Kinan menatap Bastian, yang tangannya mengusap punggungnya.
“Apa maksudmu kakak yang gila? Dia kakakmu?” tanya Kinan.
“Iya, Ibuku pernah menikah dengan seorang bangsawan Perancis dulu sebelum menikah dengan ayahku, mereka tinggal di Perancis, dan punya anak laki-laki satu, kakakku itu. Dia itu gila dari kecil makanya ibu meninggalkannya di RSJ di Perancis, itu yang dikatakan ibuku saat kakak gila itu tiba-tiba datang kesini sebulan yang lalu,” jawab Bastian.
Kinan semakin terkejut saja mendengarnya.
“Kenapa kakakmu sampai gila?” tanya Kinan, merasa penasaran.
“Dia menyebabkan kematian ayahnya dengan Arum, putri dari teman Ibu, waktu ada acara family gathering bersama teman-teman Ibu di pantai. Kakakku mengajak Arum berenang jauh ke laut membuat Arum terbawa arus, ayahnya mencoba menyelamatkan Arum, tapi malah ada ombak besar yang menyebabkan ayahnya dan Arum terbawa arus laut dan tidak terselamatkan, jasad mereka tidak ditemukan,” kata Bastian.
Kinan terdiam mendengarnya.
“Dia depresi gara-gara itu?” tanya Kinan.
“Iya, tentu saja semua orang menyalahkannya. Ibuku sudah melarang untuk berenang, dia malah mengajak Arum berenang jauh ke laut,” jawab Bastian.
“Siapa namanya?” tanya Kinan.
“Kakakku itu?” tanya Bastian.
“Iya kakak gilamu itu,” jawab Kinan.
“Namanya Jack Delmar,” kata Bastian.
Kinanpun terdiam, dia tidak menyangka kalau Bastian punya kakak. Dia tahunya Bastian anak tunggal.
“Sudahlah tidak sudah membicarakan orang gila itu,” ujar Bastian.
“Apa dia tidak melakukan sesuatu yang menyakiti orang lain?” tanya Kinan.
“Selama ini sih tidak, dia masih terkendali dengan minum obat obatan tiap hari, juga ada Dokter khusus yang memantaunya. ” jawab Bastian.
Kinan mengangguk-anguk.
“Ya kadang suka mengamuk juga, entah karena alasan apa,” ucap Bastin.
“Sangat menakutkan,” keluh Kinan.
“Iya, sejak dia kembali ke RSJ, rumah ini jadi kacau, apalagi sekarang ingin menikah,” jawab Bastian, membuat Kinan terbelakak kaget.
“Apa? Orang gila mau menikah? Meskipun dia tampan siapa yang mau menikah dengan orang gila? Kecuali kalau wanitanya tidak tahu kalau dia gila,” ujar Kinan sambil tertawa.
“Kau benar, pasti wanitanya tidak tahu kalau kakakku gila,” ujar Bastian, lalu dia memanggil pelayan yang kebetulan masuk keruangan itu.
“Bawakan makanan ke kamarku!” kata Bastian, lalu menoleh pada Kinan.
“Ayo!” ajak Bastian, sambil bangun dari duduknya.
Kinan langsung bangun dan memeluk Bastian, merekapun meninggalkan ruangan itu menuju kamarnya Bastian.
***********
Jack berada dalam mobilnya bersama Pak Beni. Supir segera menjalankan mobilnya menuju tempat kerjanya Ara.
Tenyata tempat kerjanya Ara tidak sesepi tadi, justru sekarang sangat ramai dan banyak pengunjung, mereka duduk menunggu di kursi-kursi yang sudah disediakan.
Deva masuk keruangan itu sudah dari ruangan lain, tidak sengaja dia menoleh keluar, dia melihat mobil mewah itu ada lagi dihalaman kantor mereka.
Diapun menoleh pada gadis yang sedang memfoco copy.
“Dian, tuh lihat!” kata Deva, sambil menyenggol Dian.
“Apa sih?” tanya Dian.
“Itu pemilik mobil mewah itu datang lagi!” kata Deva.
“Ternyata dia pantang menyerah mencari Bu Ara, kakek tua suka daun muda,” kelih Dian.
Temannya yang sedang duduk tidak jauh dari mereka yang baru saja menelpon disebuah meja, mendengar obrolan mereka.
“Apa sih?” tanyanya.
“Tuh kakek kaya itu datang lagi,” kata Dian.
Gadis itu yang didadanya tertuliskan nama Meta, menoleh keara kaca luar, dia tertegun saat melihat seorang pria tampan bertubuh tinggi atletis keluar dari mobil itu, pria tampan itu tampak melihat kesekitarnya.
“Hei kau kenapa?” tanya Dian.
“Dia sangat tampan, kau lihat,” jawab Meta.
“Ah kakek- kakek kau bilang tampan,” keluh Dian, diapun menoleh kearah kaca, kini dia yang tertegun begitu juga Deva. Mereka melihat Jack berjalan menuju pintu kantor itu.
“Dia kesini!” kata Deva.
Pak Beni mengikuti Jack dibelakangnya.
“Jangan jangan pemilik mobil mewah itu pria tampan itu,” tebak Dian.
Karena mereka malah tertegun melihat kearah luar, membuat orang di sekitar keheranan dan melihat kearah pintu kaca itu. Sekali pandang saja, semua orang menilai pria itu sangat tampan.
“Selamat siang!” sapa Satpam sambil membuka pintu.
Jack berdiri dipintu yang terbuka itu.
Ruangan itu tiba-tiba menjadi hening karena melihat kadatangannya Jack.
“Ada yang bisa dibantu?” tanya Pak Satpam.
Jack tidak menjawab, dia malah mengedarkan pandangan kesekeliling.
Meta, Dian dan Deva kembali ke mejanya masing-masing melanjutkan pekerjaannya, dengan sesekali melirik kearah Jack yang menyita perhatian semua orang. Bahkan ada pelanggan yang sedang duduk menunggu itu dengan sengajanya memfoto Jack.
Pak Satpam menoleh pada Pak Beni.
“Kami ingin bertemu dengan Bu Ara,” jawab Pak Beni.
Gadis- gadis itu semakin menajamkan telinganya mereka penasara kenapa pria tampan itu mencari atasan mereka.
“Dengan Bapak siapa?” tanya satpam.
“Aku Beni, dan ini Tuan Jack Delmar,” jawab Pak Beni.
Yang sempat mendengar nama itu disebut mulai berbisik bisik dengan teman sebelahnya.
Gadis- gadis itu melirik lirik Jack dengan hati yang gelisah, kenapa pria itu tidak melirik mereka? Apa mereka kurang menarik?
“Namanya Jack,” kata hati gadis- gadis itu.
Pak satpam akan pergi menemui Ara, tapi dia menghentikan langkahnya saat gados itu masuk keruangan itu, mencari seseorang.
“Pak Dimas, mana Pak Dimas?” tanya Ara pada satpam itu.
“Bu, ada tamu, Pak Beni dan Tuan Jack Delmar,” jawab satpam.
Ara mengerutkan keningnya. Dia menoleh kearah tangan Pak sampan yang menujuk kerarah pintu. Dia tertegun, terdiam, terkejut melihatnya. Ternyata pria yang menemuinya tadi benar- benar datang dengan pia tampan itu.
Suasana begitu hening diruangan itu, yang menunggu antrian tidak ada kerjaan melihat pada Ara lalu pada pria tampan itu.
Gadis-gadis yang bekerjapun mendadak menjelaskan pada pelanggannya yang sedang dilayaninya dengan suara yang pelan, karena kosentrasi mereka terganggu dengan kehadirananya Jack, mereka penasaran ada apa atasan mereka yang mereka tahu jomlo di datangi pria sekeren Jack.
Jack melihat sosok yang dicarinya masuk keruangan itu terdiam dan menatapnya. Kenapa melihat gadis itu hatinya merasa nyaman? Bahkan saat Ara selesai bicara dengan satpam lalu menoleh kearahnya, mata itu sedang menatapnya sekarang, mata itu memberikan kesejukan dalam relung hatinya. Seakan air minum yang meredakan dahaga pada dirinya yang kehausan.
Pak Beni langsung berjalan mendekati Ara yang juga terejut dengan kehadiran mereka.
“Bu Ara, ini Tuan Jack Delmar,” kata Pak Beni.
Ara tampak bingung, pria itu terus menatapnya tidak berkedip seperti yang dilakukannya saat bertabrakan di parkiran tadi.
Pak Beni juga bingung harus bicara apa, karena Jack hanya diam menatap Ara. Dalam hatinya gelisah jika Jack melakukan sesuatu diluar kendali. Suntikan penenang selalu tersedia di dalam sakunya.
“Mmm, halo Tuan Jack,” sapa Ara mulai bicara dengan pelan, lalu berjalan menghampiri, tapi baru juga beberapa langkah, langkahnya terhenti saat Jack bicara.
“Aku ingin menikah denganmu!” ucap Jack dengan lantang, sontak membuat semua orang melihat kearahnya.
Bukan orang lain saja yang terkejut, Ara lebih lebih. Mimpi apa dia tiba-tiba ada pria tampan datang ke kantornya dan menyatakan ingin menikah dengannya? Selama ini yang mengajaknya menikah hanyalah pria pria beristri.
Gadis-gadis customer service itu tampak terkejut dan menghentikan pekerjaannya, melihat kearah Jack. Mereka kaget bukan main pria tampan itu tiba-tiba saja mengatakan ingin menikah dengan atasan mereka yang sering dicap perawan tua karena belum menikah menikah.
“A apa?” tanya Ara. Semakin bingung.
“Aku ingin menikah, menikah denganmu,” jawab Jack.
Ara mencoba menenangkan dirinya, untung dia sering mendapatkan pelatihan mengontrol diri jika ada pelanggan yang marah-marah, jadi dia cepat menangkap situasi.
“Tuan Jack, anda…” Ara mencoba bicara meskipun kebingungan apalagi semua orang menatapnya.
Ara menghentikan kata-katanya lalu menoleh pada Pak Beni.
“Bisakah kita bicara di ruanganku? Silahkan!” ajak Ara, sambil tersenyum ramah padahal jantungnya rasanya mau copot mendapat ajakan menikah dari Jack.
Ara berusaha bersikap profesional apalagi ini ruangan untuk pelayanan umum, dia tidak mau kejadian ini mengganggu operasional kantornya.
Pak Beni mendekati Jack dan berbisik.
“Tuan, Bu Ara ingin kita keruangannya,” kata Pak Beni.
Jack terdiam sebentar lalu menjawab.
“Baiklah,” jawabnya.
“Mari,” ajak Ara pada Jack dan Pak Beni mendahului masuk keruangan yang lain menuju ruang kerjanya.
Pak Beni dan Jack mengikutinya. Lagi-lagi semua orang melihat pergerakannya sepertinya mereka tidak mau kehilangan momen melihat pria tampan itu. Pria itu memiliki magnet yang kuat membuat mata orang lain tertarik untuk selalu melihatnya.
**************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
Ainieee
waah lngsung ga da basa basii si jack kwkwk
2023-08-03
0
Fitria novia
ga kebayang pas Ara tau kl Jack gila
2022-07-29
0
Justme
😂😂😂
2022-07-29
1