Pak Beni mendekati Jack dan berusaha menenangkannya.
“Tuan Delmar, tenanglah!” teriak Pak Beni, lalu menoleh pada dua satpam yang menghampiri itu.
“Tuan hentikan! Kau merusak café ini!” teriak satpam itu, tapi Jack tidak mendengar dia terus berteriak menyalahkan dirinya dan mengamuk.
Beberapa pengunjung tampak ketakutan dan berhamburan keluar dari ruangan itu.
“Aku salah! Aku salah!” Jack terus saja berbicara.
Kedua satpam itu langsung memegang tangan Jack, mencoba meringkusnya. Seperti kejadian di rumahnya Jack, dia menepiskan tangan mereka sampai lepas.
Kedua satpam itu mencoba memegangnya lagi. Ara melihat Pak Beni mengeluarkan suntikannya dari balik sakunya.
“Jangan Pak Beni! Jangan menyuntik Jack lagi! Aku tidak tega melihatnya,” teriak Ara, dia merasa tidak tega melihat Jack disuntik terus lalu tergeletak tak berdaya.
Pak Benipun menghentikan gerakannya. Kedua satpam kembali terpental didorong Jack, pria itu memiliki tenaga yang kuat, tidak mudah untuk meringkus Jack padahal satpam itu memiliki ilmu beladiri.
Ara segera mendekati Jack dan memegang tangannya.
“Jack, coba tenanglah!” ucap Ara.
Merasa ada yang menyentuhnya dari belakang, Jack menepiskan tangannya lagi dan mendorong orang yang memegang tangannya itu sangat keras.
Kedua satpam yang tinggi besar saja kalah tenaganya oleh Jack apalagi Ara yang hanya seorang wanita dengan tubuh langsing, dengan tangannya yang kecil memegang tangan Jack, mendapat dorongan yang keras dari Jack membuatnya terpental jauh dan…Brugh!
Tubuh Ara terbanting ke kaca jendela dengan keras, kepalanya membentur siku tembokan dekat jendela.
Pak Beni sangat terkejut melihatnya juga Ny.Imelda.
“Nyonya Delmar!” teriak Pak Beni dengan keras, dia langsung memburu Ara yang terduduk dekat jendela.
“Nyonya! Nyonya! Apa kau tidak apa-apa?” tanya Pak Beni berjongkok ditubuh Ara.
“Nyonya Delmar!” teriak Pak Beni lagi dengan cemas.
Jack yang mendengar Pak Beni berteriak-teriak memanggil Nyonya Delmar, terdiam. Dia langsung menoleh menatap Ara yang kini sedang menatapnya.
“Kau menyakitiku Jack,” ucap Ara, merasakan kepalanya pusing dan kemudian gelap, tidak ingat apa-apa lagi.
“Nyonya! Nyonya!” teriak Pak Beni, dia merasa bingung, lalu menoleh pada Jack.
Ny.Imelda juga terkejut dengan kejadian ini, dia tidak menyangka Ara akan terjatuh seperti itu.
“Kau lihat Jack? Kau akan selalu menyakiti orang-orang disekitarmu!” kata Ny.Imelda.
Jack yang melihat Ara tergeletak di sudut ruangan itu, berdiam dan melihat kedua tangannya yang tampak gemetaran. Dilihatnya Ara yang tergeletak mencoba ditenangkan oleh Pak Beni.
Jack menatap kedua tangannya. Apa ini? Kenapa dengan tangan ini? Kenapa tangan ini menyakiti orang-orang disekitarnya? Keringat dingin membasahi keningnya.
“Tuan! Nyonya tidak sadarkan diri! Kita harus membawanya ke rumah sakit!” teriak Pak Beni pada Jack.
Jackpun menoleh pada Pak Beni yang menatapnya lalu pada Ara yang masih terduduk disudut. Jack langsung menghampiri Ara, mengulurkan tangannya dan mengangkat tubuhnya Ara.
”Kita bawa ke rumah sakit, Tuan!” kata Pak Beni.
Jack tidak menjawab, dia langsung keluar dari cafe itu dengan membawa tubuh Ara di kedua tangannya. Pak Beni menoleh pada manager café yang tampak sangat terkejut dengan kejadian tiba-tiba ini.
“Aku bayar kerugiannya!” kata Pak Beni lalu buru-buru menyusul Jack yang segera masuk ke mobilnya.
Tidak berapa lama mobil itu meluncur meninggalkan café menuju rumah sakit.
Jack memeluk tubuh Ara dengan tangannya yang gemetaran. Dipeluknya tubuh itu didekap dalam dadanya.
Tangan kanannya memegang rambut yang tergerai itu, dia merasakan sesuatu yang dingin ditangannya, dilihatnya tangannya itu dan ternyata ada darah ditelapak tangannya, ada luka dikepalanya Ara. Diapun semakin panik.
Dipeluknya semakin erat tubuh yang tidak sadarkan diri itu dan diciumnya wajah Ara berkali-kali. Ada sesuatu yang merambat dihatinya, sesuatu yang tidak bisa dia mengerti itu apa, ada rasa sesal kembali menyelimutinya.
Dilihatnya lagi wajah yang semakin memucat itu. Disentuhnya wajahnya Ara dengan tangannya yang berdarah tadi membuat wajah Ara jadi ternoda darah ditangan Jack, dia pun segera melap wajah Ara dengan lengan kemejanya.
Jack tidak mengerti apa ini? Kenapa perasaan yang tidak di kenalinya berdatangan dalam hatinya. Apa ini? Melihat wanita yang dicintainya tersakiti olehnya hatinya merasa sedih dan kecewa.
Saat sampai di rumah sakit terdekat, Ara langsung ditangani oleh Dokter dengan cepat.
Sekarang tubuh yang masih belum sadarkan diri itu sudah berbaring dengan memakai baju pasien. Jack duduk di kursi dekat Ara berbaring sambil terus saja menangis, memegang tangannya Ara dan terus menciuminya. Tapi tidak ada satupun kata yang terucap dari bibirnya. Dia merasa bingung dengan apa yang terjadi, dia hanya merasa sedih, sedih saja, hanya sedih, sudah itu, sedih.
Pak Beni hanya berdiri dekat pintu melihat majikannya seperti itu.
Terdengar suara yang mengetuk pintu. Jack sama sekali tidak menghiraukannya, dia masih menelungkup disamping tubuh Ara, memeluk tangannya Ara.
Pak Beni membukakan pintunya, ditatapnya wanita yang sudah berdiri dipintu itu.
“Dokter Mia,” Panggail Pak Beni.Dokter Miapun segera masuk ruangan itu.
“Tuan Delmar sangat terpukul. Dia mengamuk sudah 2 kali. Tadi tidak sengaja membuat istrinya jatuh terbentur jendela,” kata Pak Beni, langsung memberikan laporan.
Dokter Mia tidak menjawab, dia mendekati Jack dan menyentuh tangannya Jack yang memeluk tangan Ara.
“Tuan Delmar!” panggil Dokter Mia.
Jack tidak menjawab, kepalanya yang terbaring miring itu hanya menatap kedatangan Dokter Mia.
Pak Beni menyimpan kursi didekat Jack, Dokter Miapun duduk disana.
Dokter Mia menatap Jack, mata pria itu memerah dia terus menangsis.
”Tuan Delmar, siapa yang sakit?” tanya Dokter Mia.
Jack terdiam sebentar lalu menjawab.
“Arum,” jawabnya.
“Bukan, bukan Arum, dia Ara, istrimu,” ucap Dokter Mia.
Jack terdiam lagi, dia mengangkat wajahnya melihat Ara yang masih belum siuman.
“Dia Ara, istrimu,” ulang Dokter Mia.
Jack tidak menjawab, dia hanya menatap Ara.
“Arum sudah meninggal, yang ada didepanmu sekarang Ara, istrimu,” ulang Dokter Mia.
“Ara,” ucap Jack. Dokter Mia mengangguk.
“Kau menyayanginya?” tanya Dokter Mia.
Jack mengangguk.
“Aku salah,” ucapnya lalu kembali menempelkan wajahnya memeluk tangan Ara.
“Tidak Tuan, kau tidak sengaja, kau menyayanginya,” kata Dokter Mia, berusaha mengurangi rasa bersalahnya Jack.
“Aku menyakiti banyak orang,” ucap Jack lalu menangis dan membenamkan wajahnya ketempat tidur itu.
“Kau tidak sengaja, semua sudah berlalu,” kata Dokter Mia.
Jack tidak menjawab.
”Apa kau tahu apa yang diinginkan mereka?” tanya Dokter Mia.
“Mereka membenciku,” ucap Jack.
“Tidak, Arum dan ayahmu sudah memaafkanmu, mereka menyayangimu. istrimu juga menyayangimu, dia tidak mau kau sakit,” kata Dokter Mia.
Jacl terdiam menghentikan tangisnya.
“Ara menyayangimu,” ucap Dokter Mia.
Jack mengangkat kepalanya, tangannya mengulur mengusap pipinya Ara.
“Apa kau tahu apa yang diinginkan Ara?” tanya Dokter Mia.
Jack tidak menjawab, tangannya menyentuh wajah Ara berkali-kali.
“Istrimu ingin kau sembuh, istrimu ingin kau bahagia,” jawab Dokter Mia.
“Aku menyakitinya,” ucap Jack.
“Dia tahu kau tidak sengaja,” kata Dokter Mia.
“Ara masih tidur, Ara tidak mau bangun, Ara marah tidak mau bicara denganku,” ucap Jack.
“Dia akan bangun, tapi dia punya persyaratan untukmu,” kata Dokter Mia.
Jakc menoleh pada Dokter Mia.
“Ara ingin kau lebih tenang dan tidak marah lagi, dia takut melihatmu marah,” ucap Dokter Mia.
Jack diam dan menatap Ara.
“Takut?” tanya Jack.
“Iya. Ara takut melihatmu marah makanya dia tidur,” ucap Dokter Mia.
Jack masih diam.
“Kalau kau berjanji tidak marah lagi, Ara akan bangun,” kata Dokter Mia.
Jack menatap Ara.
“Aku berjanji tidak akan marah,” ucap Jack.
“Aku tidak akan marah,” ulangnya.
“Bagus, sebentar lagi Ara akan bangun karena mendengar janjimu,” ucap Dokter Mia.
Jack tidak bicara lagi, dia kembali menyentuh pipinya Ara.
Dokter Mia menoleh pada Pak Beni, lalu bangun dari duduknya dan mendekati Pak Beni, menjauh dari Jack.
“Dosisnya terpaksa harus dinaikkan. Sebaiknya hindari hal-hal yang membuat Tn.Delmar emosi dan tertekan, dia butuh ketenangan. Kalau dia seperti ini terus, mungkin dia harus dibawa lagi ke RSJ, karena dia sudah membuat istrinya terluka, bisa saja nanti orang lain yang terluka,” kata Dokter Mia.
Pak Benipun diam, ini berawal dari ulahnya Bastian yang mengambil miniature Jendral itu. Dia merasa gerah pada adik Tuannya itu.
“Ara! Ara!” tiba-tiba terdengar Jack memanggil-manggil Ara.
Dokter Mia dan Pak Beni menoleh kearah Jack, ternyata Ara siuman, dia membukakan matanya dan ternyata ada Jack didekatnya.
“Kau bangun, kau tidak marah lagi padaku?” tanya Jack, sambil mengusap pipinya Ara, lalu menyusuri tubuhnya Ara, menunjukkan rasa khawatirnya.
“Apa kau sakit?” tanyanya.
Ara menatap pria itu yang wajahnya memerah dan matanya sembab. Apakah Jack menangisinya? Diapun mencoba tersenyum meskipun dia merasa pusing.
“Tidak, aku tidak marah,” ucap Ara.
Jack langsung mencium pipinya Ara dan menempalkan kepalanya ke kepala Ara.
“Aku tidak marah, Jack,” ulang Ara, matanya tertuju pada Dokter Mia.
Jack kembali menatap Ara.
"Aku berjanji tidak akan marah lagi, Aku ingin kau bangun, jangan tidur," ucap Jack.
"Iya Jack, aku tahu kau tidak akan marah lagi," kata Ara, sambil tersenyum.
Jack melepaskan pelukannya lalu berdiri dan menghampiri Dokter Mia, menarik tangannya Dokter itu supaya lebih dekat pada Ara.
“Ini Dokter Mia,” ucap Jack memperkenalkan Dokternya.
“Halo Dokter Mia, senang bertemu denganmu,” kata Ara.
“Aku juga senang berkenalan denganmu, aku Dokternya Tn.Delmar,” jawab Dokter Mia sambil menoleh pada Jack yang tampak merasa senang.
Dokter Mia duduk di kursi bekas Jack tadi duduk dan menatap Ara.
“Kau merasa lebih baik?” tanya Dokter Mia.
“Kepalaku masih pusing,” jawab Ara.
“Ku dengar Jack membuatmu jatuh,” ucap Dokter Mia.
“Tidak, itu tidak sengaja,” kata Ara, sambil menoleh pada Jack.
“Kau tidak salah Jack, kau tidak sengaja,” ucap Ara.
“Kau marah?” tanya Jack.
“Tidak, aku tidak marah,” jawab Ara, sambil tersenyum, mencoba menenangkan Jack.
Dokter Mia menatap Ara dan tersenyum, Ara juga menatapnya lagi.
Dokter Mia meraih tangannya Ara dan menggenggamnya. Pak Benipun mengajak Jack duduk di sofa, memberikan waktu untuk Dokter Mia bicara dengan Ara.
“Kau harus sabar menghadapi Jack, dia masih emosional pada masalah-masalah tertentu, dia menyalahkan dirinya atas meninggalnya Ayahnya dan Arum,” kata Dokter Mia.
“Aku akan membantu Jack untuk sembuh,” ucap Ara.
“Aku tahu kau istri yang tepat buat Jack,” kata Dokter Mia.
“Aku ingin pergi ke tempat kejadian itu, bolehkah?” tanya Ara.
Dokter Mia terkejut mendengarnya.
“Kau serius?” tanya Dokter Mia.
“Jack harus tahu kalau semua itu bukan salahnya,” jawab Ara.
Dokter Miapun diam, dia menimbang-nimbang apakah itu hal yang baik buat Jack atau lebih buruk?
************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
Devi Rita
jangn² ara adlh Arum,soalny kn jasad Arum tdk ditemukan,mkn ibu dan ayah Ara yg mnemukan n membsarkn Arum n mengubah nmany mnjadi Ara Krn orgtuany Ara tdk tau siapa nma ank yg terdampar tu n didapat kluargany mkany meraka membesarkan Ara
2022-10-15
0
Devi Rita
mungkin Ara adalah Arum,solny kn mayatny Arum tdk ketemu,trs Arum terdampar dan dibesarkan ibu dan ayhny Ara(Arum) yg skrng.mkany Jack yakin klo Ara tu adlh Arum
2022-10-15
0
Justme
🥺
2022-07-29
0