Ara makan sambil menahan tangisnya. Manikahi pria tampan dan kaya ternyata tidak seindah yang dibayangkan.
Lama-lama tak tertahankan akhirnya dia menangis juga.
Jack yang mendengar Ara menangis menghentikan makannya dan menoleh pada Ara.
Dia mengakhiri makannya, cepat-cepat minum dan melap mulutnya dengan tisu.
Dia terdiam menatap yang sedang menangis itu.
“Kau kenapa?” tanya Jack.
Ara menggelengkan kepalanya, tapi kemudian menangis lagi, sambil mengunyah makanannya. Airmatanya sampai berjatuhan keatas meja.
Jack menoleh kearah tisu, diambilnya beberapa lembar, lalu tangannya mengulur menghapus airmata dipipinya Ara.
Arapun menoleh kearahnya sambil mengambil tisu itu.
“Terimakasih,” ucapnya, sambil tersenyum.
Jack masih menatapnya.
“Aku mau menngajakmu pergi,” ucap Jack.
“Kemana?” tanya Ara, mencoba menghentikan tangisnya.
Jaca menoleh pada piring Ara yang masih tersisa.
“Aku sudah selesai makan,” ucap Ara, karena memang dia tidak bernafsu lagi. Lalu menoleh kepiringnya Jack ternyata beberapa mangkuk sudah kosong begitu juga piringnya Jack, cepat sekali pria itu menghabiskan makannya.
Tangan Jack langsung meraih tangan Ara.
“Kita mau kemana?” tanya Ara.
Jack tidak menjawab, dia terus menarik tangan Ara mengajak pergi, Arapun mengikutinya. Dipintu mereka berpapasan dengan Pak Beni.
“Tuan, apa kita akan pergi?” tanya Pak Beni.
“Iya,” jawab Jack.
Pak Beni langsung bergegas kepintu luar. Begitu juga dengan Jack yang menarik tangannya Ara.
“Jack kita akan kemana?” tanya Ara.
Jack tidak menjawab, dia langsung masuk ke mobil mewahnya, Ara terus mengikuti. Pak Beni cepat-cepat duduk didepan dengan supir.
“Jalan!” ucap Jack pada supir.
Mobilpun melaju.
“Jack kau tidak menjawab pertanyaanku, kita akan pergi kemana?” tanya Ara.
Pria itu tidak menjawab, membuat Ara bingung. Tapi Pak Supir tidak bertanya apa-apa seakan sudah tahu mereka akan kemana.
Disepanjang jalan tidak ada yang bicara. Ara hanya melirik tangannya yang dipegang Jack. Pria itu hanya melihat lurus kedepan. Melihat pria itu diam seperti itu, tidak kentara kalau perilakunya tidak normal.
Setelah mobil mendekati lokasi yang dituju barulah Ara tau kalau mereka menuju café tempat pertama bertemu dengan Jack.
“Kau membawaku kesini mau apa? Kita kan sudah makan,” kata Ara.
Jack tidak menjawab, dia hanya membuka pintu mobilnya dan menarik Ara keluar darisana. Pak Beni juga langsung turun.
Jack masih menarik tangannya Ara terus masuk ke café itu. Pelayan yang melihat Kedatangan Jack langsung menghampirinya.
“Pesanan atas nama Tuan Jack Delmar?” tanya pelayan itu, tapi Jack tidak menjawab, dia hanya mengikuti kemana pelayan itu pergi.
Ditempat biasa, Jack langsung menarik sebuah kursi lalu menekan bahu Ara supaya duudk dikursi itu kemudian dia duduk disebrangnya Ara.
Pak Beni menoleh pada pelayan itu yang segera pergi mengambil pesanannya, lalu Pak Beni berdiri saja tidak jauh dari Jack.
“Kau memesan apa?” tanya Ara.
”Kesukaanmu,” jawab Jack.
“Kesukaanku? Kau tahu kesukaanku?” tanya Ara, sambil tersenyum.
Jack mengangguk. Ara melirik pada Pak Beni yang diam saja melihat kearah lain.
Tidak berapa lama pelayan datang lagi dengan membawa mangkuk eskrim. Yang coklat di simpan didepan Jack, sedangkan yang strawberry masih dipegangnya. Pelayan itu bingung, biasanya eskrim itu disimpan dikursi kosong, sekarang ada penghuni kursi itu, diapun menoleh pada Jack lalu pada Pak Beni yang hanya mengangguk saja. Pelayan itupun menyimpannya didepan Ara.
Ara menatap eskrim itu, diapun tersenyum, entah sudah berapa lama dia tidak makan eskrim. Dilihatnya Jack hanya menatapnya.
“Aku harus makan es krim ini?” tanya Ara.
“Kau akan tersenyum jika makan eskrim itu,” jawab Jack.
Kini Ara mengerti kenapa Jack tiba-tiba membawanya pergi, pria itu mencoba menghiburnya dengan membelikannya eskrim. Ditatapnya pria yang sedang menatapnya itu, lalu Ara pun tersenyum. Terlihat raut wajah Jack berubah cerah, dia merasa senang Ara tidak menangis lagi.
Arapun tertawa dan tangannya menyentuh tangan Jack yang ada diatas meja.
“Terimakasih,” ucapnya.
Jack menatap tangannya dipegang Ara, diapun tersenyum, lalu meraih sendoknya mulai makan eskrimnya. Arapun mengikutinya makan eskirm di depannya.
Sambil makan eskrimnya, Ara memperhatikan pria didepannya itu. Ternyata Jack jika makan sesuatu hanya focus pada makanannya. Arapun tersenyum. Dalam hati ada rasa kasihan melihat nasibnya Jack, tapi terkadang dia merasa sedih dengan nasibnya yang sekilas seperti beruntung mempunyai suami tampan dan kaya tapi ternyata tidak seberuntung itu.
Ternyata kehadiran mereka menarik perhatian dua orang wanita yang juga duduk tidak jauh dari mereka. Raut wajah wanita itu langsung berubah kecut saat melihat kedatangannya Jack. Merasa tidak tahan dengan dorongan dalam dadanya nya yang menyebabkannya ingin menyapa Jack.
Wanita itu langsung bangun dari duduknya dan menghampiri Jack.
“Rupanya kau disini juga?” tanya wanita itu dengan ketus.
Pak Beni yang melihat kedatangan wanita itu tampak terkejut dan menghampiri tapi wanita itu langsung menoleh pada Pak Beni.
“Kau jangan ikut camur,” ucap wanita itu.
“Jangan mengganggu Tuan Delmar, Nyonya,” kata Pak Beni.
“Aku hanya ingin menyapa orang yang telah membuat putriku meninggal,” ucap wanita itu, membuat Pak Beni diam dan mundur.
Ara yang mendengar perkataan wanita itu sangat terkejut dan menghentikan makan eskrimnya dan menoleh kearah wanita itu
“Jack, apa kau masih mengenaliku? Aku rasa kau ingat kalau aku ibunya Arum,” tanya wanita itu.
Jack tidak menjawab, dia menghabiskan eskrimnya dengan cepat lalu melap mulutnya dengan tisu. Ara semakin terkejut saja mendengar perkataan wanita itu yang ternyata ibunya Arum.
“Sudah berapa lama kita tidak bertemu,” ucap wanita itu.
Jack hanya diam menunduk.
“Setelah sekianlama, aku tidak menyangka akan bertemu denganmu lagi, apakah hidupmu bahagia setelah apa yang kau lakukan pada Arum?” tanya wanita itu.
Mendengar nama Arum disebut, barulah Ara mengerti, ternyata ibu ini adalah ibunya Arum yang meninggal itu. Jack juga langsung bereaksi saat nama Arum disebut, diapun langsung bangun tapi tidak memandang wanita itu, dia hanya menunduk terdiam.
“Apa kau bahagia Jack setelah kau membuat putriku meninggal? Apa kau bahagia?” tanya wanita itu dengan nada tinggi mulai terbakar emosinya.
Kemudian wanita itu tersenyum sinis tapi matanya yang mulai memerah merasakan getir dalam hatinya.
“Kau makan eskrim disini? Kau masih ingat eskrim kesukaan Arum?” tanya wanita itu, menoleh pada eskrim strawberry yang belum habis dimakan Ara.
Jack masih diam.
“Apa gunanya itu semua?” teriak wanita itu tiba-tiba.
Pak Beni langsung mendekat.
“Pergi!” teriak ibunya Arum itu pada Pak Beni.
“Ny.Imelda, ini tempat umum,” ucap Pak Beni mengingatkan.
“Aku tidak peduli! Mumpung aku bertemu Jack sekarang!” teriak Ny.Imelda, lalu menoleh pada Jack.
“Setelah sekian puluh tahun tidak melihatmu, ternyata kau sudah dewasa. Kau tahu, kalau kau tidak menyebabkan Arum meninggal, mungkin dia akan sebesar wanita itu! Siapa dia? Istrimu? Kau baru menikah bukan?” tanya Ny.Imelda sambil menoleh kearah Ara.
Ara langsung berdiri dan mengangguk.
“Aku istrinya Jack,” ucap Ara.
Ny.Imelda tersenyum sinis.
“Istri? Kau menikahi pria gila ini?” tanya Ny.Imelda. Ara terkejut ternyata ibunya Arum tahu kalau Jack Depresi.
“Jack bukan gila, dia depresi, itu juga karena dia merasa tertekan merasa bersalah karena kehilangan Arum,” kata Ara.
“Sama saja! Tapi itu memang pantas dia dapatkan setelah apa yang telah dilakukannya!” kata Ny.Imelda, sambil menoleh lagi pada Jack dan menatapnya dengan penuh kebencian.
“Kau, lihat dirimu, kau tumbuh dewasa, badanmu tinggi dan kekar, kau terlihat sangat sehat, tapi bagaimana dengan Arum? Kau membuatnya meninggal! Kau membuatku kehilang dia! Apa itu adil untukku? Untuk Arum?” tanya Ny.Imelda mulai histeris dan berteriak-teriak.
“Nyonya, tenanglah!” ucap Ara.
“Diam kau! Kau tahu apa? Apa kau tahu berapa umur Arum waktu itu? Dia masih kecil, dia polos dan lucu, aku tidak pernah melihat wajah cantiknya lagi…” ucap Ny.Imelda sambil menangis.
Arapun diam mendengarnya, dia tahu Ibunya Arum pasti sangat kehilangan putrinya.
“Tapi itu bukan murni kesalahan Jack, dia tidak sengaja! Dia juga bersedih kehilangan Arum,” ucap Ara, mencoba meredam emosinya Ny.Imelda.
“Aku salah.” Tiba-tiba Jack bicara.
“Aku salah!” ulang Jack sambil menunduk, tangannya tampak mengepal, raut wajahnya mulai memerah.
Ara menoleh kearah Jack.
“Jack, “ panggil Ara.
“Aku salah, aku salah, aku yang menyebabkan Arum meninggal! Aku salah!” teriak Jack dan tiba-tiba kedua tangannya meraih kursi di dekatnya lalu menggulingkannya hingga jatuh kelantai, membuat semua yang ada di cafe itu terkejut dan melihat kearah mereka.
“Jack!” Ara berteriak kaget melihat Jack mulai mengamuk.
“Jack tenang Jack!” teriak Ara.
Ny.Imelda menatap Jack.
“Iya kau memang salah, kau yang menyebabkan Arum meninggal! Kau membunuh putriku Jack, kau pembunuh!” teriak Ny.Imelda malah membuat suasana hati Jack semakin buruk.
“Aku salah! Aku salah!” teriak Jack lagi, dia terlihat linglung, kini tangannya menyentuh meja dan digulingkannya, bukan meja saja, kursi yang lainpun digulingkannya.
Ara semakin panic melihat Jack seperti itu.
“Jack , tolonglah Jack, tenanglah!” teriak Ara, merasa sedih melihat Jack seperti itu.
“Aku salah! Aku salah! Aku pembunuh! Aku pembunuh!” Teriak Jack, mulai merusak apapun yang ada didekatnya.
“Tidak Jack, kau bukan pembunuh, tenanglah Jack!” seru Ara, dengan mata yang berkaca-kaca, dia tidak tega melihat penderitaannya Jack yang tertekan karena menyebabkan Arum meninggal.
Pak Beni juga sangat terkejut Jack kembali mengamuk, diapun mendekati Jack begitu juga dengan dua orang satpam café.
************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
Lia Rosita
Kasihan banget
2023-04-19
0
Wardah Juri
itu..mah taqdir
2022-07-28
0
Wardah Juri
kasian jek
2022-07-28
0