Terdengar ketukan dipintu ruang kerjanya Ny.Inez.
“Masuk,” kata Ny.Inez.
Pak Beni membuka pintu itu lalu masuk, dilihatnya Tn. Ferdi sedang duduk dikursi kerjanya, dilihatnya ke sofa, ibunya Jack itu sedang membaca tabloid.
“Ada apa? Apa saja yang dilakukan Jack hari ini?” tanya Ny.Inez tanpa menoleh.
“Tuan Delmar sudah menemui gadis itu,” jawab Pak Beni.
Ny.Inez menurunkan tabloidnya dan menatap Pak Beni.
“Terus, mana gadis itu?” tanya Ny.Inez.
“Tn Delmar ingin melamar gadis itu ke rumahnya besok,” jawab Pak Beni, membuat Ny.Inez terkejut juga Tn. Ferdi.
“Apa? Melamar? Aku mencari gadis yang bisa aku bayar, aku atur, tidak perlu resmi ada lamaran segala,” keluh Ny.Inez.
“Tn.Delmar ingin ada lamaran,” jawab Pak Beni.
“Memangnya gadis itu setuju menikah dengan Jack? Apa dia tau kalau Jack itu gila?” tanya Ny.Inez.
“Tidak Nyonya, Bu Ara tidak tahu kondisi Tn.Delmar, dan Bu Ara juga tidak tahu rencana lamaran ini,” jawab Pak Beni semakin membuat Ny.Inez dan Tn. Ferdi terkejut.
“Apa? Jadi Ara belum menyetujui dilamar Jack? Terus buat apa kita melamar gadis itu?” tanya Ny.Inez.
“Tuan Delmar menginginkannya Nyonya,” ucap Pak Beni.
“Kita tidak harus selalu mengikuti keinginannya kan? Bisa melakukannya nanti saja, kita fikirkan lagi,” kata Ny.Inez.
“Nyonya, saya tidak mau terjadi apa-apa dengan Tn.Delmar, ini sudah jadi keputusannya Tn.Delmar,” kata Pak Beni.
“Ya terserah, kau saja kan dengan Jack yang melamar gadis itu? Aku juga tidak mempermasalahkan siapa yang Jack suka, gadis manapun terserah dia, yang penting dia tenang disini dan tidak membuat keributan atau lebih baik membawa istrinya pulang ke Perancis,” kata Ny.Inez.
“Tn.Delmar menginginkan Nyonya dan Tn.Ferdi ikut melamar gadis itu,” jawab Pak Beni.
“Apa?” lagi-lagi Ny.Inez dan Tn.Ferdi terkejut.
“Aku tidak mau,” jawab Ny.Inez.
“Tapi Nyonya, Tn.Dlemar ingin Nyonya ikut,” kata Pak Beni.
“Pegi saja sendiri, aku tidak mau ikut-ikutan malu,” ucap Ny.Inez.
“Nyonya, ini hanya permintaan kecilnya Tn.Delmar. Nyonya sudah tidak peduli dan meninggalkannya sejak lama,” kata Pak Beni.
“Tapi aku selalu mengirimi kalian uang yang banyak,” sanggah Ny.Inez.
“Nyonya jangan lupa kalau semua yang Nyonya miliki adalah haknya Tn.Delmar. Sekarang Tn.Delmar sudah dewasa dan sudah mengantongi surat sehat dari RSJ, dia sudah berhak meminta semua peninggalan ayahnya,” kata Pak Beni.
“Surat sehat apa? Lihat sekarang, dia masih bersikap aneh,” ujar Ny.Inez.
“Tn.Delmar sudah mengerti semua itu, Nyonya. Hanya dia belum bisa hidup senormal orang lain, masih harus dibantu obat-obatan,” kata Pak Beni.
Ny.Inez langsung berdiri dan menatap Pak Beni.
“Apa maksudmu Jack akan mengambil semua warisan ayahnya, begitu? Kau mulai kurang ajar, Pak Beni.” kata Ny.Inez.
“Maaf Nyonya, saya hanya mengingatkan saja, kalau Tn.Delmar juga harus diperhatikan kebahagiaannya, saya hanya ingin Tn.Delmar bahagia,” kata Pak Beni, menundukkan kepalanya.
Ny.Inez menghela nafas panjang, dia juga tahu kekayaan yang dimilkinya adalah haknya Jack warisan dari ayahnya. Diapun menoleh pada suaminya.
“Sayang, kau ikut melamar calon istrinya Jack besok,” kata Ny.Inez.
“Apa? Aku ikut melamar?” tanya Tn.Ferdi, menatap istrinya.
“Tn.Delmar mengatakan seperti itu,” jawab Pak Beni.
“Kenapa aku harus mengikuti keinginan orang gila itu?” hardik Tn. Ferdi, dengan kesal.
“Sayang, sudahlah ikut saja. Apa yang kita miliki itu milikinya Jack! Jangan sampai kita tidak menuruti keinginannya dan membuat Jack marah,” kata Ny.Inez.
Tn.Ferdi langsung berubah masam, diapun tidak berkata apa-apa lagi.
Ny.Inez menoleh pada Pak Beni.
“Baiklah, kau persiapkan acara lamarannya, aku tidak mau tahu, pokoknya semua beres. Acaranya jangan lama-lama, setelah melamar kita langsung pulang,” kata Ny.Inez.
Pak Benipun menganggguk dan keluar dari ruangan itu.
************
Keesoan harinya…
Terdengar ketukan dipintu kamarnya Bastian.
Bastian dengan malas membukanya, disana sudah berdiri ibunya yang sudah berdandan cantik.
“Apa Bu?” tanya Bastian.
“Kau segera ganti pakaian, hari ini kita akan melamar calon istrinya kakakmu,” kata Ny.Inez.
Bastian yang masih mengantuk langsung melotot.
“Apa ibu bilang? Melamar calon istri kakak?” tanya Bastian.
“Iya, cepat ganti pakaian,” kata Ibunya.
“Serius kakak sudah mendapatkan calonnya?” tanya Bastian.
“Iya, tapi ibu juga belum tau gadis itu seperti apa,” jawab Ny.Inez.
“Apa? Aneh aneh saja, sudah dipastikan pasti wanitanya itu juga sama gilanya dengan kakak,” ujar Bastian sambil tertawa.
“Lama-lama rumah ini nantinya seperti rumah sakit jiwa,” ejeknya lagi.
“Sudah, jangan banyak bicara, cepat berpakaian,” kata Ny.Inez.
“Tidak ah Bu, aku tidak mau ikut,” ucap Bastian.
“Kau harus ikut,” kata Ny.Inez.
“Aku malu Bu, mengantar lamaran kakakku yang gila, bagaimana kalau tiba-tiba dia ngamuk disana, tidak ah,” jawab Bastian.
“Makanya jangan membuat kakakmu marah, nanti kau tidak akan mendapatkan fasilitas apa-apa. Yang kau miliki semua punya kakakmu,” kata Ny.Inez.
“Aaah sudahlah iya iya, aku mau mandi dulu,” kata Bastian sambil memberengut dan menutup pintu dengan keras.
Diapun menelpon Kinan.
“Kinan, temani aku ke acara lamaran kakakku,” kata Bastian.
“Apa?” Kinan terkejut.
“Kakakku mau lamaran,” jawab Bastian.
“Tidak ah, aku malu,” ucap Kinan.
“Kau harus ikut temani aku, aku juga malu tapi aku terpaksa harus ikut,” kata Bastian.
“Tapi kau jadi kan membelikanku tas branded yang aku mau itu? Harganya sangat mahal Lho,” ujar Kinan.
“Iya pasti aku belikan, kau bersiap-siap saja,” ucap Bastian.
“Iya,” jawab Kinan.
Percakapanpun terputus. Bastian segera pergi masuk ke kamar mandi.
*******
Di rumahnya Ara...
Hari ini adalah hari minggu, Ara sengaja bangun siang mumpung hari libur jadi bisa sedikit bersantai. Dari arah dapur tercium harum masakan ibunya, perutnya terasa lapar.
Ara membuka jendela kamarnya, panas matahari langsung masuk ke kamarnya. Dihirupnya udara segar diluar rumah, lalu diapun keluar dari kamarnya, langsung menuju dapur. Harum masakan itu benar-benar sangat membuatnya lapar.
“Kau baru bangun?” tanya ibunya yang masih memasak.
“Masak apa hari ini Bu?” tanyanya.
“Ada ikan goreng,” jawab Ibunya.
“Ayah kemana? Ko sepi?” tanya Ara.
“Ayah pergi dengan temannya ada urusan,” jawab ibunya.
Ara menoleh kearah meja makan, disana sudah ada tempe goreng dan sayur. Diapun mendekati meja makan dan mengambil satu buah tempe goreng itu.
“Mandi dulu! Baru makan!” kata Ibunya, menoleh pada putrinya yang masih memakai baju tidur dengan rambut kusut diikat sembarang.
“Ah ibu, mumpung libur, tiap hari bangun pagi terus,” keluh Ara, ditariknya kursi lalu duduk disana sambil makan tempe goreng.
Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara banyak kendaraan.
“Ada apa ya Bu? Perasaan berisik banget diluar,” kata Ara.
“Ah mungkin anak-anak,” jawab ibunya.
Dari luar terdengar lagi suara ramai-ramai anak kecil.
“Memangnya ada pawai ya? Apa ada anak disunat?” gumam Ara.
“Pawai apa? Ini bukan hari kebesaran, ini hanya hari minggu biasa,” jawab ibunya.
Tercium lagi harum ikan goreng yang sedang dimasak.
Masih terdengar suara mobil-mobil dijalan depan rumahnya yang jalannya tidak terlalu lebar,sepertinya berisik jalanan macet juga karena terdengar suara klakson sana sini.
“Ada apa sih? Ramai sekali,” kata Ibunya.
Tendengar suara dering ponsel dari ruangan tengah.
“Ayahmu mungkin nelpon. Kau tunggu ikannya, ibu angkat telpon dulu,” ujar Ibunya Ara, lalu pergi ke ruang tengah.
Arapun bangun mendekati kompor, melihat ikan yang belum matang itu lalu kembali duduk.
Ibunya Ara mengambil ponselnya yang berbunyi. Saat dia menerima telpon matanya menoleh kearah jendela. Dia terkejut saat melihat banyak sekali mobil mewah yang berhenti di jalan depan rumahnya.
“Wah ada apa ya?” gumamnya, lalu berjalan ke ruang tamu menuju kearah pintu rumah dan membukanya sambil menelpon.
“Ada acara apa ya?” gumam Ibunya Ara, keheranan karena jalanan macet.
“Apa Bu?” tanya ayahnya Ara karena pemicaraan istrinya tidak nyambung.
“Ini yah, dijalan depan rumah kita banyak sekali mobil mewah, tetangga kita memangnya ada yang hajatan ya?” tanya ibunya.
“Tidak Bu. Kalau ada pasti ada undangannya,” jawab suaminya.
“Tapi mobilnya berhenti persis dijalan rumah kita loh Pak. Mobil mewah semua bikin macet,” ucap ibunya Ara.
“Ya mungkin cuma parkir saja, jalanan dirumah kita kan meskipun beraspal tapi jalannya kurang lebar,” kata ayahnya Ara.
“Ya sudah, jangan lupa berkasnya tolong disimpan dilemari, tadi ayah lupa, dikirain hilang,” lanjut ayahnya Ara.
“Iya nanti ibu simpan,” jawab Ibunya Ara, lalu menutup telponnya.
**************
Jangan lupa like dan vote ya...
************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
Ainieee
baru acraa lmaraa ja dahh heboh nie 😁😁😁
2023-08-04
0
Tuti
oalaa ternyata benalu to
2022-12-11
0
Evi Emilia
berarti ny inez ini ngk sayng sm sijack
2022-08-08
0