Sinar matahari terasa hangat mengenai tubuhnya. Udara yang sangat dingin berubah menjadi hangat. Dengan perlahan Ara membukakan matanya, pandangan pertama yang dilihatnya adalah pintu jendela balkon kamar itu terbuka lebar, gorden yang menjuntai panjang beriak tertiup angin. Diluar cuaca sangat cerah.
Lalu dirasanya pipinya menyentuh sprei yang lembut itu, ternyata dia tertidur dalam keadaan menelungkup. Tangannya mengusap-usap sprei itu yang tercium begitu harum dihidungnya.
Setelah beberapa menit menikmati keadaan, Ara baru tersadar dan diapun bengun dengan cepat, langsung duduk melihat ke sekeliling kamar.
Hiasan kamar pengantin itu belum dihias, bunga-bunga masih tercium harum dihidungnya. Dilihatnya dirinya duduk diatas sprei putih yang sudah berganti bersih. Dilhatnya lagi tubuhnya, ternyata dia menggunakan baju tidur dari sutra, baju tidur itu terasa begitu lembut ditubuhnya.
Di sentuhnya baju tidur itu, baju tidur yang mungkin dia akan berfikir berpuluh puluh kali
untuk membelinya.
Tapi siapa yang mengganti baju pengantinnya menjadi baju tidur? Ara pun langsung menggerakkan kedua tangannya menutup dadanya. Apakah Jack? Apakah pria itu menyentuh tubuhnya? Ah tidak tidak terjadi apa-apa pada tubuhnya.Kemana pria itu?
Ara mengambil cardigan baju tidurnya yang ada disandaran kursi tidak jauh dari tempat tidur itu lalu dipakainya. Dia teringat semalam Jack mengamuk. Dengan kaki yang tanpa alas, akhirnya perlahan menuju ruangan museum mainan Jack itu, ternyata pintunya tertutup. Apakah Jack ada disana?
Dengan jantung yang berdebar kencang dan hati yang galau, tangan Ara gemetaran menyentuh gagang pintu lalu dibukanya dengan pelan, dan mendorong pintu itu perlahan.
Kepalanya melongok kedalam ruangan itu. Diapun langsung membuka pintu museum itu dengan lebar. Tidak seperti semalam, ruangan itu sangat terang benderang, semua gorden kaca kaca lebar yang mengelilingai ruangan itu dibuka lebar-lebar, hingga bisa melihat pemandangan dari luar di dalam ruangan itu. Semua rapih. Etalase-etalase itu sudah tertata ditempatnya semula. Barang- barang Jack yang Jack lemparkan semalam pun sudah berada di etalase itu kembali.
Ara melihat kesekeliling, dari ruang museum itu ada beberapa pintu keluar mungkin untuk para pekerja disini membersihkan museum itu.
Arapun kembali menutup pintu itu Sepertinya semalam ruangan itu sudah dibersihkan dan etalasenya sudah diganti, cepat sekali mengganti etalase? Apa dirumah ini ada cadangan etalase jika Jack mengamuk? Itu artinya Jack sering mengamuk?
Ara melihat ke dalam kamar itu lagi, lalu berjalan kearah pintu jendala balkon kamar, dia melangkahkan kakinya ke pintu jendela yang terbuka keluar dari kamar itu. Diapun berdiri di pinggir pagar balkon dan melihat ke luar.
Matanya terhenti pada sosok yang sedang berenang di kolam renang di bawahnya.
Pria itu, pria yang mengamuk semalam sedang berenang dengan mahirnya, dia seperti perenang professional, hanya menggunakan celana renangnya dan tangan yang masih diperban.
Ara mengerutkan dahinya, apakah itu Jack? Pria itu berenang dengan tangan yang terluka? Apa tidak perih? Ara merinding membayangkan tangan luka yang perih terkena air.
Dilihatnya Jack naik kepinggir kolam mengambil minum yang ada di meja itu lalu meminumnya. Ara memperhatikan pria itu. Pria itu sangat tampan dengan tubuhnya yang sempurna. Dada bidang dan perut kotaknya juga otot bisepnya membuatnya terlihat sangat gagah. Rasanya tidak masuk akal pria dengan gangguan kejiwaan memilki tubuh sekeren itu.
Dilihatnya lagi Jack kembali masuk kedalam kolam kembali berenang, ah pria itu seperti ingin memamerkan tubuhnya saja.
Ara menundukkan kepalanya, memikirkan apa yang terjadi pada dirinya. Menikahi pria yang sakit jiwa, sungguh sesuatu yang sangat buruk dan menakutkan. Bagaimana kalau Jack menyakitinya? Apa yang harus dilakukannya? Apakah dia harus pergi meninggalkan Jack? Bagaimana kalau Jack mengamuk lagi dia tdak tahu kira-kira apa saja yang akan membuat Jack mengamuk. Mungkin minatur Jendral itu benar-benar sangat berharga seperti yang Jack katakan padanya kalau minatur Jendral itu adalah hidupnya.
Ara kembali memejamkan matanya mencoba untuk menenangkan dirinya, dia harus memikirkan langkah apa yang akan dilakukan selanjutnya. Apakah dia harus meninggalkan Jack atau menjalani hari-harinya bersama pria yang sait jiwa? Sungguh pilihan yang tidak ada enaknya.
Hemm..Arapun memuka matanya melihat kembali ka kolam itu. Dia terkejut karena Jack tidak ada disana. Kemana pria itu? Dicari-carinya sekitar kolam ternyata tidak ada. Apa dia sudah selesai berenangnya?
Arapun membalikkan tubuhnya dan dia terkejut saat menabrak seseorang membuatnya hampir jatuh tapi tangan kokoh itu langsung memeluknya.
Ara tersentak kaget menatap siapa yang memeluknya sekarang, Jack.
“Kau sudah bangun?” tanya Jack.
Ara benar-benar gugup, dia berada dipelukan tubuh telanjang yang di puji-pujinya tadi. Begini rasanya dipeluk pria yang bertubuh atletis, tangan itu memeluknya sangat kuat.
Setelah dia tersadar apa yang terjadi, Ara langsung melepaskan tangannya Jack, dan mundur beberapa langkah.
“Jangan mendekat!” teriak Ara sambil mengulurkan satu tangannya ke depan.
“Jangan mendekat!” serunya lagi, kembali mundur.
Jack mengerutkan keningnya.
“Jangan mendekat?” tanya Jack.
“Jangan mendekat!” ucap Ara lgi.
Jack tidak menjawab, diapun hanya diam mematung.
Ara mencoba menenangkan dirinya dengan menghela nafas panjang. Jantungnya sekarang berdebar kencang bukan terpesona tapi dia merasa was-was Jack akan mengamuk lagi dan bisa saja Jack menyakitinya.
“Kau harus jauh-jauh dariku,” kata Ara.
Jack terdiam sebentar dan menatap Ara.
“Jauh, jauh,” ucap Jack, kepala kembali berfikir keras mencerna apa yang Ara katakan.
“Iya, jauh, kau tidak boleh dekat -dekat denganku,” ulang Ara.
Jack terdiam, wajahnya terlihat menjadi muram sekarang, sepertinya Jack kecewa karena Ara memintanya menjauh.
Ara masih berdiri di pojok tembok itu, dia sangat takut Jack mendekatinya.
“Jack!” panggil Ara, dengan hati-hati, kepalanya terus berfikir dia harus berjaga- jaga jangan sampai Jack menyakitinya, tidak mungkin dia terjun kebawah untuk menghindari Jack.
“Apa?” tanya Jack.
“Kau yang menggantikan baju pengantinku?” tanya Ara, matanya melihat pada tangan Jack yang
diperban basah itu, dia bisa membayangkan pasti rasanya sangat perih sekali, tapi Jack sama sekali tidak terlihat kesakitan.
“Iya, kau suka pakaiannya?” jawab Jack juga bertanya.
Ara melihat baju tidur yang dipakainya, baju tidur sutra itu benar-benar sangat lembut dan nyaman dipakainya, sutra asli dengan harga yang fantastic.
“Iya, bajunya sangat bagus, aku harus fikir-fikir dulu untuk membelinya,” jawab Ara.
Dilihatnya ada binar senang dimatanya Jack, tidak semurung tadi saat dia menyuruhnya untuk menjauhi dirinya.
Terdengar suara ketukan dipintu.
“Tuan!” terdengar suara Pak Beni.
“Masuk,” jawab Jack.
Pintu kamarpun terbuka, masuklah Pak Beni.
“Perbannya harus diganti Tuan, kau juga belum minum obatnya,” kata Pak Beni.
Jack tidak menjawab, dia masuk saja ke kamarnya tanpa bicara apa-apa pada Ara.
“Minum obat? Jadi Jack beneran sakit dan harus minum obat?” batin Ara.
Dengan langkah kaki pelan dia berjalan menuju jendela masuk kamar itu. Kepalanya melongok sedikit kedalam kamar.
Dilihatnya Jack duduk disofa dan Pak Beni mengganti perban lukanya itu. Hati Ara semakin cemas saja dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya pada Jack. Apa dia harus kabur?
“Apa semua baik-baik saja?” tanya Pak Beni, matanya menoleh kearah jendela kamar tempat Ara bersembunyi, dia tahu istrinya Jack itu bersembunyi dibalik kaca jendela dan memperhatikan mereka.
Ara kembali melongokkan kepalanya melihat Jack sedang minum obat yang disodorkan oleh Pak Beni. Saat Pak Beni menoleh kearahnya, Ara buru-buru bersembunyi lagi. Dia terus berfikir dan berfikir, samua ini sungguh membuatnya bingung.
Terdengar suara langkah kaki menjauh, membuka pintu dan menutup pintu, sepertinya Pak Beni sudah keluar kamar, fikir Ara.
Kemudian Ara kembali melongokkan kepalanya melihat kedalam kamar tapi dia terkejut saat kepalanya bukan melihat kamar tapi melihat dada telanjangnya Jack, hampir saja dia mencium dada itu, ternyata pria itu sudah berdiri dipintu balkon.
Ara langsung menengadah menatap wajahnya Jack yang menunduk menatapnya melihat kelakuannya. Ara buru-buru mundur lagi dan kembali mengulurkan tangannya ke depan.
“Jauh-jauh dariku, jauh…” kata Ara.
Jack melihat tangan itu. Diapun hanya berdiri tidak menghampiri.
“Bagus, sepertinya kau mengerti apa yang aku katakan,” ucap Ara.
“Aku mau mandi,” kata Jack.
“Apa?” tanya Ara.
“Aku mau mandi,” ulang Jack.
“Kau mau mandi? Ya mandi saja, kenapa bilang padaku?” tanya Ara.
Dia langsung membayangkan Jack pasti ingin mandi dengannya, ah tidak, dia tidak mau mandi dengan Jack.
“Aku mau mandi, kita akan pergi,” ucap Jack, membuat Ara menggeleng menghilangkan fikiran praduganya.
“Kita akan pergi?” tanya Ara.
Jack mengangguk.
“Ah tidak tidak, aku tidak mau pergi denganmu!” kata Ara menggelengkan kepalanya.
“Kau saja yang pergi, aku tidak mau!” lanjut Ara lagi.
“Aku mau pergi denganmu!” kata Jack, dengan penuh penekanan, Arapun diam.
Perkataan Jack sangat serius ingin mengajaknya pergi, tapi bagaimana ini? Bagaimana kalau dijalan Jack menyakitinya? Tapi kalau di menolak bisa-bisa Jack menyakitinya? Serba salah.
“Aku mau pergi denganmu,” ulang Jack.
“Baiklah, baiklah, tapi kau harus berjanji jangan dekat-dekat denganku,” kata Ara.
Jack tidak menjawab, diapun membalikkan badannya masuk kedalam kamar. Kemudian terdengar suara pintu dibuka dan ditutup lagi, lalu suara air shower. Sepertinya Jack pergi mandi.
Terdengar ketukan dipintu kamar itu beberapa kali.
Ara melongokkan kepalanya ke dalam kamar, Jack sedang mandi jadi terpaksa dia yang harus membuka pintu. Arapun segera pergi menuju pintu itu dan membukanya.
Seorang pelayan rumah sedang berdiri dengan memegang buket bunga yang indah.
“Bunga buat Nyonya Delmar,” ucap pelayan wanita yang menggunakan seragam itu.
“Buatku? Dari siapa?” tanya Ara keheranan.
“Iya Nyonya, dari Tuan Delmar,” jawab pelayan, sambil mengangguk lalu memberikan buket bunga itu.
“Terimakasih,” ucap Ara, menerima bunga itu.
"Permisi Nyonya," kata pelayan itu.
Ara mengangguk dan pelayan itupun pergi.
Ara menatap bunga itu lalu diciumnya sangat harum dan segar. Dilihatnya ada kartunya juga di bunga itu, segera dibukanya, ternyata ada tulisan tangan yang rapih disana, Arapun membacanya.
‘Untuk istriku tercinta, dari suamimu, Jack Delmar.’
Singkat dan padat. Arapun tersenyum ternyata Jack sangat romantic.
*************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
Meili Mekel
lanjiut
2022-07-07
0
Mar Sultan
sgt menrik
2022-06-26
0
Renisa Reni
hrsnya ara berbuat manis dgn mengobati tangan jack .membantu biar cpet sembuh...biar tdk ngamuk2 lagi gtu thor🤭
2022-06-25
0