Setelah selesai makan siang, mereka langsung pulang dan tidak bertegur sapa. Mereka seperti robot yang yang dingin dan kaku. Nona dan Arsel keluar dari ruangan itu sambil diikuti oleh Dewa.
Perasaan Dewa merasa tidak baik ketika ibu Nona menghina pekerjaan orang tuanya terang-terangan di keluarga Nona tetapi respon dari kakak-kakak Nona biasa saja.
"Dewa, setelah ini kau kembali bekerja?" tanya Nona.
"He.em."
"Maafkan perkataan ibuku tadi!"
Dewa tersenyum dan menjelaskan dirinya baik-baik saja. Dia lelaki yang harus kuat apalagi dia kini sudah menjadi suami harus pintar menyembunyikan perasaannya.
"Tenang saja! 2 tahun itu waktu yang cepat. Setelah bercerai denganku maka Nona bisa mencari suami yang sepadan dengan Nona. Permisi," ucap Dewa langsung pergi keluar dari gedung itu.
Nona menatap punggung Dewa, ia bisa melihat kesedihan Dewa. Ibunya sangat keterlaluan dengan bocah malang itu.
Dewa mencari ojek untuk kembali ke restoran, ia masih menggunakan jas lengkap.
Dia hanya berharap pernikahannya cepat selesai.
Setelah sampai direstoran, semua orang memandangnya. Mereka kagum dengan ketampanan Dewa yang memakai jas. Nisa pun sempat terheran kenapa Dewa bisa memakai jas.
"Habis dari mana kok pakai jas?" tanya Nisa.
Dewa terkejut, dia bahkan tidak menyadari jika dia masih menggunakan jas. Dewa langsung ke kamar mandi dan berganti pakaian setelah itu ia keluar lalu melanjutkan pekerjaannya.
"Dewa, kau belum jawab habis darimana?" tanya Nisa.
"Hehe... Aku barusan dari studio foto mau buat foto untuk kenangan sekolah," jawab Dewa dengan asal.
Nisa mengerutkan dahi, ia menatap Dewa dengan heran. Dia tahu jika temannya itu berbohong. "Yaudah sana kembali bekerja!"
Dewa mengelus dadanya, untung saja Nisa tidak curiga. Dia kembali bekerja dan melayani dengan ramah. Sifatnya yang murah senyum membuat dia di sukai pengunjung restoran itu.
**
Setelah bekerja seharian, Dewa segera pulang ke rumah. Mas Supri menjemputnya dan melihat Dewa sangat lelah. Dewa masuk ke mobil lalu menyadarkan kepalanya pada kaca mobil.
"Harusnya jika mau kau bisa meminta Nona untuk mencarikan pekerjaan yang lebih baik untukmu," ucap Mas Supri.
"Aku 'kan sudah bilang jika aku tidak mau merepotkan Nona."
"Daripada kerja capek-capek tetapi gaji tidak seberapa?"
Dewa tidak mengambil pusing ucapan Mas Supri, lebih baik dia usaha sendiri daripada meminta bantuan Nona.
Disisi lain, Nona berada di kamarnya. Dia menghela nafas dan memikirkan bagaimana cara menyerahkan malam pertamanya kepada Dewa. Dia tidak ingin berdosa karena tidak melayani Dewa.
Nona membuat laptopnya dan membuka artikel cara untuk memulai malam pertama. Disana tertulis jika perempuan harus lebih agresif padahal Nona bukan orang yang bisa seperti itu.
"Dewa, ayo kita malam pertama!" ucap Nona melatih nada bicaranya tetapi nada bicaranya datar dan tanpa ekspresi.
Nona lalu menggelengkan kepala, dia tidak bisa melakukan itu. Nona berdiri sambil mondar-mandir, ia berpikir bagaimana jika dimulai dengan ciuman terlebih dahulu.
Nona mengambil boneka lalu melihatnya dengan tajam lalu bibirnya ia tempelkan pada bibir boneka itu lalu ia mengeluarkan lidahnya dan bermain-main disekitar bibir boneka itu.
Disaat bersamaan, Dewa membuka pintu kamar. Dia ternganga melihat Nona yang menciumi boneka sambil menutup matanya. Dewa melihatnya dengan seksama, dia bahkan melihat badan Nona yang tidak bisa diam.
"Nona?" ucap Dewa mengagetkan Nona.
Nona mundur dan langsung membuang boneka itu. Dia mati gaya dan tentunya sangat malu. Dewa mendekatinya dan menggaruk kepalanya masih bingung. Nona mundur secara perlahan.
"Ada apa dengan Nona?" tanya Dewa.
"Ehmm..." Nona bingung harus menjawab apa. Dia lalu mengalihkan obrolan. "Sana cepat mandi! Kau bau."
Nona mendorong tubuh Dewa ke kamar mandi dengan cepat lalu menutup pintu kamar mandi. Nona menghela nafas, dia membodohkan dirinya sendiri.
Perasaanya begitu malu jika harus bertemu Dewa lagi. Dia memutuskan untuk naik keatas ranjang dan tertidur.
Dewa yang berada di kamar mandi tersenyum sendiri, membayangkan Nona yang imut sedang mencium boneka beruang coklat nan lucu.
"Huh... Beruntung sekali boneka itu dicium oleh Nona. Andai saja aku yang diciumnya," gumam Dewa.
Dewa lalu melepas bajunya dan segera mandi. Perutnya sudah keroncongan karena lapar dan ingin segera makan.
Dia menggosok badannya menggunakan tangan beserta sabun. Air dingin dari shower bisa menyejukkan badan dan pikirannya.
Setelah selesai, Dewa mengambil handuk dan mengelap badannya.
Dewa keluar dari kamar mandi sudah wangi dan segar, ia melihat Nona duduk diam dipinggir ranjang.
"Cepat pakai bajumu!" pinta Nona.
Dewa mengernyitkan dahi, dia menuju ke tasnya lalu mengambil baju dan memakainya. Nona lalu menepuk ranjang untuk menyuruh Dewa duduk disebelahnya.
Dewa masih heran dengan sikap Nona yang aneh.
"Kau pernah pacaran pasti pernah berciuman?" tanya Nona.
Dewa menggelengkan kepala.
"Bohong," ucap Nona.
Dewa tersenyum. "Aku tidak mau merusak anak orang. Aku pacaran pun hanya sebatas bergandengan tangan itu pun harus izin dulu."
Nona memandang Dewa dan Dewa membalas pandangan Nona. Nona memalingkan wajah karena malu.
"Ma--mau ber--berciuman denganku?" tanya Nona terbata-bata.
Dewa menatap Nona dengan heran, Nona berdiri lalu berjalan mondar-mandir. "Kau pasti berpikiran aku mesum?" ucap Nona panik.
Dewa tersenyum lagi lalu menarik tangan Nona. Nona terhenti dan menatap Dewa.
"Kau pernah melakukan ciuman? Kalau aku belum. Aku bahkan tidak bisa ciuman," ucap Dewa.
"Aku juga belum pernah berciuman."
Dewa berdiri, ia memandang wajah Nona dengan lekat. Semburat malu terlihat diwajah Nona.
"Mau mencobanya?" tanya Dewa.
Secara tidak sadar Nona menganggukkan kepala. Dewa lalu mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Nona tetapi tiba-tiba terhenti. "Sebentar, bibirku kering. Aku mau minum dulu," ucap Dewa langsung menuju dispenser yang didalam kamar.
Sedangkan Nona mengambil lip glos lalu memakainya di bibir supaya tidak kering. Mereka sibuk dengan bibirnya masing-masing. Setelah itu, mereka kembali berhadapan. Mereka memandang bibir satu sama lain dan mereka semakin takut untuk melakukan ciuman.
"Sudah siap?" tanya Dewa.
Nona menganggukkan kepala. Mereka segera berhadapan dan mendekatkan wajah mereka. Saat bibir mereka akan bersentuhan tiba-tiba terhalang oleh hidung mancung mereka. Mereka langsung menjauhkan wajah masing-masing.
"Hidung kita bertabrakan, mending wajahmu menghadap ke kanan dan aku ke kiri," ucap Dewa.
Nona setuju lalu mereka mendekatkan bibir mereka lagi tetapi Nona yang tidak mengerti yang di maksud kanan dari sudut pandang Dewa membuat hidung mereka bertabrakan lagi. Dewa langsung menjauhkan wajahnya lalu menghela nafas.
"Bagaimana jika kita menonton video orang berciuman dulu?" tanya Dewa.
Nona setuju, Dewa membuka ponselnya lalu melihat video di youtube cara berciuman dengan baik dan benar. Mereka duduk dipinggir ranjang dan melihat video itu dengan seksama.
"Hidung kita terlalu mancung atau kita yang bodoh?" ucap Dewa.
Dewa meletakkan ponselnya dan menatap wajah Nona, setelah mempelajari cara berciuman di video itu mereka lansung mempraktekkannya.
Dewa mendekati wajah Nona dan melihat bibir istrinya yang ranum. Nona sudah bersiap dan menutup mata. Dewa mendekatinya perlahan demi perlahan dan hati-hati. Dewa memiringkan wajah dan mulai menggigit bibir bawah Nona dengan pelan dan lembut.
Badan Nona langsung bergetar merasakan sensasi yang tak biasa itu. Tangan Nona menggenggam ujung kaos yang di pakai Dewa. Nona mencoba memasukkan lidahnya perlahan demi perlahan tetapi tiba-tiba Dewa melepaskan ciumannya.
"Maaf, aku tidak sanggup."
*****
Baca karya author lain yang bikin NGAKAK.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
gua udah ga polos lagi 😭
2023-06-23
0
Isni Isni
aduhai 🤣🤣🤣dewa kamu merusak momen diamana istrimu udh mulai terangsang wkwkw
2023-05-24
0
nongximutz
astagfirullah 😆😆😆
2023-04-20
0