Ara menatap pria yang tidak dikenal itu.
“Siang Bu, saya dari developer rumah,” ucap pria itu.
“Develover rumah?” tanya Ara, keheranan.
“Tuan Jack sudah membeli salah satu rumah dari perusahaan kami, saya hanya mengantarkan kuncinya, Ibu bisa langsung menempati. Surat-suratnya sedang dalam proses nanti Ibu bisa hubungi notaris deleloper kami,” jawab pria itu, memberi sebuah amplop berlogo.
Ara menerima dengan hati tidak percaya. Dia bekerja bertahun-tahun menabung belum bisa membeli rumah mewah dikawasan elit ibukota. Tapi ini, hanya dalam hitungan menit kunci rumah itu sudah ada ditangannya, diapun tertegun.
“Ini tanda terimanya Bu,” kata pria itu menyodorkan sebuh kertas. Arapun menerimanya dan langsung menandatanganinya.
“Kalau begitu saya permisi Bu,” ucap pria itu, Ara hanya mengangguk menatap amplop berisi kunci rumah.
Apa benar perkataan ibunya kalau semua ini justru menunjukkan kalau Jack itu baik? Ara menghela nafas lalu masuk lagi ke dalam.
Dilihatnya ibunya masih melihat-lihat perhiasan itu.
“Siapa?” tanya Ibunya.
“Orang dari developer memberikan kunci rumah dari Tuan Jack,” jawab Ara.
Ibunya Ara langsung menatap putrinya.
“Benar?” tanya Ibunya.
Ara mengangguk dan memberikan amplop itu. Ibunya langsung membukanya dan ternyata benar isinya kunci rumah dan duplikatnya.
Ara pergi ke ke kamarnya, dia duduk dipinggir tempat tidur, dia masih bingung dengan semua ini, kemarin-kemarin begitu susahnya dia mendapat jodoh, yang ini tidak cocok yang itu tidak cocok, tapi sekarang, tanpa dia cari jodohnya datang sendiri, meskipun dia tidak kenal jodohnya itu.
Ara duduk bersandar disandaran tempat tidur, dilihatnya miniatur Jendeal 9 nyanya Jack yang ada di tangannya. Kata Jack ini adalah hidupnya, dia memberikan hidupnya untuknya, Ara pun tersenyum pria itu sangat lugas, dan tidak banyak basa basi.
Diraihnya ponselnya lalu diapun iseng googling mengetik jendral 9 nyawa di Perancis. Turuutuuuut…muncul berbagai informasi pendek.
“Oh ternyata ada legendanya,” gumamnya, lalu menscrollnya asal saja.
Dia kembali iseng masuk ke situs luar negeri, bahkan muncul berita-berita di Perancis dalam bahasa Perancis, dia tidak mengerti berita apa itu, dia tidak bisa bahasa Perancis.
Dilayar juga muncul macam-macam miniatur seperti yang Jack berikan. Ara kembali teringat pada Jack, katanya ini hadiah terakhir ayahnya, kasihan sekali dia, gumamnya.
Ara kembali menscroll lagi dengan cepat tanpa dibacanya, hingga muncullah beberapa foto-foto yang mirip dengan Jack di layar ponsel.
“Ara!” terdengar ibunya memanggil.
“Ya,Bu!” jawab Ara, tidak sempat melihat foto itu langsung menoleh kearah pintu.
Ibunya Ara melongokkan kepalanya dipintu.
“Ibu sudah memanggil tukang rias pengantin kerumah,” kata Ibunya.
“Buat apa?” tanya Ara.
“Supaya kau dimasker pengantin juga luluran biar auramu keluar, kau akan terlihat cantik saat menikah nanti,” jawab ibunya.
“Memangnya menikahnya kapan? Kenapa lulurannya sekarang?” tanya Ara.
“Oh iya ya, ibu lupa tidak menanyakan kapan pernikahannya,”ucap Ibunya.
“Kau ada telpon Tuan Jack kan?” tanya Ibu, kemudian.
“Tidak ada Bu, aku kan sudah bilang aku tidak mengenal mereka,” jawab Ara.
“Waduh bagaimana ini?” keluh Ibunya.
Terdengar lagi suara yang mengetuk pintu.
“Perasasan hari ini banyak sekali tamu…” keluh ibunya Ara, lalu keluar dari kamarnya Ara.
“Ya tunggu sebentar!” teriak Ibunya Ara, sambil berjalan menuju pintu depan.
Setelah ibunya pergi, Ara menoleh ke ponselnya yang memunculkan gambar seseorang.
“Gambar siapa itu…” gumamnya, lalu meraih ponsel itu dan plup, ponselnya mati.
“Habis batrenya,” gumam Ara. Diapun bangun mencari charger hpnya.
Ibunya Ara membuka pintu, sudah berdiri dua wanita cantik disana.
“Siapa ya?” tanya Ibunya Ara.
“Ada keperluan apa, nona-nona?” lanjutnya dengan bingung, sambil menatap takjup pada wanita –wanita cantik itu.
“Cantik amat nih orang,” batinnya. Ara saja kalah cantik oleh wanita-wanita ini, fikir Ibu Ara.
Salah satu wanita cantik itu menjawab sambil tersenyum manis.
“Perkenalkan namaku Ocha,” jawab wanita itu, dengan suaranya yang ngebass, hampir saja Ibunya Ara loncat saking kagetnya.
“Waduh siapa lagi ini?” gumamnya, tidak menyangka wanita secantik itu ternyata seorang pria.
“Kalau aku Enceu,” kata salah satunya lagi dengan lemah gemulai mengulurkan tangannya.
“Halo,” sapa Ibunya Ara masih terkejut, sambil menerima uluran tangan mereka.
“Mami, maminya Bu Ara kan?” tanya Ocha dengan suara besarnya yang dilembut lembutkan.
“Mami? Iya Mami, maminya Bu Ara,” jawab Ibunya Ara, pengen ketawa sendiri dipanggil mami sama wanita-wanita ini.
“Kami dari Ocha salon mami, aku Ocha Iskandar, pemiliknya langsung loh yang datang,” kata Ocha dengan pedenya.
“Ocha salon? Mau apa?” tanya Ibunya Ara.
“Kami dai WO yang ditunjuk untuk mengurus pernikahan Bu Ara dengan Tn.Jack Mami. Kami mau membuat Bu Ara cantik dihari pernikahannya besok,” jawab Ocha, sambil mengibaskan rambut panjangnya.
“Oo..eh apa? Besok?” Ibunya Ara terkejut.
“Iya Mami, kan menikahnya besok,” jawab Ocha.
Ibunya Ara terkejut bukan main. Dia tidak menyangka kalau Tuan Jack benar-benar menyiapkan acara pernikahannya besok.
“Kalian masuk ayo ayo masuk,”ajak Ibunya Ara.
“Pasti kalian perias profesioanal,” kata Ibunya Ara.
“Tentu saja Mami, aku ini sering memenangkan lomba rias pengantin di ibukota bahkan Asia,” ujar Ocha.
“Wah bayarannya pasti mahal,” ucap Ibunya Ara, merasa takjub
“Tentu saja Mami, Tn. Jack membayar kami 3x lipat, karena acaranya dadakan,” kata Ocha lagi.
“3x lipat?” tanya Ibunya Ara takjub, tenryata Tn.Jack itu benar-benar kaya, dia memang tidak salah pilih menantu.
“Ada siapa, Bu?” tiba-tiba Ara muncul.
“Mereka perias dari WO-nya Tn.Jack,mereka akan merawat wajahmu supaya cantik besok,” kata Ibunya Ara.
“Besok? Memangnya aku mau menikah besok?” tanya Ara sambil tertawa, dia fikir ibunya bercanda.
“Kau memang akan menikah besok,” jawab ibunya Ara.
Tentu saja Ara terkejut bukan main, diapun menghentikan tawanya.
“Beneran besok?” tanya Ara, menatap kedua wanita itu lalu pada ibunya.
Mereka mengangguk.
“Ibu sih bilang besok lusa juga tidak apa-apa,” keluh Ara.
“Ya memang tidak apa-apa,” jawab Ibunya, tidak merasa bersalah.
Arapun cemberut, ini nih gara-gara hadiah Tuan Jack ibunya jadi begitu. Kalau sudah begini dia tidak bisa protes, akhirnya Ara pasrah saja saat wanita wanita transgender itu merawat wajahnya.
************
Di rumahnya Jack…
Saat semua orang sudah masuk ke dalam rumah, Bastian dan Kinan masih berada di mobilnya.
“Bastian,” kata Kinan.
“Apa sayang?” tanya Bastian.
“Kalau kau melamarku, aku ingin kau seperti kakakmu itu,” jawab Kinan, sambil bergelayut manja di lengannya Bastian.
“Maksudmu?” tanya Bastian.
“Itu loh, kau bawa hadiah seperti yang kakakmu bawa. Perhiasan satu koper dan rumah mewah, aku juga mau begitu,” jawab Kinan.
“Aku tidak punya uang sebanyak itu,” kata Bastian.
“Ya bilang dong sama ibumu, masa sih kakakmu bisa kamu engga? Kalian kan sama sama anaknya. Ya sayang,” rayu Kinan.
Bastian terdiam dan berfikir.
“Ya sudah nanti aku bilang pada Ibu,” ucap Bastian, membuat Kinan senang.
“Nah gitu dong sayang,” ucap Kinan.
“Kau tunggu disini, aku mau mengambil dompetku, ketinggalan, baru kita shoping,” kata Bastian diangguki Kinan.
Bastianpun turun lalu masuk kedalam rumah.
Ny.Inez melihat Jack langsung naik ke atas, diapun memanggil Pak Beni. Sedangkan suaminya pergi juga ke lantai atas.
“Pak Beni, aku ingin bicara,” kata Ny.Inez.
“Soal apa Nyonya?” tanya Pak Beni, menghentikan langkahnya menghadap Ny.Inez.
“Aku tidak suka kau menghambur-hamburkan uangnya Jack,” jawab Ny.Inez.
“Itu Tuan Delmar yang minta,Nyonya,” kata Pak eni.
“Kau kan bisa menolaknya, “ ujar Ny.Inez.
“Maaf Nyonya saya tidak berani menolak permintaan Tn.Delmar,” jawab Pak Beni.
Ny.Inez memberengut kesal.
“Oh ya Nyonya, pernikahannya besok, semua sedang dikerjakan WO,” ucap Pak Beni, semakin membuat Ny.Inez terkejut.
“Besok? Kau serius?” tanya Ny.Inez.
“Serius Nyonya,”jawab Pak Beni.
“Memangnya ada WO yang mau menerima acara dadakan begini?” tanya Ny.Inez.
Pak Beni tidak menjawab.
“Jangan katakan kau membayar WO itu lebih?” tuduh Ny.Inez.
Pak Beni tetap tidak menjawab.
“Saya permisi, Nyonya,” ucap Pak Beni dan langsung pergi.
Ny,Inez semakin kesal saja melihatnya.
“Ibu kenapa?” tanya Bastian yang baru masuk.
“Ibu kesal kakakmu memberi hadiah terlalu banyak,” jawab Ny.Inez.
“Aku juga kalau melamar Kinan mau hadiah seperti yang kakak bawa, Bu,” kata Bastian, membuat Ny.Inez terkejut.
“Kau ini bicara apa? Kita tidak punya uang sebanyak itu!” Kata Ny.Inez.
“Kakak bisa masa aku ga bisa?” tanya Bastian, dengan marah.
“Kakakmu punya banyak warisan dari ayahnya. Sedangkan kau, ayahmu tidak punya apa-apa saat menikahi Ibu, perusahaan yang dijalankan ayahmu juga milik kakakmu, ayahmu cuma karyawan, Ibu juga hanya ketitipan saja karena Jack masih kecil dan gila,” jawab Ny.Inez.
“Ibu kan yang megang uangnya kakak, pokoknya aku ingin hadiah yang sama untuk melamar Kinan,” ujar Bastian bersikeras.
“Sayang untuk mengeluarkan uang sebanyak itu tidak mudah, karena ini uang Jack, uang keluar juga harus untuk keperluan Jack, ibu harus dapat persetujuan dari pengacara lewat sidang sidang,” kata Ny.Inez.
Mendengar jawaban Ny,Inez, Bastian tidak terima dan merasa kesal.
“Ibu pilih kasih!” ucap Bastian dengan nada tinggi, diapun beranjak meninggalkan Ibunya.
“Bastian! Bastian!” panggil ibunya. Tapi Bastian tidak mendengarkan.
Bastian masuk ke kamarnya langsung ke meja rias mengambil dompetnya lalu menatap cermin.
“Apa-apa kakak, apa-apa kakak, semua milik kakak! Sepertinya aku tidak ada artinya dirumah ini,” keluh Bastian, masih menatap cermin.
“Kalau begini terus, terpaksa aku harus membuatmu kembali gila kak, supaya kau kembali ke Perancis,” gerutunya, sambil memasukkan dompet ke sakunya lalu meninggalkan kamarnya.
************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
Febri Ana
jack hrs sembuh sama ara thor
2023-05-09
0
Lia Rosita
Kurasa, Jack memberikan itu semua ke Ara adalah untuk mengamankan asetnya dari keluarganya yang licik. Jadi biar aman, ke Ara in aja.
2023-03-20
0
Tuti
berarti yg bikin gila itu orang numpang hidup yg ndak diri to.
2022-12-11
0