Menikahi Tuan Depresi
Di sebuah café…
Seorang gadis berusia sekitar 30 tahun, dengan menggunakan stelan blazernya berwarna pich, sangat cocok untuk kulitnya yang putih, duduk berhadapan dengan seorang pria eksekutif muda dan berwajah tampan.
“Sudah aku katakan, menikahlah denganku,” ucap pria itu sambil tangannya mengulur memegang tangannya si gadis.
“Aku tidak bisa menikah denganmu, kau sudah beristri,” kata gadis itu.
“Bukankah kau menyukaiku?” tanya pria itu.
“Aku memang menyukaimu, tapi aku tidak bisa menyukaimu lebih dari teman,” jawab gadis itu.
“Orang tuamu sudah mendesakmu untuk menikah, orang-orang disekitarmu banyak mencemoohmu, tidak ada salahnya kau menerima tawaranku untuk menikah,” ucap pria itu lagi.
Gadis itu menatap pria itu, wajah pria itu memang tampan, karirnya juga bagus, usianya lebih tua beberapa tahun saja darinya.
“Aku tidak mau jadi istri kedua, meskipun targetku ingin menikah tahun ini, tapi untuk jadi istri kedua aku keberatan,” ucap gadis itu.
“Ara, dengarkan aku, aku berjanji akan adil sebagai suami,” ucap pria itu.
“Aku tidak bisa,” ucap Ara menggelengkan kepalanya.
“Kau harus tahu, pria yang usianya lebih tua darimu kebanyakn sudah menikah, mau tidak mau kau akan menikah dengan pria beristri, mencari duda juga sangat susah, kecuali kau mau menikah dengan berondong yang pekerjaan saja tidak tetap,” ucap pria itu.
“Maaf Roby, aku tidak bisa menerima tawaranmu, meskipun aku ingin tahun ini aku menikah tapi kalau dengan pria beristri, aku keberatan,” ucap Ara.
Roby tampak kecewa dengan jawaban gadis itu. Gadis itu sangat cantik dan menarik, selain cantik karirnya juga cemerlang, dia juga sangat pintar dalam berbisnis.
“Sepertinya tidak ada lagi yang harus kita bicarakan, aku pulang,” ucap Ara sambil meraih tasnya meninggalkan Roby yang masih duduk merenung.
Ara segera keluar dari café itu, tidak dihiraukannya pria itu memanggil-manggilnya berulang-ulang.
Ara melangkahkan kakinya meninggalkan café itu, dia merasa kecewa, kenapa dia selalu didekati pria-pria yang sudah beristri? Apa dia sudah terlalu tua hingga tidak ada pria yang seumuran dengannya yang masih sendiri?
Telinganya sudah terasa panas kalau setiap kali mendengar omongan tetangga karena diusianya belum juga menikah. Jangankan menikah, mempunyai pacar juga tidak. Roby hanyalah seorang relasi yang kebetulan dekat dengannya. Meskipun sebenarnya pria itu menarik, tapi untuk melangkah menjalani hubungan yang serius dia tidak bisa, karena dalam motonya dia tidak ingin dipoligami.
Haruskah dia menikah dengan berondong? Ada tetangga rumahnya yang menyukainya, tapi sikap ABG nya itu sangat menyebalkan, dengan menitip-nitipkan salam lewat tetangga yang lain, benar-benar risih.
Karena berjalan sambil melamun, tiba-tiba Ara bertabrakan dengan seseorang yang seketika membuatnya kaget. Untung saja tangan kokoh itu segera memegang lengannya supaya jangan sampai terjatuh.
“Maaf,” ucap Ara, tangannyapun memegang tangan pria itu, diapun menengadah menatap wajah orang itu yang ternyata memiliki tubuh yang tinggi tegap. Jantungnya langsung berhenti berdetak, saat mata mereka bertemu.
Tatapan mata kebiruan itu begitu tajam menusuk sampai ke jantung, wajah pria itu sangat tampan dengan hidung mancungnya dan bibirnya yang sexi, bibir yang sangat sexi untuk ukuran pria, sungguh membuatnya tidak bisa berkata-kata.
“Maaf, saya tidak hati-hati,” ucap Ara, setelah beberapa saat terpaku.
Pia itu tidak menjawab, dia malah menatapnya meskipun Ara sudah berdiri tegak lagi, tangan pria itu masih memegang lengannya.
“Arum!” panggil pria itu.
“Apa?” Ara terkejut saat pria itu memanggilnya dengan nama Arum.
“Aku Ara, Arashi, bukan Arum, apa kau mengenalku?” tanya Ara kebingungan, karena nama yang disebutkan hampir sama dengan namanya.
“Tuan!” panggil seorang pria.
Ara langsung menoleh kearah suara. Dia melihat seorang pria berambut putih keluar dari mobil mewah didekatnya.
“Tuan!” Panggil pria itu lagi sambil segera menghampiri mereka.
Sepertinya panggilan Tuan itu memang ditujukan pada pria yang bertabrakan dengannya itu.
Pria berambut putih itu menoleh pada Ara lalu mengangguk dan tersenyum, sikapnya sangat begitu sopan.
Ara dengan ragu mengangguk pada pria itu, lalu menoleh pada pria yang bertabrakan dengannya tadi. Ara baru menyadari kalau pria tampan itu terus saja menatapnya tak berkedip membuatnya sangat begitu gugup mendapat tatapan seintens itu.
“Maaf,” ucap pria berambut putih itu padanya lalu menoleh pada pria tampan itu.
“Tuan, mari!” ajak pria yang berambut putih itu.
Pria itu sama sekali tidak menoleh, dia masih menatap Ara.
“Arum!” panggil pria itu.
“Aku bukan Arum, namaku Ara, Arashi,” jawab Ara, malah seperti memperkenalkan dirinya.
“Tuan!” panggil pria berambut putih itu.
Pria itu masih menatap Ara. Lama ditatap seperti itu membuat Ara semakin bingung, saat melirik bahunya, ternyata pria itu masih memegang lengannya. Diapun segera menepis tangan pria itu.
“Maaf,” ucap Ara.
Pria itu tidak menjawab dan masih menatapnya.
“Tuan, mari, es krimnya akan mencair,” kata pria berambut putih itu.
Barulah pria itu berkedip lalu mengangguk dan berjalan meninggalkan Ara yang masih kebingungan.
Pria yang berambut putih itu kembali mengangguk pada Ara, yang membalasnya dengan anggukan. Dalam hati dia merasa bingung, kenapa mereka sangat kaku?
Pria yang berambut putih itu segera mengikuti pria yang dipanggilnya dengan Tuan itu.
Ara segera menghampiri mobilnya dan masuk, lewat kaca spion dia melihat pria itu berdiri di teras café tadi masih menatapnya, kenapa lama-lama dia malah merasa merinding ditatap seperti itu oleh pria yang tidak dikenalnya.
“Tuan Delmar, dia bukan Arum,” kata pria yang berambut putih itu.
“Iya, namanya Ara,” jawab pria yang dipanggil Tuan Delmar itu.
Pria yang berambut putih itu mengangguk dan tersenyum, terlihat sekali dia sangat cemas tadi.
Saat mereka masuk ke café itu, seorang pelayan langsung menyambutnya.
“Selamat datang,” kata pelayan itu.
“Meja Tuan Jack Delmar,” kata pria itu.
“Selamat datang Pak Beni, meja anda sudah siap,” tiba-tiba manager café sudah menyambut mereka, langsung melirik pada pelayan tadi yang segera pergi menunjukkan tempat yang sudah dipesan.
Jack Delmar berjalan duluan menuju meja kursi yang kosong, diatas mejanya sudah tertulis Reserve. Pelayan tadi langsung mempersilahkannya duduk. Sedangkan Pak Beni berdiri tidak jauh dari meja itu.
Tidak berapa lama datang pelayan dengan membawakan dua mangkuk eskrim. Yang coklat disimpan di depan Jack sedangkan satu lagi eskrim strawberry disimpan disebrangnya Jack.
Jack menatap eskrim itu. Bersamaan dengan datangnya seorang wanita paruh baya dan seorang gadis cantik.
“Nyonya Inez!” sapa Pak Beni, langsung manarik dua kursi di depannya Jack.
Tanpa menghiraukan siapa yang datang, Jack langsung menyantap eskrimnya.
Wanita yang dipanggail Nyonya Inez itu duduk di sebrang Jack begitu juga gadis cantik itu.
“Jack, ini namanya Sandra,” kata Ny.Inez, langsung memperkenalkan gadis cantik itu.
Jack masih makan eskrimnya dengan lahap.
“Aku ingin menikah,” ucap Jack, tiba-tiba.
“Iya kau akan segera menikah, makanya ibu membawa Sandra untuk menemuimu,” kata Nyonya Inez.
Sandra mengangguk sambil tersenyum pada Jack. Sekali pandang saja, dia langsung tertarik dengan ketampanan Jack.
“Aku ingin menikah dengan Ara,” jawab Jack, membuat Ny.Inez terkejut.
“Siapa? Ara? Ara siapa? Tidak, tidak, kau akan menikah dengan Sandra bukan Ara,” ucap Ny.Inez menggelengkan kepalanya.
Jack tidak menjawab, dia menghabiskan eskrimnya.
Sandra yang mendengar perkataan pria itu langsung memberengut dan menoleh pada Ny.Inez.
Nyonya Inez langsung mengusap tangannya Sandra, lalu menoleh pada Pak Beni.
“Ara? Ara siapa?” tanya Ny.Inez.
Pak Beni menundukkan kepalanya dan berbisik pada Ibunya Jack.
“Apa?” Ny.Inez menatap Pak Beni. Dia tidak percaya Jack minta menikah dengan gadis yang bertabrakan dengannya di halaman parkir tadi.
“Tidak Jack, Ibu membawa Sandra kemari, ibu tidak mengenal Ara, siapa Ara?” kata Ny.Inez kebingungan.
“Aku ingin menikah dengan Ara,” ucap Jack lagi, hanya itu yang terucap dari bibirnya, dia terus menghabiskan eskrimnya.
Sandra menoleh pada Ny. Inez.
“Nyonya bagaimana ini? Siapa Ara? Kenapa Jack terus bicara sepetri itu?” tanya Sandra.
Ny.Inez menatap pria didepannya itu.
“Jack, gadis cantik ini bernama Sandra, dia…” belum tuntas Ny.Inez bicara Jack sudah mendahului lagi.
“Aku ingin menikah dengan Ara,” ucap Jack lagi, berulang ulang, membuat Sandra merasa kesal. Pria itu sama sekali tidak meliriknya. Dia langsung mengambil tasanya.
“Maaf Nyonya, sepertinya Jack tidak tertarik padaku,”ucap Sandra lalu beranjak meninggalkan kursinya.
Ny.Inezpun terdiam, membiarkan Sandra pergi, lalu menoleh pada Pak Beni, memberi tanda dengan tangannya supaya Pak Beni mendekat.
“Setelah Jack selesai, kita bicara di rumah,” kata Ny.Inez, lalu diapun bangun dari duduknya meninggalkan cafe itu.
Jack masih dengan es krimnya, tidak menghiraukan kepergian ibunya, sekarang dia makan eskrim strawberry yang ada di sebrangnya tadi.
**************
Readers, jangan ditanya kenapa aku menulis novel baru, aku hanya sedang galau saja dan ingin menulis...
Jangan lupa like dan vote
********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
Mama cantik😘💖
mampir ya,salam kenal
2024-07-13
0
Mina Sembiring
jgn di baca aja..di simak dan cerna donk
jadi pelajaran jga boleh
2023-08-23
0
Mina Sembiring
sangat menarik
2023-08-23
0