Dari dalam mobil mewah yang pertama, ada Jakc dengan Pak Beni, mobil kedua ada ibunya dan ayah tirinya Jack, Tn.Ferdi. Di mobil ketiga ada Bastian dan pacarnya.
Ny.Inez menelpon Pak Beni.
“Mana rumahnya? Kenapa jalannya begitu sempit?” keluh Ny.Inez.
“Sepertinya yang sebelahh kanan Nyonya,” jawab Pak Beni.
Ny.Inez menoleh kearah rumahnya Ara. Dilihatnya seorang ibu menggunakan daster sedang menelpon di teras rumah sambil celingak celinguk kearah mereka.
“Apa itu ibu gadis itu? Huh, aku harus berbesan dengannya?” gerutu Ny.Inez, sambil memberengut.
“Sudahlah yang penting kan Jack menikah,” kata Tn. Ferdi.
“Meskipun Jack itu sakit, tapi dia tampan dan sangat kaya, masih bisa mencari gadia yang lebih baik” ujar Ny.Inez.
“Memang iya, tapi gadisnya mau tidak menikah dengan Jack kalau kondisinya tidak waras begitu,” ucap Tn.Ferdi.
“Ya sudah, ayo kita turun aku juga ingin melihat seperti apa gadis yang bernama Ara itu,” kata Ny. Inez. Tapi saat melihat mobil di depan tidak ada yang turun, diapun diam menunggu.
Pak Beni menoleh pada Jack yang tampak duduk tenang saja.
“Tn, itu rumahnya Ara,” kata Pak Beni, menunjuk rumahnya Ara.
Jack menoleh kearah rumah itu dan mengernyitkan dahinya.
“Kenapa rumahnya kecil sekali?” tanya Jack.
Pak Beni mengerjapkan matanya, bingung menjawabnya, namanya juga rumah orang ya masing-masing membangun rumah sendiri sesuai kemapuan keuangannya.
“Saya tidak tahu Tuan, ya mungin memang kemampuan mereka segitu Tuan. Tapi untuk ukuran umum, rumah seperti itu sudah bagus Tuan, lumayan besar rumahnya,” kata Pak beni.
“Tidak, tidak, itu rumah terlalu kecil, Ara pasti pengap tinggal disana, apalagi ada ibu dan ayahnya, tidak-tidak, dia tidak boleh tinggal di rumah kecil itu,” kata Jack, menggeleng-gelengkan kepalanya.
Pak Benipun diam, ya mau bagaimana lagi itu kan rumah orang, batinnya.
Jack langsung membuka ponselnya dan mencari sesuatu, lalu diberikan pada Pak Beni.
“Ini, rumah ini,” kata Jack.
Pak Beni melihat ponselnya Jack ada gambar rumah.
“Kenapa rumah itu Tuan?” tanya Pak Beni.
“Rumah Ara ganti ini,” jawab Jack.
“Maksud Tuan, Tuan ingin membelikannya rumah ini?” tanya Pak Beni, terkejut.
“Iya, rumah Ara ganti yang ini, sekarang,” jawab Jack
“Tuan, rumah ini harganya Milayaran, Tuan serius akan membelikannya buat Bu Ara?” tanya Pak Beni, tidak percaya.
Jack mengangguk.
“Jangan tinggal dirumah kecil,” jawab Jack.
“Tapi Tuan, rumahnya yang ini cukup besar, tidak kecil,” kata Pak Beni.
Jack menggelengkan kepalanya.
“Rumah ini, sekarang, minta kuncinya,” ucap Jack.
Tanpa banyak bicara lagi, Pak Beni mengeluarkan ponselnya mengurus pembelian rumah mewah itu.
Mobil mereka terparkir dijalanan semakin membuat macet.
Pak Beni menelpon seseorang yang berada diantara mobil-mobil yang bersamanya.
Beberapa orang berbadan tinggi besar keluar dari mobil itu, mereka menjaga mobil-mobil yang digunakan keluarga Jack, mereka juga mengatur lalu lintas jalan yang sudah tidak karuan klakson dimana-mana.
Jack tampak biasa saja dengan suara berisik dan hingar bingar diluar mobil.
“Rumahnya sudah di beli Tuan, tapi kuncinya menyusul karena jarak kesini lumayan jauh, kita tidak mungkin duduk disini terus,” kata Pak beni.
Jack mengangguk, kemudian dia ingat sesuatu.
Diapun mengeluarkan sebuah miniature prajurit dari sakunya.
“Hadiah buat Ara,” ucapnya, menatap patung prajurit Perancs itu yang berseragam warna merah.
“Hadiahnya bukan itu Tuan, saya sudah menyiapkannya,” kata Pak Beni.
“Apa?” tanya Jack.
Pak Beni mengambil sebuah koper lalu membukanya, dan mengambil sebuah kotak perhiasan lalu diperlihatkan isinya pada Jack.
“Ini Tuan, satu set berlian, Tuan suka?” tanya Pak Beni.
Jack menatap kontak itu lalu mengambil kopernya Pak Beni, lau dibandingkannya kotak perhiasan itu dengan kopernya Pak Beni.
Diapun menggelengkan kepalanya. Lalu menepuk kopernya Pak Beni.
“Isi,” ucap Jack.
“Apa Tuan?” tanya Pak Beni tidak mengerti.
“Isi, penuh,” jawabnya sambil menepuk koper itu beberapa kali.
“Apa? Tuan ingin mengisi penuh koper ini dengan perhiasan?” tanya Pak Beni, terkejut bukan main, baru saja dia membelikan rumah buat Ara.
“Tuan serius?” tanya Pak Beni, menatap Jack tidak percaya.
Jack menganguk beberapa kali.
“Isi,” ucap Jack lagi kembali menepuk kopernya Pak Beni.
“Tuan, perhiasan ini sangat mahal harganya meskipun kecil, ini sudah cukup,” kata Pak Beni menunjuk kotak perhiasan itu.
Jack menggeleng.
“Isi, penuh,” jawabnya.
Pak Beni menatap Jack, dia bingung harus bagaimana lagi. Kalau tidak dituruti takutnya Jack ngamuk.
“Baiklah,”ucapnya karena Jack yang minta.
Pak Beni menelpon toko perhiasan, dia mengira-ngira kira-kira berapa kilogram emas yang harus terisi dalam koper itu. Pak Beni menghitung balok emas saja sambil berbicara dengan pemilik toko.
Dia merasa gelisah Jac tidak mengerti semua itu. Mungkin Jack berfikirnya memberikan hadiah satu set perhiasan itu sedikit padahal harganya sangat mahal.
Jalanan sudah mulai lancar, orang- orang yang disuruh Pak Beni mengatur alur jalan lalu lintas. Tapi tetap saja kemacetan ini membuat sebagian warga heran, kenapa mobil itu hanya parkir disitu dan tidak ada yang turun kecuali orang- orang yang tinggi besar itu.
“Kita akan tunggu pegawai toko perhiasan itu mengantarkan perhiasannya kemari,” kata Pak Beni dengan cemas, pasti harus dengan pengawalan khusus dari kepolisian mengantarkan perhiasan begitu banyak sepertinya perhiasan satu toko dibawa semua.
Ny,Inez yang tadinya mau turun tidak jadi karena tidak melihat pintu mobilnya Jack terbuka.
“Ini ada apa sih? Kita malah duduk duduk disini saja” keluhnya.
“Pasti anakmu itu berbuat macam-macam lagi, Kita harus bersiap-siap di permalukannya,” kata Tn.Ferdi.
Ny.Inez menelpon Pak Beni.
“Pak Beni, kenapa kita tidak turun?” tanya Ny.Inez.
“Tn.Jack sedang membeli perhisaan, jadi kita tunggu sampai petuga took perhiasan mengantarnya kemari,” jawab Pak Beni.
“Ya ampun, bukannya kau sudah membelikannya perhiasan buat calon istrinya?” tanya Ny.inez.
“Tuan Jack tidak setuju, jadi kita menunggu,” jawab Pak Beni.
Ny.Inez menutup telponnya dengan kesal.
“Apa?” tanya suaminya.
“Jack sedang membeli perhiasan jadi nunggu dulu yang mengantar perhiasan,” kata Ny.Inez.
“Kenapa tidak dari kemarin? Benarkan, ini sudah gelagat memalukan nih,” keluh Pak Ferdi.
Ny.Inez cemberut saja, meskipun mobil mereka sangat nyaman tetap saja menunggu sangat tidak disukai.Tiba-tiba ponselnya berbunyi ternyata Bastian yang menelpon di mobil belakang. Ny.Inezpun menjelaskan.
“Apa? Sedang membeli perhiasan ?Huh, ngeselin saja,” gerutu Bastian lalu telponpun ditutup.
Kinan sudah cemberut saja mendengarnya.
“Sabar sayang, nanti aku belikan tas yang kau suka itu,” hibur Bastian.
Kini Kinan langsung tersenyum lagi. Enaknya jadi pacarnya Bastian, karena selain kaya Bastian gampang diporoti.
Ibunya Ara yang sudah menerima telpon, masuk lagi kedalam rumah menuju dapur dilihatnya Ara sedang menggoreng ikan tadi.
“Kenapa mobil parkir lama sekali?” gumamnya.
“Kenapa Bu?” tanya Ara.
“Ibu heran melihat mobil-mobil itu tidak pergi-pergi, penumpangnya juga tidak turun-turun,” ucap ibunya Ara.
“Mungkin tamu ke tetangga Bu,” jawab Ara, lau merekapun melanjutkan memasaknya.
Satu jam kemudian…
Ada yang mengetuk mobilnya Pak Beni, yang langsung membuka jendelanya.
Seseorang memberikan sebuah koper lewat jendela yang dibuka Pak eni.
Pak Beni membuka koper itu dan memperlihatkannya pada Jack.
“Penuh,” kata Pak Beni.
Jack menatap isi koper itu dan tidak menjawab, itu artinya dia setuju. Pak Beni menoleh pada pria yang membawa koper itu.
“Terimakasih,” ucapnya, lalu pembawa koper itu pun pergi.
Pak Beni menoleh lagi pada Jack, dalam hatinya bertanya-tanya apakah jika Jack benar-benar sudah sadar dia tahu apa yang dilakukannya? Atau apakah ini cerminan Jack tulus menyukai Bu Ara?
“Kita turun sekarang, Tuan?” tanya Pak Beni.
Jack mengangguk. Pak Benipun membuka pintu mobilnya lalu turun, begitu juga dengan Jack.
Orang-orang yang sebagian masih bergerombol memperhatikan renteten mobil mewah itu tampak tertegun melihat siapa yang turun, mereka langsung tersenyum dan berbisik-bisik.
“Itu artis bukan? Perasaan tidak pernah ada ti TV,” ucap seorang ibu-ibu.
“Iya, mungkin artis dari luar,” jawab ibu yang lain.
“Mereka mau bertamu pada siapa?” tanya ibu tadi.
“Tidak tahu,” jawab yang lainnya.
Ny.Inez dan suaminya melihat Pak Beni turun, merekapun ikut turun, begitu juga dengan Bastian dan Kinan.
Pak Beni menatap rumahnya Ara, dia merasa khawatir apa yang akan terjadi dirumah itu? Dia merasa gelisah seakan mengantar putranya sendiri untuk melamar gadis orang. Apa Ara akan menerima lamaran ini? Bagaimana kalau tidak?
Diapun melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah Ara yang luas. Jack melihat sekeliliag, dia bingung kenapa rumahnya Ara tidak ada satpamnya?
Di dalam rumah, Ara dan ibunya sudah selesai memasak. Saat terdengar suara seseorang mengetuk pintu rumahnya berkali-kali.
“Tunggu sebentar!” teriak Ibunya Ara.
“Siapa sih yang bertamu? Apa ayah sudah pulang? Masa sih pulang, baju juga nelpon,” ucap ibunya Ara lagi, lalu bergegas kedalam rumah menuju pintu depan.
************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
Ainieee
waaaj jackkk bkin senam jntung bu mertuaa nie kwkwkw
2023-08-05
0
Fitria novia
semoga Ara menerima lamaran Jack
2022-07-29
0
Justme
Mutlak yah🤣🤣
2022-07-29
0