“Kau berpikir jika aku menyembunyikan tabung gas?” tanya Nona.
“Lalu kenapa Nona menganggukkan kepala saat aku bertanya tadi?”
Nona berdecih, ia hanya emosi saja karena sang suami masih berhubungan dengan mantan
pacarnya. Nona lalu mengajak Dewa ke dapur untuk mengecek. Dewa tertantang, ia
melihat sendiri jika tabung gas sudah tidak ada.
Saat sudah sampai didapur, Nona menunjuk tabung gas biru yang masih berada ditempatnya.
Nona tersenyum senang sedangkan Dewa kebingungan jelas-jelas tadi tidak ada.
“Lalu bagaimana dengan kulkas kosong?” Pasti Nona sengaja mengosongkannya,” ucap
Dewa.
“Untuk apa aku melakukannya? Aku seorang Nona besar tidak mungkin mengurusi dapur.”
Kepala pelayan tiba-tiba datang menghampiri mereka, Nona segera menanyakan kenapa
kulkas bisa kosong. Kepala pelayan menjelaskan jika setiap sebulan sekali kulkas harus di kosongkan untuk dibersihkan. Nona tersenyum kembali lalu menatap Dewa.
“Aku minta maaf jika aku memfitnahmu,” ucap Dewa.
“Sudahlah, aku akan memesankan makanan untukmu.”
Dewa menggelengkan kepala. Dia hanya ingin sang istri membuatkan mie instan. Nona
terheran, baru kali ini dia diperintah leh orang lain.
“Suruh bibi saja yang membuatkan.”
“Apa susahnya sih buatin suaminya mie intsan, tinggal cemplung-cemplung aja kok,” ucap Dewa.
Bukannya begitu, Nona memang tidak bisa memasak. Bahkan memakan mie instan saja tidak
pernah. Dewa masih menunggu Nona untuk memasakkannya tetapi Nona masih berpikir
panjang. Dewa tersenyum lalu menarik tangan Nona. Dewa menghidupkan kompor
sambil menggenggam tangan Nona, Nona merasa gugup dan malu, ia langsung
melepaskan genggaman tangan Dewa.
“Ah, maaf,” ucap Dewa.
“Tidak apa-apa.”
Dewa mengambil mangkuk lalu menyuruh Nona memperhatikannya. Dia menaruh bumbu itu
dimangkuk. Nona kurang fokus karena jarak mereka begitu dekat. Jantungnya berdegup kencang dan ingin meledak, entah kenapa saat dekat dengan Dewa ia menjadi lemah.
“Nona kenapa diam saja?”
“Aku fokus memperhatikan. Lanjutkan saja!”
“Oke, setelah airnya mendidih maka masukkan mie mentah ke air mendidih itu lalu tunggu 10 menit baru matang,” jelas Dewa.
Nona menganggukan kepala tetapi ia heran kenapa ada 2 mie mentah yang di masukkan ke
air panas itu dan kenapa ada dua mangkuk. Apakah Dewa mau menghabiskan semua itu?
“Makanmu banyak juga,” ucap Nona.
“Yang satu untukmu.”
Nona terkejut, ia menggelengkan kepala. “Aku tidak bisa makan mie cepat saji begini,
jika aku ingin makan mie maka bibi akan membuatnya secara alami dengan resep rahasia,” ucap Nona.
Dewa tersenyum. “Tidak ada salahnya makan mie
instan. Tau tidak? Kehidupan itu tidak selamanya akan senang dan ada kalanya susah juga. Saat keluargaku tidak punya uang jalan terakhir untuk makan yaitu dengan mie instan, itupun satu bungkung dibagi 3
orang,” ucap Dewa.
Nona merasa terenyuh dengan ucapan Dewa, memang selama ini Nona tidak pernah hidup susah,
apalagi merasakan pahitnya kehidupan yang nyata. Nona dikelilingi kehidupanyang serba mewah karena kerja keras orang tuanya.
Setelah mie instan itu matang, Dewa meletakkan dua mangkuk itu di meja makan, dia menarik
kursi untuk Nona dan untuknya. Mereka duduk bersebelahan. Rasa ragu untuk makan
menyelimuti Nona tetapi Dewa menyuapinya. Nona menggelengkan kepala membuat Dewa terus memaksanya.
“Coba satu suapan dulu!” ucap Dewa.
“Jika aku sakit perut maka kau harus bertanggung jawab!”
“Aku akan membaluri perutmu dengan minyak kayu putih.” Ucapan Dewa membuat Nona memerah.
Dia segera memakannya dan ia tersenyum.
Baru kali ini ia makan mie instan selezat ini, dia terus memakannya membuat Dewa cukup
senang. Mereka makan bersama-sama sampai habis tidak tersiksa. Suapan terakhir membuat Nona tidak rela memakannya, dia ingin lagi tetapi sangat malu untuk meminta lagi kepada Dewa.
“Huh... kenyangnya...” Dewa mengambil mangkuk dan milik Nona, ia segera mencucinya.
Nona memandangi punggung suaminya, walau masih bocah tetapi tubuh Dewa sangat atletis dan pantas saja digandrungi banyak perempuan. Setelah mencuci piring, Dewa memperhatikan Nona yang langsung memalingkan wajah. Dewa tersenyum.
“Aku kenyang, pengen cepat tidur. Selamat malam,” ucap Dewa.
Nona hanya menganggukkan kepala. Dewa langsung ke kamar, tidur disofa lalu menarik selimut
sampai diatas kepalanya. Dia harus istirahat untuk mengembalikkan energinya untuk besok. Nona membuka pintu, ia melihat Dewa sudah tertidur.
“Selamat malam Dewa, mimpi yang indah.”
***
Jam alarm milik Dewa berbunyi, ia langsung bangun dan melihat Nona sedang dipakaikan baju
oleh para pelayannya. Dewa beranjak dari sofa lalu menuju ke kamar mandi.
Aku ingin merubah sifat manja Nona juga tidak berhak. Aku hanya suami sesaatnya, semoga suami abadinya bisa
mengajarinya lebih baik lagi.
Dewa menggosok giginya sambil melihat pesan masuk dari Nisa, gadis berjilbab itu
mengiriminya kata-kata mutiara dan kata-kata penyemangat. Dewa hanya tersenyum
dan membalasnya dengan emot icon beruang memegang bentuk hati. Dewa memang
selalu bersikap manis dengan perempuan tetapi itu hanya sekedar menghormati saja dan tidak ada maksud lain.
Setelah mencuci muka dan menggosok gigi, ia keluar dari kamar mandi dan melihat Nona
sudah siap untuk berangkat bekerja. Nona sepertinya buru-buru sampai tidak menghiraukan Dewa.
Aku ingin jika setelah bercerai dengan Nona, aku ingin mendapat istri yang mampu mengurus suami dan anak-anak
kami. Aku sekarang tidak menuntut Nona untuk seperti itu, aku menghargai pekerjaan Nona yang sebagai orang terpenting diperusahaannya.
Pagi ini, Dewa sarapan dimeja makan sendirian. Tetapi ia terkejut saat melihat makanan
yang begitu banyak diatas meja. Ada buah-buahan bahkan ada juga nasi. Dewa tersenyum, hari ini ia bisa sarapan nasi untuk mengenyangkan perutnya lebih lama.
“Selamat pagi tuan muda,” ucap Mas Supri memberi hormat.
“Hai, Mas. Ayo makan bareng!”
“Terima kasih, tuan muda. Saya sudah makan.”
Dewa terlihat makan dengan lahap sedangkan Mas Supri berdiri di samping Dewa.
“Tumben sekali menu sarapannya lengkap?” tanya Dewa.
“Nona yang menyuruhnya, tuan.”
“Tapi dia tidak ikut makan?” tanya Dewa.
Dewa menyuapkan makanan begitu banyak dimulutnya, dia seperti orang kelaparan.
“Semua makanan ini untuk tuan muda saja, itu perintah Nona.”
Ku pikir dia tidak peduli denganku.
Setelah makan dengan kenyang, Dewa sedikit bernafas. Makanan kali ini sungguh lezat dan
mengenyangkan. Dia mengelus perutnya dan mengucap syukur atas ia makan kali ini.
“Tuan muda butuh apa lagi?” tanya Mas Supri.
“Jangan memanggilku tuan muda, tidak enak didengar. Panggil saja aku Dewa!”
“Tapi anda majikan saya.”
“Aku hanya majikan sementara, setelah kontrak selesaipun aku bukan majikanmu lagi,” ucap Dewa.
Dewa beranjak, ia berjalan menuju luar dan Mas Supri masih mengikutinya. Dewa memandang burung-burung yang terbang bebas dilangit.
“Kenapa Dewa?”
“Aku iri dengan burung disana, terbang bebas tanpa hambatan. Sementara aku sudah menikah
diumurku yang akan menginjak 19 tahun ini. Sebenarnya aku masih ingin kuliah dan bekerja untuk membanggakan orang tuaku tetapi semua itu tinggal rencana,” ucap Dewa dengan mata yang memerah.
***
Otor hanya manusia biasa yang punya dunia nyata yang melelahkan. Maaf jika sering update telat dan sedikit. Terima kasih sudah membaca cerita ini.
Love you.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Hermawan
lanjut thor
2023-06-06
0
Kinan Rosa
ok kak love you too
2022-11-28
0
Suprat Pratman
kren
2022-11-02
0