Setelah mandi, Dewa bergegas menuju ruang makan. Disana sudah ada Nona yang sedang menikmati sarapannya. Para pelayan menarik kursi untuk Dewa dan mengambilKan makanan untuknya.
Dewa duduk dan langsung melahap roti lapis seperti yang ia makan kemarin.
"Hari ini agendamu apa?" tanya Nona.
"Aku akan melamar pekerjaan."
Nona mengernyitkan dahi. "Untuk apa?"
"Aku seorang laki-laki juga harus bekerja untuk menafkahi istri kontrakku," ucap Dewa.
Nona meminum air putih, ia memandang Dewa yang makan seperti orang kelaparan.
"Kau tidak perlu bekerja. Aku tidak butuh uangmu," ucap Nona.
"Aku bekerja juga bukan untuk dirimu saja. Orang tuaku juga masih butuh nafkah."
Nona merasa terharu dengan ucapan Dewa. Bocah yang baru gede seperti Dewa masih memikirkan orang tuanya setelah ia menikah. Nona menyunggingkan senyuman.
"Hari ini kau ikut bersamaku. Aku ingin membelikanmu beberapa barang." Nona meletakkan gelasnya lalu mengambil tisu dan mengelap mulutnya.
"Tidak bisa. Aku harus melamar pekerjaan."
"Kau melamar pekerjaan dengan baju seperti itu?" tanya Nona.
Dewa memandangi pakaiannya sendiri. Dia memang tidak mempunyai pakaian formal bahkan ia kini mengenakan celana jeans.
Nona tersenyum lalu berdiri. "Aku tunggu dimobil."
Dewa memandangi punggung Nona yang mulai berjalan meninggalkannya.
Dasar orang kaya! Bisanya hanya menyuruh saja.
Dewa menghabiskan roti dan susunya. Dia langsung menghampiri Dewa. Cuaca hari ini begitu cerah, secerah senyum Nona kepada Dewa. Dewa tersenyum kecut, dia tidak ingin membuat Nona terkesima dengan senyuman mautnya.
Dewa masuk mobil dan duduk disebelah Nona. Dia melirik istrinya yang sangat cantik hari ini. Walaupun pakaian Nona selalu kasual tetapi tidak menurunkan kecantikan dan keanggunannya.
Dewa memilih diam, dia tidak ingin membuka obrolan. Saat ia sengaja melirik Nona, Nona juga meliriknya membuat Dewa salah tingkah. Dia langsung membanting pandangannya ke kaca mobil.
"Wuih, cantik sekali," ucap Dewa dengan sengaja saat melihat wanita cantik.
Arsel tiba-tiba membanting ke kanan membuat Dewa terpentok pintu mobil. Sepertinya Arsel memang sengaja melakukannya. Sedangkan Nona tersenyum kecil.
Dewa menatap sinis ke arah Arsel melalui spion atas begitu pula Arsel menatap tajam kearah Dewa.
"Sempat terlintas dipikiranku, kenapa bukan kau saja yang menggantikan menikah dengan Nona?" tanya Dewa.
CIIIIIIITTTT...
Arsel mengerem mendadak membuat Dewa terpentok kursi depan setelah itu Arsel melajukan mobilnya lagi. Dewa menghela nafas panjang, sepertinya ia memang dikerjai oleh Nona dan sekretarisnya.
"Kalian mempermainkanku?" tanya Dewa kesal.
Mereka berdua hanya diam. Sedangkan Dewa duduk dengan tenang sambil bersedekap. Dia sangat kesal baru pagi-pagi sudah dikerjai 2 orang itu.
Setelah menempuh perjalanan selama setengah jam, akhirnya mereka sampai juga di mall. Arsel membukakan pintu untung Nona.
Dewa keluar dari mobil dengan malas. Dia mengikuti langkah Nona yang mulai masuk ke mall. Mereka langsung menuju toko pakaian peralatan kantor. Nona dengan sigap memiliki setelan jas untuk Dewa.
"Coba kau pakai yang ini!" perintah Nona.
"Untuk apa? Calon pekerjaanku tidak memakai jas," ucap Dewa membantah.
Arsel langsung menarik Dewa ke ruang ganti pakaian dan menyuruh Dewa mencobanya.
"Apa susahnya untuk mencoba pakaian ini?" tanya Arsel.
"Bagaimana aku mau mencoba jika kau tidak keluar dari sini?" ucap Dewa.
Arsel berdecak lalu keluar dari ruangan itu. Dewa langsung mencobanya. Dia terlihat tampan dan berwibawa.
Dewa keluar dari ruangan itu, Nona begitu terkesima tetapi ia langsung tersenyum saat Dewa tersandung hingga membuatnya jatuh.
"Payah sekali, celana ini terlalu ketat. Lihatlah bokongku terlihat menempel di celana!" ucap Dewa tidak tahu malu.
Nona memalingkan wajah, Arsel langsung menyeretnya masuk ke ruang ganti lagi dan menyuruh melepaskan setelan jas Dewa. Nona menyuruhnya mencoba setelan jas selanjutnya. Kali ini Dewa masih terlihat sangat tampan dan semakin berwibawa.
"Ini oke, kami mau yang ini," ucap Nona ke penjaga toko.
Penjaga toko menganggukkan kepala. Nona mencari setelan jas lain dan beberapa baju hem untuk Dewa. Tak hanya itu, Nona juga membelikan sepatu pantofel untuk Dewa untuk melengkapi penampilannya.
Setelah selesai berbelanja, mereka langsung menuju ke kantor Nona. Dewa meminta untuk pulang saja tetapi Nona ingin memperkenalkan bisnis yang sedang di jalani Nona.
"Kau tidak malu membawa bocah ke kantormu?" tanya Dewa di dalam mobil.
Nona menggelengkan kepala, Nona memang irit bicara.
"Bisakah jangan hanya menggeleng saja. Kau wanita membosankan," ucap Dewa.
"Tutup mulut anda! Suara Nona sangat mahal untuk berbicara dengan anda," ucap Arsel merasa tidak terima jika sang Nona diejek.
Dewa memutar bola mata jengah. Dia lalu menatap keluar mobil. Ramainya jalanan kali ini tidak seramai hatinya. Bahkan dengan menikah pun hatinya masih terasa sepi.
Setelah sampai di kantor, Arsel membukakan pintu untuk Nona. Nona sudah disambut beberapa pengawal di depan pintu kantornya.
Semua orang yang lewat menunduk kepada Nona. Dia memang wanita pada dan bijak membuat semua orang tunduk kepadanya.
Nona sendiri adalah anak keempat dari empat bersaudara. Semua kakaknya laki-laki dan mengurus cabang perusahaan masing-masing. Walaupun seorang perempuan tetapi Nona tak kalah hebat dari kakak- kakak laki-lakinya dalam mengurus perusahaan. Dewa sempat tertegun kala melihat pegawai Nona selalu menunduk hormat ketika bertemu dengan Nona.
Dewa sangat berkecil hati saat harus bersanding dengan Nona apalagi saat ia harus menjadi suami dari orang seperti Nona.
Aku masih heran kenapa Nona memilihku untuk menjadi suami penggantinya. Walaupun aku tampan tapi aku miskin.
Setelah masuk lift dan naik ke ruangan Nona. Mata Dewa sangat takjub dengan ornamen-ornamen dinding kantor milik Nona, terkesan elegan dan mewah. Beginikah selera Nona? Kenapa Nona malah memilih bocah ingusan untuk menjadi suaminya?
Arsel menarik kursi untuk Nona, Nona melepaskan jas wanitanya dan menyuruh Arsel untuk menggantungnya. Dewa masih diam berdiri menghadap Nona.
"Kenapa diam saja?" tanya Nona.
"Lalu aku harus apa?" Dewa bergantian bertanya.
"Selama 2 tahun ini kau akan membantuku mengurus kantor ini."
Dewa mundur dan menggelengkan kepala. "Aku tidak mau. Aku hanya lulusan SMA dan tidak paham untuk urusan seperti ini."
"Kau suamiku. Seorang suami tidak mungkin membiarkan istrinya yang bekerja dan menafkahinya," ucap Nona.
"Ucapanmu terkesan meremehkanku. Aku bisa mencari uang sendiri dan menafkahimu. Aku akan mencari pekerjaan yang lebih pantas untukku," ucap Dewa.
Dewa berjalan meninggalkan ruang kantor Nona. Sebagai seorang pria ia merasa diremehkan. Dia merasa bisa mencari pekerjaan sendiri dan bisa memberi Nona uang walau tidak banyak.
Sedangkan Nona yang duduk tenang di ruangannya hanya menghela nafas. Memang memiliki suami bocah harus lebih banyak bersabar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
ossy Novica
Nona,wajar jika Dewa menolak karna dia merasa harga dirinya diiinjak di tambah sikap ajudan mu ,soknya minta ampun
2023-09-14
0
Artiwi★
arsel lo suka sama boss lo kah
2023-06-26
0
Artiwi★
capek dengan tingkah nya dewa 😭
sangat menghibur
2023-06-26
0