Nona memagut bibir Dewa, Dewa membalasnya dengan mesra. Ciuman kali ini cukup lancar karena sebelumnya mereka sempat berciuman. Tangan Nona meremas punggung Dewa, jantungnya seolah meledak. Hasrat Dewa juga ikut naik, ia ingin sekali membuka segel Nona malam ini.
Sampai ketika ponsel milik Nona berdering, Nona dengan sigap melepas ciumannya. Selagi Nona menerima telpom, Dewa asyik memegangi bibirnya sendiri. Rasanya begitu manis dan membuat candu.
"Dewa, aku harus ke rumah sakit," ucap Nona sambil meraih tasnya.
"Ada apa, Nona?" tanya Dewa.
Nona begitu panik karena dia mendapat kabar jika ayahnya dilarikan ke rumah sakit karena serangan jantung.
"Nona, aku mau ikut. Aku ingin melihat keadaan ayah mertuaku," pinta Dewa.
Nona menganggukkan kepala, Dewa segera berkemas lalu mereka turun dan menuju ke mobil. Kali ini Mas Supri yang mengantar mereka. Dalam perjalanan, Nona begitu khawatir. Dewa menenangkannya.
"Padahal ayahku tidak ada riwayat penyakit jantung. Kenapa tiba-tiba?" ucap Nona.
"Nasib orang tidak ada yang tahu, Nona. Kita berdoa jika ayahmu akan baik-baik saja."
Setelah sampai rumah sakit, Nona dam Dewa segera menuju ruangan tempat ayah Nona dirawat. Disana kakak-kakak Nona sudah berada disana dan menatap dingin mereka yang bergandengan tangan. Dewa langsung melepas genggaman tangannya karena seolah terintimidasi oleh tatapan mereka.
"Bagaimana keadaan ayah?" tanya Nona.
"Dia sedang dirawat."
Nona lalu masuk dan Dewa menunggunya diluar. Dia begitu canggung bersama ketiga kakak Nona. Kakak kedua Nona lalu mengajaknya keluar. Mereka duduk kursi, tatapan kakak Nona sangat tidak enak bagi Dewa.
"Sudah mulai saling jatuh cinta?" tanya kakak Nona yang bernama Bagas.
Dewa hanya tersenyum kecil tetapi Bagas langsung menarik kerah baju Dewa.
"Ku peringatkan kepadamu, jangan menyukai adikku! Kau tidak pantas bersanding dengannya," ucap Bagas.
Disaat bersamaan kakak ketiga Nona datang, sebut saja Bayu. Dia tersenyum melihat mereka.
"Hahaha... Anak kecil sepertimu tidak pantas dengan adik kami yang sangat berharga. Aku akan membunuhmu dan menghancurkan keluargamu jika kau berusaha merebut hati Nona," ucap Bayu.
Bagas meletakkan tangannya dari kerah Dewa, dia langsung menoyor kepala Dewa dan mereka masuk kedalam rumah sakit lagi. Dewa begitu kesal, dia hanya menghela nafas panjang dan saat ia akan kembali masuk sang kakak pertama Nona yaitu Bara sudah berada dihadapannya.
"Jangan dengarkan kedua adikku itu!" ucap Bara yang usianya kini sudah menginjak 40 tahun.
Dewa tersenyum, Bara lalu berjalan melewati Dewa dan menuju mobilnya. Dewa berpikir jika kakak pertama Nona memang terlihat jauh lebih dingin dari pada yang lain tetapi seolah lebih baik dari kedua adiknya.
Dewa kini masuk ke dalam rumah sakit lagi, ia melihat Nona sudah berada diluar. Wajahnya sangat sedih.
"Bagaimana keadaan ayahmu?" tanya Dewa.
Nona tidak menjawab, dia memalingkan wajah. Seperti ada perubahan pada Nona. Dewa mencoba mendekatinya namun kedua kakak Nona mencegahnya.
"Adikku sedang tidak ingin didekati olehmu," ucap Bayu.
"Lebih baik kau pulang!" ucap Bagas.
Dewa mencoba menatap Nona tetapi Nona memalingkan wajah, sepertinya memang tidak ada yang beres. Dewa mencoba mengingat apakah dia punya kesalahan pada mereka? Semua ini membuatnya bingung.
"Nona, aku pulang, ya?" ucap Dewa.
Tetapi Nona tidak mau menjawab.
"Sudah sana pulang, kau juga tidak dibutuhkan disini," ucap Bayu sambil tersenyum menyeringai.
Dewa lalu melangkah menjauhi mereka. Pikirannya masih benar-benar bingung kenapa Nona langsung berubah sikapnya menjadi dingin dan seolah tidak peduli.
Disisi lain, Nona mengusap kedua matanya. Bayu dan Bagas hanya tersenyum kecut, Nona yang dikenalnya sangat elegan dan tidak pernah menangis kini menangis hanya untuk bocah ingusan itu.
"Nona sekarang menjadi seorang yang menyedihkan. Untuk apa kau menangisi bocah SMA itu?" tanya Bayu.
"Penuhi permintaan ayah, ceraikan dia! Nikahi Altaf, walau dia sempat mengecewakanmu tetapi dia tidak akan mengecewakanmu lagi," ucap Bagas.
Nona berdiri, ia sangat kecewa dengan kedua kakaknya. Dia berlari mencari keberadaan Dewa tetapi bocah itu sudah tidak ada. Nona mencari kesana kemari tetapi bocah itu sudah pergi meninggalkan rumah sakit. Nona menghampiri Mas Supri yang berada di mobil tetapi Mas Supri mengatakan jika Dewa tidak menghampirinya.
***
Dewa berjalan di keheningan malam, perasaannya seolah terguncang. Baru beberapa jam lalu mereka sudah baikan justru kini Nona memusuhinya lagi. Pernikahan ternyata memang tidak seenak yang dirasakannya. Dia berjalan tidak tentu arah dan dia sudah tidak menghiraukan dinginnya malam. Apalagi badannya yang sangat lelah seolah menikmati rasa kekesalannya kali ini.
Sampai ketika sebuah mobil mewah menghampiri dan berhenti disebelahnya. Seorang pria muncul dari mobil tersebut yang ternyata adalah kakak pertama Nona yaitu Bara.
"Kenapa kau disini?" tanya Bara.
Dewa hanya menundukkan kepala. Bara lalu mengajaknya ke cafe terdekat. Bara yang sangat dingin ternyata begitu baik dari dugaan Dewa. Mereka mengobrol di cafe dan memesan makanan, Dewa nampak begitu canggung.
"Aku dulu menikah juga seumuranmu. Masih labil, egois. Keluargaku sangat menentang pernikahan kami, apalagi keluarga istriku. Tapi aku tidak menyerah begitu saja, aku mencari cara bagaimana mereka bisa menerima pernikahan kami," ucap Bara.
"Kak Bara yang orang kaya bisa ditentang oleh keluarga apalagi saya yang sebagai orang tidak punya," jawab Dewa.
Bara tersenyum tipis, ia meminum minuman yang telah dia pesan lalu menatap wajah Dewa yang menunduk seolah tidak berani menatapnya.
"Ini bukan masalah kaya atau miskin tetapi jiwa kepemimpinanmu yang sebagai kepala keluarga. Rumah tangga ditentukan oleh kepala keluarga yang siap melindungi pernikahannya walau masalaj silih berganti," jawab Bara.
Dewa lalu berani menatap wajah Bara yang tersenyum kepadanya. Orang yang dianggapnya menyeramkan bisa berkata seperti itu kepadanya, Dewa lalu tersenyum. Keberaniannya seolah bangkit.
"Nona memang tipe orang yang menyembunyikan perasaanya tetapi dia tidak akan mau menikah denganmu jika dia tidak menyukaimu."
Dewa tersenyum, ucapan Bara membuatnya cukup lega. Bara lalu menepuk bahu Dewa dan menyemangati bocah itu. Setelah makanan datang, mereka langsung makan. Disaat bersamaan, ponsel Bara berbunyi. Dia tersenyum ternyata dari anak gadisnya.
"Hallo sayang?" ucap Bara.
"Papa dimana?"
"Papa akan menuju ke rumah sakit."
"Oke, aku dan mama akan kesana."
Setelah itu Bara menutup telponnya lalu menghabiskan makanannya dan mengajak Dewa untuk kembali ke rumah sakit.
****
Elara, anak Bara yang begitu cantik sedang menyisir rambutnya. Dia memandangi foto teman sekelasnya yang primadona di sekolahnya yaitu Dewa Arga. Sejak mendapat kabar jika Dewa putus dengan Sarah, ia mencoba mendekati Dewa. Dia selalu mengirim pesan kepada Dewa tetapi pria itu tidak pernah membalasnya.
Setelah sampai di rumah sakit, Elara masuk bersama sang mama untuk menjenguk kakeknya tetapi manik matanya memandang papanya sedang mengobrol bersama orang yang sangat disukainya.
"Dewa?" ucap Elara sambil tersenyum. "Papa tidak bilang jika kenal dengan Dewa? Dia cowok yang aku ceritain, pah."
Bara begitu terkejut, Elara langsung menggenggam tangan Dewa tetapi Dewa menepisnya. Nona yang berada disana cukup cemburu. Rupanya memang benar jika Dewa adalah primadona disekolahnya.
"Dewa mumpung ada papaku disini, ayo kita berkencan!" ucap Elara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Elisanoor
buset, nakair om nya 🤣🤣🤣
2023-11-20
0
Penulis Cerita
aduh itu om kamu 🤣 si nona jealous
2022-10-15
1
U. Boy
gimana perasaan elara kalo dewa sekarang jadi om nya🤣🤣
2022-09-08
0