Ibunya Ara tidak rela koper itu bergeser kembali ke depannya Pak Beni. Diapun langsung bangun dan menarik tangan Ara. Ara menoleh pada ibunya.
“Ikut Ibu!” ajak Ibunya, lalu menoleh pada tamu-tamu.
“Maaf ditinggal sebentar, maaf,” ucapnya.
Ibunya Ara menarik tangan Ara, supaya beranjak dari sana.
“Ibu mau bicara! Ayo!” kata Ibunya Ara.
“Bicara apa?” tanya Ara.
“Pokoknya ayo!” jawab ibunya, merekapun pergi ke ruangan lain.
“Ada apa sih Bu?” tanya Ara.
“Kau harus menerima lamaran Tuan Jack, kau tidak boleh menolaknya,” jawab ibunya.
“Tapi Bu, aku tidak mengenalnya! Pacaran juga tidak, aku sama sekali tidak mengenalnya! Bagaimana kalau dia orang jahat?” tanya Ara.
“Kau ini terlalu banyak nonton film! Ingat, umurmu sudah 30 sekarang, malu kau belum menikah-menikah,” kata Ibunya Ara.
“Ya aku juga tahu Bu, tapi masa karena umurku sudah tua aku langsung menerima lamaran orang tidak dikenal? Ini pasti gara-gara ibu mau hadiahnya, iya kan?” keluh Ara.
“Hadiah apa? Tidak, Ibu bukan mertua matrealistis, ini semua demi kebaikanmu,” elak ibunya Ara, padahal dia tidak rela koper itu dibawa pulang lagi Jack.
“Ah ngaku saja!” kata Ara.
“Benar, tidak, Ibu bisa melihat kalau Jack itu baik,” ujar Ibunya Ara.
“Ibu tahu darimana kalau Jack itu baik?” tanya Ara.
“Karena dia membawa hadiah banyak. Kalau tidak baik tidak akan membawa hadiah banyak. Nih lihat nih, kau juga,” Ibunya Ara memutar tubuhnya Ara.
“Mana ada yang merlamar gadis belum mandi,” lanjut Ibunya.
“Aku kan tidak tahu kalau ada yang mau melamar kesini, kalau tahu ya aku mandilah,” gerutu Ara.
“Pokoknya kau harus menerima, pamali kata orang tua kalau menolak lamaran pria yang bersungguh-sungguh ingin menikah denganmu! Nanti kau tambah susah jodohnya!” kata ibunya Ara, mencoba mempengaruhi Ara.
“ Apa benar begitu?” tanya Ara.
“Iya,pamali, nanti tambah susah jodohnya,” jawab Ibunya lagi.
“Tapi Bu…” Ara terlihat ragu.
“Tidak ada tapi-tapian, ayo!” ajak Ibunya Ara, kembali menarik tangannya Ara keruang tamu lalu duduk lagi.
“Ny, Tuan-tuan, maaf ya lama,” ibunya Ara mulai bicara, sambil tersenyum.
“Ternyata tadi ada sedikit kesalahan, jadi sebenarnya maksud Ara, dia mau menikah dengan Tuan Jack, tadi dia hanya gugup saja karena kedatangan kalian yang tiba-tiba,” ucap Ibunya Ara.
Ara terkejut mendengar perkataan ibunya.
“Ibu!” panggilnya pelan. Tangan ibunya menepis-nepis kebelakang membua Ara diam.
“Jadi begitu, Ara menerima lamaran Tuan Jack, juga…hadiahnya… kami terima," ucap ibunya Ara. Matanya langsung melirik pada Pak Beni.
Pak Beni langsung mengangguk dan menyodorkan koper itu kedepan ibunya Ara. Ibunya Ara langsung mengegesernya lebih dekat padanya sambil tersenyum senang.
Ny.Inez langsung saja mencibir.
“Huh mata duitan,” batinnya.
Pak Beni merasa senang meskipun Ara tadi menolaknya tapi ibunya Ara menyelamatkan dari mengamuknya Jack.
Jack tampak terkejut mendengar jawaban dari ibunya Ara, diapun menatap Ara yang tampak bingung.
Tiba-tiba ibunya Ara bicara lagi.
“Tuan Jack,” panggil Ibunya Ara, membuat Jack melihat kearah ibunya Ara.
“Ara menerima lamaranmu, tinggal tentukan saja kapan acara pernikahannya,” kata ibunya Ara, membuat Ara semakin kaget dan menoleh pada Ibunya. Ibunya langsung mencubit pinggang Ara lagi sambil tersenyum manis pada Jack.
“Acara pernikahan,” ucap Jack, tampak berfikir.
“Iya, acara pernikahan, secepatnya juga boleh, kebetulankan Ara juga sudah dewasa, jadi kalau menikah besok atau lusa juga tidak apa-apa,” jawab Ibunya berbasa basi sambil cengengesan, ah senangnya punya menantu kaya dan royal.
Jack terdiam mendengarnya.
Ara sudah pusing saja pada tingkah ibunya, tapi dia juga tidak mungkin bertengkar didepan para tamu.
“Baiklah Nyonya, kami akan menyiapkan acara pernikahannya secepatnya,” ucap Pak Beni sambil menoleh pada Jack yang tampak sedang berfikir entah apa yang difikirkan oleh pria itu.
“Tuan Jack!” Pak Beni menoleh pada Jack.
Jack kembali menatap Ara yang juga menatapnya dengan bingung kerena ibunya menerima lamaran Jack.
“Kita menikah,” ucap Jack.
“Apa?” Ara bingung, Ibunya sudah mencubit pinggangnya lgi.
“Iya,” jawab Ara dengan terpaksa, barulah Ibunya Ara tersenyum.
Jack menatapnya lagi, matanya terlihat berbinar, akhirnya Ara menerima lamarannya.
Diliriknya miniatur itu lalu diambilnya dan disodorkan pada Ara.
“Untukmu,” ucapnya.
Melihat sikap Jack begitu, membuat keluarganya kembali cemas, jangan sampai Jack menunjukkan gelagat gangguan kejiwaannya. Bisa bisa Ara yang sudah menerimanya berubah fikiran lagi kalau melihat hal aneh pada diri Jack.
“Ya, terimakasih, aku akan menjaga Jendral 9 nyawa,” kata Ara, sambil menerima miniature itu. Jack merasa senang miniatur itu ada ditangan Ara.
“Kalau begitu kami permisi, tidak perlu lama-lama,“ tiba-tiba Ny.Inez nyeletuk, dia sudah gerah ada dirumah ini yang tidak ada ACnya, dia juga tidak mau sampai Jack terlihat berperilaku aneh.
Pak Beni mengerti maksud Ny.Inez.
“Saya rasa cukup, kami akan menyiapkan acara pernikahannya secepatnya," kata Pak Beni pada Ibunya Ara.
"Saya setuju," ucap Ibunya Ara.
"Baiklah kalau begitu, kami permisi Nyonya,” kata Pak Beni, menatap Ibunya Ara lalu pada Ara.
Ara dan Ibunya Ara mengangguk.
Ny.Inez dan yang lainnya langsung berdiri, juga Pak Beni dan Jack.
Jack menatap Ara lagi, Ara hanya menunduk saja, dia masih bingung apa iya dia akan menikah dengan pria yang tidak dikenalnya? Bagaimana ini?
“Ayo Tuan,” ajak Pak Beni. Jack mengangguk dan mengikuti langkah Pak Beni keluar dari rumahnya Ara.
Ara dan ibunya Ara mengantar tamunya sampai ke mobilnya.
Ibunya Ara merasa takjub melihat mobil-mobil mewah mereka, dia tidak menyangka kalau akan berbesan dengan orang kaya. Tidak berapa lama mobil-mobil itupun melaju meninggalkan rumahnya Ara, lalu lintaspun kembali lancar.
Jack melihat Ara dari kaca spion mobilnya yang melaju. Meskipun gadis itu tidak berdandan rapih, dia terlihat sangat cantik dimatanya.
Pak Beni menoleh pada Jack sambil tersenyum, dia tahu kalau Jack sangat senang sekarang.
“Apa Tuan senang?” tanya Pak Beni.
“Iya. Segera siapkan pernikahannya,” kata Jack.
“Iya Tuan, nanti saya hubungi WO nya, mau kapan acaranya?” kata Pak Beni.
“Besok,” jawab Jack membuat Pak Beni terkejut
“Apa? Besok?” tanya Pak Beni.
“Iya, besok,” jawab Jack.
“Tapi Tuan, besok terlalu cepat,” kata Pak Beni.
“Kau tidak dengar apa kata ibunya Ara? Besok menikahnya,” jawab Jack , sedikit mengerutkan keningnya, tandanya dia sedang kesal tidak mau dibantah.
Pak Benipun diam, tadi Ibunya Ara bilang besok lusa juga tidak masalah itu hanyalah sebuah basa basi umum, tapi Jack menganggapnya serius.
“Baiklah Tuan,” jawab Pak Beni, kepalanya berdenyut-denyut, dia harus menyiapkan pernikahan besok. Beberapa detik kemudian Pak Beni sudah sibuk dengan telponnya.
“Pak kalau besok tidak bisa, terlalu mendadak,” ujar suara diseberang.
“Pokoknya harus bisa, kita bisa bayar terserah kau mau minta bayaran berapa yang penting besok sudah siap,” kata Pak Beni, kemudian sibuk dengan telpon-telponnya yang lain.
Sedangkan Tuannya hanya duduk santai mendengarkan tanpa berkomentar, dia tidak peduli apa-apa selain besok dia akan menikah.
Sementara itu di rumah Ara, Setelah mobil-mobil tamu pergi, Ibunya Ara dan Ara akan kembali kerumah, tiba-tiba ibu-Ibu yang tadi memperhatikan kemacetan itu ada yang berteriak.
“Bu Amril! Tamunya?” tanya salah satu Ibu-ibu itu.
“Iya, melamar Ara! Sebentar lagi Ara mau menikah!” jawabnya dengan suara lantang, dia merasa bangga tidak akan ada yang bilang perawan tua lagi.
“Wah selamat!” kata ibu-ibu Itu.
“Besannya tajir, nikahnya mewah dong!” kata salah satu ibu-ibu itu.
“Pastinya dong!” seru Ibunya Ara.
“Ibu, sudah ah, aku perlu bicara” kata Ara, mengajak ibunya masuk.
“Jangan lupa undangannya ya!” teriak ibu-ibu itu lagi.
“Iya nanti diundang!” balas Ibunya Ara.
Lalu bergegas mengikuti Ara karena tangannya ditarik masuk oleh putrinya.
“Bu, apa aku benar-benar harus menikah dengan Tuan Jack?” tanya Ara, setelah di dalam rumah.
“Ya harus, “ jawab Ibunya, lalu duduk di sofa didepan koper itu dan membukanya. Dia sangat senang melihat isi koper itu.
Arapun diam, dilihatnya ditangannya masih ada miniatura Jendeal 9 nyawa.
“Dia pria baik, kau jangan khawatir,” kata ibunya Ara, sambil menyentuh perhiasan itu.
“Ibu belum mengenalnya sudah bilang baik saja,” keluh Ara.
“Kalau dia tidak baik, dia tidak akan membawa hadiah sebanyak ini. Coba kau fikir saja, rumah mewah juga dia belikan, itu artinya dia baik tidak itung-itungan,” ujar Ibunya.
“Coba Ibu cek itu emasnya asli apa bohongan?” tanya Ara.
“Asli, ibu sudah menggigitnya,” jawab Ibunya, sambil menggigit salah satu perhiasan.
Terdengar suara motor memasuki halaman rumahnya. Ara menoleh kearah pintu yang terbuka.
“Siapa?” tanya ibunya.
“Belum tahu Bu, coba aku lihat,” ucap Ara, sambil keluar.
Seorang pria turun dari motor itu sambil membuka helmnya. Ara keheranan karena tidak mengenal pria itu.
**************
Readers yang suka dengan Jack dan Ara, ajak temannya buat baca juga ya! Kalau banyak yang baca author semangat nulisnya..
**************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
Justme
🤣
2022-07-29
0
Justme
🥴🥴
2022-07-29
0
Justme
😂👍
2022-07-29
0