang hilang sudah sejak lama. Pria ini begitu kesepian, mungin dalam hatinya dia memang menginginkan seorang pendamping. Semoga saja gadis itu mau menikah dengan Jack.
Pak Beni menghela nafas panjang, dia membayangkan bagaimana jika Ara menolak?
Apa dia harus mengatakan pada Bu Ara kalau Jack itu mengalami gangguan kejiwaan? Tapi kalau gadis itu tahu Jack seperti itu pasti akan takut dan menjauh, bagaimana dengan Jack? Apa yang akan terjadi dengan mentalnya Jack jika keinginannya itu ditolak? Jack akan patah hati, karena ini cinta pertamanya.
Pak Beni juga bingung bersikap pada Ara, apakah dia harus kasihan atau apa, entahlah.
Terdengar suara yang memanggilnya halo halo.
“Iya, kau siapkan juga perhiasan yang bagus dan mahal, aku tidak perduli harganya, juga hadiah yang lain,” kata Pak Beni, dia fikir mungkin Ara akan senang dengan hadiah dari Jack dan tidak akan menolaknya.
Setelah mematikan telponnya. Pak Beni menutup tirai pembatas supir dan bagian belakang mobil sehingga supir tidak akan mendengar apa yang terjadi dibelakang. Diliriknya Jack sudah tertidur lelap, diapun menelpon seseorang.
“Dr. Atlantes, Tuan Delmar mengingat Jendaral 9 nyawa, apa itu baik atau buruk?” tanyanya dalam bahasa Perancis.
Mobilpun terus melaju dengan kecepatan sedang dijalanan yang selalu ramai.
************
Jangan lupa like dan vote.
***********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
DG s
😆😆😆lucu bet dah Jack
2024-03-13
0
Fitria novia
jgn2 Ara itu Arum 🤔
2022-07-29
0
Justme
😂
2022-07-29
0